• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Pengelolaan

Dalam bahasa Inggris management mempunyai pengertian yang sama dengan pengelolaan yang berarti pengaturan atau pengurusan (Suharsimi Arikunto, 1998: 30). Jika pengelolaan mempunyai arti yang sepadan dengan manajemen, selanjutnya Hani Handoko (2008: 8) mengemukakan “Pengelolaan atau manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota, organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan orgaisasi yang telah ditetapkan”.

Nanang Fattah (2004: 1) mengartikan manajemen sebagai “proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien”.

Berdasarkan definisi manajemen di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dalam hal ini manajemen lebih mengarah pada manajemen perpustakaan, Jo Bryson yang dikutip oleh Lasa HS (2005: 3) mengartikan manajemen perpustakaan sekolah adalah “upaya pencapaian tujuan dengan pemanfaatan sumber daya manusia, informasi, sistem dan sumber dana dengan tetap memperhatikan fungsi manajemen, peran dan keahlian”. Dalam pengertian ini ditekankan bahwa untuk mencapai tujuan diperlukan sumber daya manusia dan sumber non manusia yang berupa sumber dana, teknik, fisik, perlengkapan, alam, informasi, ide peraturan-peraturan dan teknologi. Sumber daya tersebut dikelola melalui proses manajemen, meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang diharapkan mampu mengeluarkan produk berupa barang atau jasa.

Dari pengertian yang telah dijelaskan di atas, untuk mencapai tujuan organisasi dibutuhkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Kegiatan ini disebut dengan fungsi manajemen. Fungsi manajemen ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Salah satu fungsi manajemen yang memiliki peran penting dalam proses pencapaian tujuan suatu organisasi adalah fungsi perencanaan (planning). Sesuai dengan pendapat George R Terry

yang diterjemahkan oleh J. Smith (2000: 46) menyatakan bahwa “Perencanaan merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Lasa HS (2005: 56) dalam bukunya Manajemen Perpustakaan mengemukakan bahwa: “Perencanaan merupakan aktivitas yang menyangkut pembuatan keputusan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan pelaksanaannya, dan siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaannya”.

Menurut Siswanto (2007:42) “perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya”. Dalam hal ini, merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumberdaya manusia (human

resources), sumber daya alam (natural resources), dan sumberdaya

lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. Sejalan dengan pengertian tersebut Hani Handoko (2008: 23) menyatakan bahwa: “Perencanaan (planning) adalah: a) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi; b) penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program prosedur, metoda, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan”.

Berdasarkan batasan-batasan tentang perencanaan di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses kegiatan menentukan apa yang akan dilakukan pada masa datang dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan yang matang dan jelas dapat dijadikan sebagai pedoman dan standar kerja dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Tanpa adanya perencanaan yang baik, maka pelaksanaan dan perkembangan perpustakaan juga ikut terhambat. Oleh karena itu, fungsi perencanaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan fungsi manajemen lainnya dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu agar dapat menghasilkan rencana yang efektif. Menurut Hani Handoko (2008: 79), ada empat tahap dasar perencanaan:

a) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.

b) Merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi perusahaan atau organisasi dari tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya-sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan adalah sangat penting karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Pada tahap ini memerlukan informasi terutama keuangan dan data statistic yang didapatkan melalui komunikasi dalam organisasi.

c) Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan, segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan organisasi

dalam mencapai tujuannya atau mungkin menimbulkan masalah.

d) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan.

Perencanaan dapat berjalan dengan baik, apabila tujuan telah ditetapkan dan persyaratan perencanaan juga diperhatikan. Menurut Djati Julitriarsa (2001: 31), ada lima syarat perencanaan yang baik

yaitu: “a) Berdasarkan pada alternative; b) Harus realistis; c) Rencana harus ekonomis; d) Rencana harus fleksible; e) Dilandasi

partisipasi”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan khususnya dalam pengelolaan perpustakaan dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat dan langkah-langkah yang benar sehingga rencana yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Rencana-rencana yang telah disusun dapat terlaksana apabila terdapat suatu organisasi yang akan melaksanakan rencana tersebut dengan sukses. George R Terry yang diterjemahkan oleh J. Smith (2000: 73) mengemukakan: “Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh

sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses”

Pengorganisasian menurut Hani Handoko (2008: 24) adalah sebagai berikut:

