• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.8. Pengertian Orang Tua

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua ayah dan ibu kandung. Sedangkan menurut Wright (1991:12), orang tua dibagi menjadi tiga macam yaitu:

a) Orang Tua Kandung

Orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai hubungan darah secara biologis (yang melahirkan).

b) Orang Tua Angkat

Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.

c) Orang Tua Asuh

Orang yang membiayai hidup seseorang yang bukan anak kandungnya atas dasar kemanusiaan.

Dasar pengertian di atas maka orang tua adalah pria dan wanita yang mempunyai hubungan ikatan baik itu secara biologis maupun sosial dan mampu mendidik, merawat, membiayai serta membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara berkesinambungan.

2.1.8.1. Peran Ibu

Menjadi Ibu Rumah Tangga atau Ibu untuk anak-anak nya sering dianggap profesi yang remeh oleh kebanyakan orang, anggapan ibu rumah tangga yang hanya bergelut dengan “dapur” dan “kasur” kadang membuat sebagian Ibu rumah tangga ini seringkali berasal minder jika ditanya mengenai pekerjaan dengan mengatakan “akh saya cuma Ibu rumah tangga”.

Apalagi jika latar Ibu Rumah tangga tersebut seorang yang berpendidikan tinggi, dan dianggap punya potensi untuk berkarir sehingga kemudian banyak komentar kepada wanita yang memilih mengabdikan hidupnya untuk keluarga ini dengan komentar yang menyayangkan misalnya “Sayang ya sudah sekolah tinggi-tinggi cuma jadi Ibu rumah tangga”

Tentu ungkapan di atas bukan berarti menafikan atau merendahkan wanita yang berkarir yang sekaligus sebagai Ibu Rumah tangga, kedua pilihan itu tak salah karena yang terpenting dalam berkarir atau berumahtangga intinya adalah bagaimana kemudian berperan menjadi seorang istri dan Ibu yang baik bagi anak-anak.

Bukankah ada ungkapan bahwa dibalik kesuksesan seorang laki-laki adalah tergantung siapa wanita dibelakangnya, ya wanita itu, bisa jadi Ibu bagi seorang anak atau istri bagi seorang suami.

Yang dititikberatkan dalam pembicaraan ini adalah bagaimana pentingnya peran seorang Ibu dalam keluarga. tak diragukan bahwa peran ibu dalam keluarga adalah sangat penting. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan keluarga sangat ditentukan oleh peran seorang ibu. Jika ibu adalah seorang wanita yang baik, akan baiklah kondisi keluarga. Sebaliknya, apabila ibu adalah wanita yang bersikap buruk, hancurlah keluarga (Prof. Sa’ad Karim, 2006).

Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anak nya, tempat dimana anak mendapat asuhan dan diberi pendidikan pertama bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Seorang Ibu secara sadar atau tak sadar telah memberi pendidikan kepada sang janin, karena menurut penelitian bahwa bayi dalam kandungan sudah bisa mendengar bahkan ikut merasakan suasana hati sang Ibunda, maka tak heran jika ikatan emosional seorang Ibu dan anak tampak lebih dibanding dengan seorang ayah.

Jika seorang Ibu dapat memahami dan mau melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya dalam mendidik dan mengarahkan anak dengan baik, dengan segala tuntunan dan teladan pada anak. Insya Allah akan terlahirlah generasi yang salih, unggul dan mumpuni, mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kehidupannya kelak (Prof. Sa’ad Karim, 2006).

2.1.8.2. Peran Bapak

Suatu gerakan baru, yang menguat pada abad 21 ini adalah makin terlibatnya ayah dalam pengasuhan anak. Gerakan ini tampak mrupakan gerakan yang positif. Anak mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menjalin hubungan dengan ayahnya dan selanjutnya mengalami proses yang kaya dalam perkembangannya karena stimulasi ayah dan ibu yang berbeda. Meski demikian, pengambilan peran ayah dalam proses pengasuhan ini lebih bersifat individual, berbeda dengan ibu yang dikatakan mempunyai “naluri” untuk berperan sebagai ibu sehingga bahkan perempuan yang belum menikah dan belum punya anak pun mampu melakukan peran pengasuhan.

Ayah, sebagai makhluk berjenis kelamin laki-laki, mempunyai kepribadian yang secara umum dapat dikatakan berbeda dari perempuan. Proses sosialisasi masa kecil akan berperan sangat besar dalam hal ini. Oleh karena itu, muncul apa yang disebut dengan “peran seksual” yang membedakan peran laki-laki dan perempuan. Jika kemudian laki-laki berperan dalam pengasuhan, memang ada determinan yang mendasarinya.

