• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

D. Produk Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian pembiayaan Murabahah

Murabahah berasal dari kata “Addhorbu fil ardhi” yaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga Qiradh yang berasal dari kata Al-Qardhu yang berarti Al Qath’u (potongan), karena pemilik

126 Antonio, M.S. 2001. Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek. (Jakarta Gema Insani Pres).h 57

memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan mempeoleh sebaian keuntungan. 128 Bai’ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.129 Pergertian serupa dikemukakan oleh Antonio bahwa murabahah

adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati.130

Murabahah merupakan suatu produk pembiayaan yang populer, yang memiliki margin tinggi dan risikonya mudah dikelola. Institusi keuangan menyediakan keuangan untuk diakuisisi barang dan aset lewat pedagang dan pembeli umum. Syarat pembayaran dibuat antara tiga sampai dua belas bulan, tergantung dari jenis barangnya. 131Bai’ al-murabahah didalamnya penjual harus memberi tahu harga awal produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya, pedagang eceran membeli komputer dari grosir dengan harga Rp.10.000.000,00-, kemudian ia menambahkan keuntungban sebesar Rp.750.000.00-, dan ia menjual kepada si pembeli dengan harag Rp.10.750.000,00-. Pada umumnya, si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati tentang lama pembiayaan, besar keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya angsuran jika dibayar secara angsuran.

128 Sayyid Sabiq, Op.Cit, hlm 36

129Muhammad, Manajemen Bank Syariah,(Yogyakarta: UPP STIM YKPN), h. 101 130Antonio.Loc.Cit.h. 140

Murabahah memberi banyak manfaat kepada lembaga keuangan syari’ah, diantaranya adalah keuntungan yang didapat dari selisih harga beli dan harga penjual dengan harga jual terhadap anggota. Selain itu sistem murabahah juga sangat sederhana, hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di lembaga keuangan syari’ah.

Pembiayaan murabahah dapat disimpulkan dari pemaparan diatas adalah pembiayaan yang diberikan kepada anggota dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi, atas transaksi ini, BMT memperoleh keuntungan (mark up) yang telah disepakati antara pihak BMT dan calon anggota132.

Sedangkan pembiayaan murabahah di BMT Asyyafi’iyah dan BMT Fajar kota Metro adalah pembiayaan dengan sistem jual beli dimana BMT memberikan fasilitas pembiayaan kepada anggotanya untuk pembelian barang baik barang modal usaha maupun barang konsumtif. BMT membeli barang yang diinginkan dan menjualnya kepada anggota dengan sejumlah margin keuntungan yang disepakati kedua belah pihak.

Produk pembiayaan murabahah dapat digunakan untuk :

a. Usaha produktif yaitu keperluan investasi (pembelian peralatan usaha) dan modal kerja (pembelian bahan baku atau persediaan). b. Pembelian barang-barang non-produktif atau kebutuhan pribadi.

132Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press,2004.h 166

Namun demikian portofolio terbesar dalam pembiayaan murabahah tetap pada usaha produktif (perdagangan, home industry, dan jasa). Harga jual kepada anggota adalah harga beli barang ditambah margin keuntungan. Besarnya margin pembiayaan murabahah ditetapkan berdasarkan keputusan direksi dengan mempertimbangkan aspek persaingan. Untuk memudahkan penerapan pembiayaan murabahah, penetapan harga jual dari BMT Asyafi’iyah dan BMT Fajar kota Metro kepada anggota dapat disesuaikan dengan tabel angsuran murabahah.