Pengorganisasian (organizing) adalah a) penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; b) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang aka dapat “membawa” hal-hal tersebut ke arah tujuan; c) penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian; d) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Pengorganisasian merupakan penyatuan langkah dari seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan oleh elemen-elemen dalam suatu lembaga. Penyatuan langkah ini penting agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. Proses pengorganisasian perpustakaan akan dapat berjalan dengan baik apabila memiliki sumber daya, sumber dana, prosedur, koordinasi, dan pengarahan pada langkah-langkah tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian menyangkut penentuan pekerjaan, pembagian kerja, penetapan mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan.

c. Pelaksanaan (Actuating)

Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen

adalah mewujudkan rencana. Perwujudan dari sebuah rencana akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana apabila dilakukan tindakan untuk mencapainnya. Langkah untuk mewujudkan rencana agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana adalah pelaksanaan atau biasa disebut dengan actuating. George R Terry yang diterjemahkan oleh J. Smith (2000: 17) mengemukakan : “Actuating disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai”.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Actuating sering disebut dengan berbagai nama, salah satunya

directing atau pengarahan. Siswanto (2007: 111) menyatakan:

“Pengarahan merupakan suatu proses pembimbingan, pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan”. Sedangkan Hani Handoko (2008: 25) mengemukakan bahwa “Fungsi pengarahan secara

sederhana adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengarahan adalah upaya memberi petunjuk sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana dengan sukses. Pengarahan dalam perpustakaan juga harus dilakukan sesuai dengan berpedoman pada perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

d. Pengawasan (Controlling)

Fungsi manajemen tidak akan efektif tanpa adanya fungsi pengawasan (controlling). Pengawasan dilakukan untuk mengendalikan pelaksanaan tujuan agar sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan seblumnya Menurut George R Terry dalam bukunya Prinsip-Prinsip Manajemen yang diterjemahkan oleh J. Smith (2000: 166) mengendalikan ialah “suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada obyek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai”.

Hani Handoko (2008: 25) menyatakan: “Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan

untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pengukuran pelaksanaan dan pengambilan tindakan yang sedang atau sudah berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan pengelolaan perpustakaan digunakan untuk mengetahui aspek kegiatan yang dilaksanakan apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan bukannya untuk mencari kesalahan dari pekerjaan atau organisasi namun merupakan pengukuran dan koreksi terhadap semua aktivitas untuk mengetahui bahwa semua tingkat tujuan dan rancangan telah benar-benar dilaksanakan.

Pengawasan mempunyai sasaran untuk melakukan pencegahan dan atau perbaikan ketidaksesuaian atau perbedaan-perbedaan, kesalahan-kesalahan dan berbagai kelemahan dari suatu pelaksanaan tugas dan wewenang. Pengawasan pengelolaan perpustakaan dapat digunakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan, untuk kemudian dilakukan kegiatan perbaikan dan mencegah terulang kembali kesalahan-kesalahan, dan untuk menjaga agar pelaksanaannya tidak berbeda dengan rencana yang telah ditetapkan.

Ada tiga tipe dasar pengawasan menurut Hani Handoko (2008: 361-362) yaitu:

1) Pengawasan pendahuluan (feedforward control)

Pengawasan pendahuluan dirancang untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan dari tujuan sehingga memungkinkan koreksi sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif apabila informasi yang didapat akurat dan tepat waktu dalam mengetahui perubahan akan tujuan yang dicapai.

2) Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control)

Pengawasan ini dilakukan ketika kegiatan sedang berlangsung sehingga dapat diketahui kendala dan kesulitan yang muncul saat pelaksanaan. Dengan demikian dapat dicari solusi guna mengatasi kesulitan yang ada dan memperbaiki kesalahan yang terjadi agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Pengawasan umpan balik (feedback control)

Pengawasan ini dilakukan setelah kegiatan selesai dengan pengukuran terhadap hasil yang diperoleh. Penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan akan digunakan sebagai acuan agar tidak terjadi kesalahan serupa.

Pengelolaan perpustakaan tidak akan selalu berjalan dengan lancar maka dari itu perlu adanya kegiatan pengawasan. Ketiga jenis pengawasan ini sangat diperlukan dalam peningkatan pengelolaan perpustakaan. Pengelola harus mengetahui situasi dan kondisi agar dapat memilih jenis pengawasan yang paling tepat sehingga pencapaian tujuan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

2. Perpustakaan

a. Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan akan bermanfaat bagi anggotanya apabila dikelola dengan baik sesuai dengan pedoman tertentu. Di dalam perpustakaan terdapat berbagai macam bahan pustaka yang digunakan oleh para anggotanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyo Basuki (1994: 1) yang menyatakan:

Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian atau subbagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku, biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu serta digunakan untuk anggota perpustakaan.

