• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Pembinaan Perilaku Beragama

1. Pengertian Pembinaan Perilaku Beragama

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti bangun kemudian mendapat imbuhan “pe” dan “an” menjadi pembinaan yang memiliki arti membangun.1 Maka dengan kata lain pembinaan merupakan usaha untuk membangun yang berarti melakukan tindakan untuk menuju ke arah yang lebih baik.

Secara terminologi pembinaan memiliki pengertian suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, teratur, terarah dan bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspeknya.2

Pembinaan adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.

Selain itu pembinaan juga dapat diartikan: “bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan”.3

Pembinaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu berasal dari sudut pembaharuan dan berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan

1 Masdar Helmi, Peranan Dakwah Islam dalam Pembinaan Ummat, (Semarang: Lemb.

Panel dan Latihan, 1971), hlm. 8. 2

Depag RI, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, (Jakarta: al-Ma’arif, 1983), hlm. 6.

yang berasal dari sudut pembaharuan yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru dan memiliki nilai-nilai lebih baik bagi kehidupan masa yang akan datang. Sedangkan pembinaan yang berasal dari sudut pengawasan yaitu usaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude,

practice.4

Sedangkan menurut Sarlito Wirawan perilaku atau tingkah laku merupakan perbuatan manusia yang tidak terjadi secara sporadis (timbul

4 R. Chandra, Kajian Pustaka tentang Perilaku, dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34615/4/Chapter%2520II.pdf diakses pada tanggal 15 Mei 2015.

dan hilang disaat-saat tertentu), tetapi ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan perbuatan lainnya.5

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.

Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Menurut Soekidjo Notoatmodjo, perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.6

Dari beberapa pengertian masalah perilaku atau tingkah laku tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa perilaku merupakan suatu aktivitas yang timbul dari dalam diri kita sendiri karena ada respon dari luar sehingga terbentuklah perilaku yang positif atau sebaliknya. Perubahan perilaku ditentukan oleh perubahan sikap terhadap sesuatu. Artinya, untuk mengubah arah atau mengarahkan perilaku seseorang mesti mengubah dulu sikapnya. Kecenderungan berperilaku merupakan konsekuensi logis dari suatu keyakinan dan perasaan individu terhadap

5

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996), hlm. 24.

6 Yohana Ratih, Konsep Perilaku, dalam

https://yohanaratihep.wordpress.com/2013/02/22/makalah-konsep-perilaku/ diakses pada tanggal 16 Mei 2015.

obyek. Bila seseorang yakin bahwa obyek itu baik, maka ia harus siap menerima obyek tersebut.

Sedangkan pengertian agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta. Dalam pandangan fungsionalisme, agama (religion atau religi) adalah satu system yang kompleks yang terdiri dari kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan wujud yang bersifat ketuhanan.7

Menurut AR. Fachruddin bahwa agama adalah :

Peraturan hidup lahir dan batin yang berasal dari wahyu Allah dimana orang mempunyai rasa, anggapan atau kepercayaan bahwa tiap-tiap tindakannya akan mendapatkan pembalasan sesudah mati. Baik tindakan yang baik maupun tindakan yang buruk. Agama juga merupakan petunjuk Allah bukan sembarang peraturan yang sekedar dibuat-buat atau dikarang-karang.8

Sedangkan menurut Glock dan Stark, agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.9

Seluruh sistem tersebut berpusat pada satu konsep, yaitu ketuhanan. Maksudnya agama merupakan sistem yang mengatur hubungan antara manusia dengan kekuatan adikodrati, yang dipandang sakral (suci atau kudus).

7 JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 428.

8 Acimun, Istigfar: Perilaku beragama dalam

http://istigfar.blogspot.com/2010/12/perilaku-beragama.html diakses pada tanggal 20 Mei 2015.

9

Robert H. Thoules, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 10.

Hubungan manusia dengan Tuhan lebih banyak berbentuk respon emosional yang beragam. Respon itu bisa mengambil bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Bentuk-bentuk respon tersebut pada gilirannya akan menciptakan nilai yang menjadi dasar bagi cara hidup manusia beragama. Dalam Al-Quran, kecenderungan alamiah itu disebut fitrah. Karena fitrah inilah, manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan instrinsik untuk beragama. Dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30 Allah SWT berfirman:















































Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah Menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.(Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia Diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar). (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”10

Agama dipeluk dan dihayati oleh manusia, praktik dan penghayatan agama tersebut diistilahkan sebagai keberagamaan (religiusitas). Keberagamaannya, manusia menemukan dimensi terdalam dirinya yang menyentuh emosi dan jiwa. Oleh karena itu, keberagamaan

yang baik akan membawa tiap individu memiliki jiwa yang sehat dan membentuk kepribadian yang kokoh dan seimbang.

Oleh karena itu ada pendapat yang menyatakan bahwa perilaku beragama adalah tingkah laku yang didasarkan atas kesadaran tentang adanya yang maha kuasa.11

Secara definisi dapat diartikan bahwa perilaku beragama adalah “bentuk atau ekspresi jiwa dalam berbuat, berbicara sesuai dengan ajaran agama”.

Perspektif Islam dalam perilaku beragama dijelaskan pada Al-Quran di bawah ini:

































Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam

Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)12

Allah menuntut orang beriman (Islam) untuk beragama secara menyeluruh tidak hanya satu aspek atau dimensi tertentu saja, melainkan terjalin secara harmonis dan berkesinambungan. Oleh karena itu, setiap muslim baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak haruslah didasarkan pada nilai dan norma ajaran Islam.

11 Djamaluddin Ancok, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 76.

Perilaku beragama merupakan segala bentuk perilaku yang bersifat dapat diamati yang didasarkan atas kesadaran adanya Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana dengan kesadaran tersebut maka perilaku-perilaku yang ditunjukkan sesuai dengan tuntutan Tuhan (agamanya).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, pembinaan adalah usaha untuk melakukan tindakan menuju kearah yang lebih baik. Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan agama adalah peraturan hidup lahir dan batin berdasarkan keyakinan dan kepercayaan yang bersumber kepada kitab suci dalam hal ini adalah Al-Quran dan sunnah.

Definisi di atas menunjukkan bahwa pembinaan perilaku beragama pada dasarnya adalah usaha untuk melakukan tindakan agar suatu perbuatan seseorang baik dalam tingkah laku maupun dalam berbicara yang didasarkan dalam petunjuk ajaran agama Islam.

Dalam pelaksanaannya pembinaan perilaku beragama pasti memiliki tujuan, Zakiah Daradjat berpendapat bahwa tujuan pembinaan adalah untuk membina moral atau mental seseorang ke arah agama sesuai dengan ajaran agama, artinya setelah pembinaan itu terjadi, orang dengan sendirinya akan menjadikan agama sebagai pedoman dan pengendali tingkah laku, sikap dan gerak-geriknya dalam hidupnya.13

13

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Moral, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 68.

Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan perilaku beragama terdapat unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan pembinaan.

Dokumen terkait