2. Dasar Hukum Murabahah

a. Al-Qur’an 1) Al-Baqarah : 275

َ ِ ٱ

َن ُ ُ ۡ َ

ْاٰ َ ِّ ٱ

ُم ُ َ َ َ ِإ َن ُ ُ َ َ

يِ ٱ

ُ ُ َ َ َ

ُ ٰ َ ۡ ٱ

َ ِ

ۚ ِّ َ ۡ ٱ

َ ِإ ْآ ُ َ ۡ ُ َِ َ َِٰ

ُ ۡ َ ۡ ٱ

ُ ۡ ِ

ْۗاٰ َ ِّ ٱ

َ َأَو

ُ ٱ

َ ۡ َ ۡ ٱ

َم َ َو

ْۚاٰ َ ِّ ٱ

ُهَءٓ َ َ َ

ۥ

ِِّ ر ِّ ٞ َ ِ ۡ َ

ۦ

َ

ٰ َ َ

َُ َ

ۥ

ُهُ ۡ َأَو َ َ َ َ

ٓۥ

َ ِإ

ِۖ ٱ

َد َ ۡ َ َو

ُ ٰ َ ۡ َأ َ ِ َ ْوُ َ

ِر ٱ

َنوُ ِ ٰ َ َ ِ ۡ ُ

“ ……Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…. 2) An Nisa : 29

َ َ

َ

َ ِ ٱ

ِ ُ َ ۡ َ ُ َ َٰ ۡ َأ ْآ ُ ُ ۡ َ َ ْا ُ َ اَء

ِ ِ ٰ َ ۡ

َن ُ َ نَأ ٓ ِإ

نِإ ۚۡ ُ َ ُ َأ ْآ ُ ُ ۡ َ َ َو ۚۡ ُ ِّ ٖضاَ َ َ ًةَ ٰ َ ِ

َ ٱ

ٗ ِ َر ۡ ُ ِ َن َ

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. b. Al-hadits ِﻓاَر ِﻦْﺑ َﺔَﻋﺎَﻓِر ْﻦَﻋ َلﺎَﻗ ؟ ُﻞَﻀْﻓَأ ِﺐْﺴَﻜْﻟا َﻞِﺌُﺳ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ﱡﻲِﺒﱠﻨﻟا ﱠنَأ ُﮫْﻨَﻋ ُﷲ َﻲِﺿَر ٍﻊ : ٍرْوُﺮْﺒَﻣ ٍﻊْﯿَﺑ ﱡﻞُﻛَو ِهِﺪَﯿِﺑ ِﻞُﺟﱠﺮﻟا ُﻞَﻤَﻋ

“Dari Rifa’ah bin Rafi’ ra. Ia berkata, bahwasannya Rasulullah SAW pernah ditanya: Usaha apakah yang paling halal itu (ya Rasulullah ) ? Maka beliau menjawab, “Yaitu pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli itu baik.”

c. Hukum Positif

Fatwa 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang MURABAHAH, akad

murabahah adalah “Menjual barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli, dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan.

3. Mekanisme Pembiayaan Produk Murabahah

Mekanisme Pembiayaan Murabahah oleh Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah.

Pertama: Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari'ah:

a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari'ah Islam.

c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya.

d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang

dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah

a. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu

barang atau aset kepada bank.

b. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

c. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan

nasabah harus menerima (membeli)nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

d. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

e. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

f. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. g. Jika uang muka memakai kontrak 'urbun sebagai alternatif dari uang

muka, maka jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

Ketiga: Jaminan dalam Murabahah

a. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.

b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat

Keempat : Hutang dalam Murabahah

a. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi

murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank. b. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir,

ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

c. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

Kelima: Penundaan Pembayaran dalam Murabahah

a. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda

penyelesaian hutangnya.

b. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Keenam: Bangkrut dalam Murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

Fatwa DSN-MUI No.17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran.

Pertama: Ketentuan Umum

a. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja.

b. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur

tidak boleh dikenakan sanksi.

c. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak

mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.

d. Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

e. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

f. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. Kedua : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ketiga : Rukun dan Syarat Jual Beli Murabahah Rukun jual beli Murabahah adalah :

a. Pihak yang berakad, yang dimaksud adalah si penjual ( Ba’i ) dan si pembeli ( musytari ) barang, adapun si penjual sebagai penyedia barang atau alat komuditas yang akad di jual belikan kepada si pembeli yang membutuhkan barang tersebut.

b. Objek yang di akadkan, ada dua objek yang di akadkan yaitu barang yang diperjual belikan dan harga yang akan atau sudah di jual (Tsaman) yang menjadi nilai tukar dari barang.

c. Sighat ( ijab dan qabul ), ijab merupakan perkataan dari penjual kepada pembeli dan qabul merupakan perkataan pihak pembeli kepada penjual, ijab dan qabul harus memenuhi syarat yaitu, keadaan ijab dan qabul harus berhubungan walaupun lafazd keduanya berlainan.13

Para ulama’ fiqih menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Menurut para ulama’ ijab qabul perlu di ungkapkan secara jelas dan transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli, akad sewa, dan akad nikah. Keempat: Syarat murabahah

a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang disepakati. c. Kontrak harus bebas dari riba.

d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

Jual beli secara al-murabahah di atas hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan

5. Akad Jual Beli 6. Bayar (secara angsur)

1. Beli Barang 2. Kirim

3. Terima Barang 1. Negosiasi dan persyaratan

berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian. Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata – mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.

Gambar 3Skema Pembiayaan Murabahah

Keterangan :

1. BMT bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli BMT dari produsen ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.

2. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. 3. Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera kepada

nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.133

133 Fatwa DSN-MUI No.17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Murabahah

BANK NASABAH

Suplier Penjual

Dokumen terkait