Selanjutnya Ibrahim Bafadal (2009: 3) mengemukakan bahwa:

Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik

berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book

material) yang diatur secara sistematis menurut aturan

tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.

Wiji Suwarno (2011: 14) menyatakan : “Perpustakaan merupakan suatu satuan kerja organisasi, badan atau lembaga. Satuan tersebut dapat berdiri sendiri, tetapi dapat juga merupakan bagian dari organisasi di atasnya yang lebih besar”. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis besar perpustakaan adalah salah satu unit kerja / lembaga tertentu yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan mengatur koleksi bahan pustaka baik yang tertulis, tercetak, maupun grafis lainnya, yang diatur dan diorganisasikan secara sistematis untuk dipergunakan secara berkesinambungan sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan bagi setiap pemakainya.

b. Macam Perpustakaan

Menurut Larasati Milburga dkk. (1991: 33-34) secara garis besar jenis-jenis perpustakaan dibedakan antara lain:

1) Perpustakaan Nasional, berkedudukan di ibukota negara, berfungsi sebagai perpustakaan deposit nasional dan terbitan asing dalam bidang ilmu pengetahuan.

2) Perpustakaan Wilayah, berkedudukan di ibukota propinsi, sebagai pusat kerja sama antar perpustakaan di wilayah propinsi.

3) Perpustakaan Umum, menjadi pusat kegiatan belajar, palayanan informasi, penelitian dan rekreasi bagi seluruh lapisan masyarakat.

4) Perpustakaan Keliling, berfungsi sebagai perpustakaan umum untuk melayani masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan perpustakaan umum.

5) Perpustakaan Sekolah, berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, pusat penelitian sederhana, pusat baca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi.

6) Perpustakaan Perguruan Tinggi, berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian dan pengapdian masyarakat dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.

7) Perpustakaan Khusus/Dinas, berfungsi sebagai pusat referensi dan penelitian serta sarana untuk memperlancar pelaksanaan tugas instansi/lembaga yang bersangkutan.

Supriyadi seperti yang disederhanakan oleh Ibrahim Bafadal (2009: 4) menyatakan : “Perpustakaan sekolah adalah

perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat Sekolah Dasar maupun Sekolah lanjutan”.

Secara sederhana Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar (2010: 2) menegaskan bahwa “Perpustakaan sekolah itu adalah perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah”. Sejalan dengan hal tersebut, Engking Mudyana dan Royani yang dikutip Dian Sinaga (2011: 16) menyebutkan bahwa

Perpustakaan sekolah ialah sarana penunjang pendidikan yang bertindak di satu pihak sebagai pelestari ilmu pengetahuan, dan di lain pihak sebagai sumber bahan pendidikan yang akan diwariskan kepada generasi yang lebih muda. Secara nyata perpustakaan sekolah merupakan sarana untuk proses belajar dan mengajar bagi guru maupun bagi murid.

Perpustakaan sekolah maupun perpustakaan pada umumnya memiliki fungsi yang sama penting bagi para anggotanya. Perbedaan antara perpustakaan sekolah dengan perpustakaan pada umumnya adalah bahwa perpustakaan sekolah dimanfaatkan para siswa sebagai sumber belajar dan perpustakaan pada umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber informasi.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah adalah sarana penunjang pendidikan di sekolah yang menyediakan berbagai kumpulan bahan pustaka,

baik berupa buku-buku maupun bukan buku bagi siswa, guru maupun karyawan. Kumpulan bahan pustaka tersebut diorganisir secara sistematis di suatu ruang sehingga dapat membantu guru dan siswa dalam fungsinya menunjang proses pembelajaran. Dengan demikian perpustakaan ikut serta dalam pencapaian tujuan lembaga pendidikan yang menaunginya dan tujuan pendidikan nasional.

c. Fungsi Perpustakaan

Perpustakaan didirikan guna memberikan fungsi bagi anggotanya. Salah satu fungsi perpustakaan sekolah adalah fungsi menunjang proses belajar mengajar. Selain menunjang proses belajar mengajar perpustakaan sekolah juga memiliki banyak fungsi, seperti yang dikemukakan oleh Noerhayati (1987: 16) fungsi perpustakaan adalah:

1. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sarana penunjang pendidikan

2. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sarana proses belajar mengajar.

3. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai tempat penanaman dan pembinaan minat baca.

4. Perpustakaan sekolah berfungsi sebagai tempat penanaman disiplin, tempat rekreasi dan penelitian. Menurut Ibrahim Bafadal (2009: 6) perpustakaan sekolah memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1) Fungsi edukatif

Dalam perpustakaan sekolah tersedia buku-buku yang sebagian besar pengadaannya disesuaikan dengan kurikulum sekolah, sehingga dapat menunjang kegiatan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perpustakaan sekolah memiliki fungsi edukatif.