Apapun determinan yang mendasari peran ayah hal yang menarik untuk ditekankan adalah efek positif dari keterlibatan dan sensivitas ayah. Ayah yang terlibat dan sensitive dalam pengasuhan anak akan memberikan efek positif paling tidak dalam dua hal. Efek pertama adalah perkembangan anak.

Baumrind (Miller dkk, 1993) menyatakan bahwa orang tua yang otoriatif adalah orang tua yang merawat dan responsive terhadap anak dan pada saat yang sama tetap menjaga disiplin yang konsisten dan tuntutan perkembangan yang tinggi. Oleh karena itu ketika ayah terlibat dalam menerapkan disiplin yang cukup tinggi akan mengurangi kecenderungan anak untuk berperilaku eksternalisasi (marah, bandel, berperilaku menyimpang) terutama pada masa sekolahnya (Miller dkk, 1993). Keterlibatan ayah juga akan mengembangkan kemampuan anak untuk berempati, bersikap penuh perhatian dan kasih saying, serta hubungan social yang lebih baik (Gottman & DeClaire, 1997). Penelitian juga menunjukkan bahwa keterlibatan ayah akan memberikan manfaat yang positif bagi bagi anak laki-laki dalam mengembangkan kendali diri dan kemampuan menunda pemuasan keinginan (Gottman & DeClaire, 1997).

Gottman & DeClaire (1997) menggarisbawahi bahwa meski peran ayah pada prestasi akademik dan karir perempuan belum didukung oleh hasil penelitian yang kuat, anak-anak perempuan yang didampingi oleh ayahnya akan cenderung tidak menjadi sexual promiscuous secara dini dan mampu mengembangkan hubungan yang sehat dengan laki-laki di masa dewasanya. Anak-anak perempuan yang mendapatkan perhatian yang positif dari ayahnya akan mendapatkan pemenuhan kebutuhan afektif dan pada saat yang sama ia akan belajar bagaimana berhubungan dengan lawan jenis secara sehat.

Efek yang kedua adalah melalui dukungan pada ibu dalam mengasuh anak, atau efek yang tidak langsung. Efek dari keterlibatan pada pengasuhan anak akan mengurangi tekanan pada ibu. Ketika ibu dipandang sebagai pengasuh utama dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab penuh atas segala tugas kerumahtanggaan, maka beban ibu akan bertambah, apalagi disaat stressor eksternal seperti masalah ekonomi mempengaruhi kondisi keluarga.

Menurut kerangka berpikir Model Proses maupun Model Sosialisasi cirri personal seorang ayah akan berpengaruh terhadap cara pengasuhannya. Seorang ayah akan menjadi sangat terlibat atau tidak terlibat dalam pengasuhan ini. Meski demikian, menurut Model Proses cirri personal seorang ayah tersebut juga akan berpengaruh pada pasangannya. Kualitas pernikahan dan tingkat distress istri adalah dua hal yang sangat dipengaruhi oleh sikap dan sifat suami (Miller dkk, 1993). Sementara itu, berbagai penelitian (missal, Miller dkk, 1993 ; Greenberger & Goldberg, 1999) menemukan bahwa kualitas dan kepuasan pernikahan dan kondisi personal ibu akan berpengaruh terhadap cara pengasuhan ibu. Dengan demikian dari model-model ini dapat disimpulkan bahwa cara pengasuhan ayah

dan ibu akan dipengaruhi oleh cirri personal ayah, dan dalam konteks cara pengasuhan ibu, kepuasan pernikahan dan tingkat distress ibu akan menjadi mediatornya. Dari gambaran ini pula dapat diketahui peran langsung ayah pada perkembangan anak (melalui keterlibatan dalam pengasuhan) dan peran tidak langsung ayah (melalui cara pengasuhan ibu yang diantara oleh kepuasan pernikahan dan tingkat distress ibu).

2.1.8.3. Peran Anak

Bagi Orang tua, anak merupakan buah hati dan harapan di masa depan. Anak merupakan penghibur orang tua dalam suka maupun duka.

Seorang anak yang pandai menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya, berarti anak tersebut pandai menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung dan lingkungan yang berubah-ubah secara dinamis. (Djamarah, 2004:21)

Dokumen terkait