2) Fungsi informatif

Perpustakaan yang maju tidak hanya menyediakan bahan pustaka yang berupa buku-buku, tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang buka berupa buku. Semua ini akan memberikan informasi yang diperlukan murid-murid. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah memilki fungsi informatif.

3) Fungsi tanggung jawab administratif

Fungsi ini tampak pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah, dimana setiap ada peminjam dan pengembalian buku selalu dicatat guru pustakawan. Semua ini selain mendidik murid-murid ke arah tanggung jawab juga membiasakan murid bersikap dan bertindak secara administratif.

4) Fungsi riset

Dengan adanya bahan pustaka yang lengkap dalam perpustakaan sekolah, murid-murid dan guru-guru dapat melakukan riset yaitu mengumpulkan data atau keterangan yang diperlukan.

5) Fungsi rekreatif

Fungsi rekreatif berarti bahwa perpustakaan sekolah dapat dijadikan tempat mengisi waktu luang seperti pada waktu istirahat dengan membaca bahan pustaka dan lain sebagainya.

Perpustakaan sekolah sebagai salah satu komponen utama pendidikan, diharapkan mampu menunjang pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Selaras dengan hal tersebut, Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendar (2010: 2) mengemukakan bahwa tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:

1) Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.

2) Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3) Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.

4) Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum.

5) Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat membaca dan belajar kepada para siswa. 6) Memperluas, memperdalam, dan memperkaya

pengalaman belajar para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi yang disediakan oleh perpustakaan. 7) Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu

senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan, misalnya fiksi, cerpen, dan lain sebagainya. Berdasarkan beberapa pandapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah secara umum memiliki fungsi utama yaitu sebagai pusat belajar bagi siswa, guru dan karyawan. Tujuan pengunjung datang ke perpustakaan sekolah antara lain untuk berlatih menelusuri buku-buku perpustakaan, memperoleh informasi atau untuk mengisi waktu luang.

d. Perpustakaan Ideal

Perpustakaan sebagai sumber belajar membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional. Undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, pasal 23 menyebutkan bahwa:

1) Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional

perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.

2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan

3) pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan pendidik.

4) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengembangkan koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan.

5) Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan.

6) Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

7) Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.

Perpustakaan sekolah yang baik memang bersifat relatif, namun demikian bukan berarti kriteria tersebut tidak bisa dirumuskan sama sekali. Sifat relatif ini disebabkan oleh kondisi dari sekolah yang sangat beragam. Ada sekolah yang mempunyai sarana yang lengkap sedangkan pada sisi lain masih ada sekolah yang sarana pendukungnya kurang lengkap.

Darmono (2007: 6-7) dalam jurnal perpustakaan sekolah menyebutkan kriteria perpustakaan yang ideal dapat berfungsi sebagai sumber belajar siswa secara memadai adalah sebagai berikut:

2) struktur oraganisasi perpustakaan jelas dan berjalan dengan baik,

3) memiliki ruangan yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, bersih, dan penyinaranya cukup,

4) memiliki tempat baca yang memadai,

5) miliki perabot perpustakaan secara memadai,

6) partisipasi pemakainya (siswa dan guru) baik dan aktif, 7) jenis koleksinya mencerminkan komposisi yang baik

antara buku teks dengan buku fiksi, yaitu 40% untuk buku teks, 30% buku-buku pengayaan, dan 30% buku fiksi serta judul buku yang dimiliki bervariasi,

8) koleksi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan kurikulum sekolah,

9) memiliki tenaga pengelola dengan kompetensi yang memadai,

10) pengorganisasian koleksinya teratur,

11) didukung dengan teknologi informasi dan komunkasi 12) administrasi perpustakaanya tertib yang meliputi

administrasi keanggotaan, administrasi inventaris buku dan perabot, peminjaman, penyusutan, penambahan buku, statistik peminjaman,

13) memiliki sarana penelusuran informasi yang baik 14) memiliki peraturan perpustakaan,

15) memiliki program pengembangan secara jelas dan terarah, 16) memiliki program keberaksaraan informasi (literasi

infomasi),

17) memiliki program pengembangan minat membaca dikalangan siswa,

18) memiliki program mitra perpustakaan,

19) melakukan kegiatan promosi dan pemasyarakatan perpustakaan,

20) kegiatan perpustakaan terintegrasi dengan kurikulum dan kegiatan belajar,

21) memiliki anggaran perpustakaan secara tetap, 22) adanya kerjasama dengan sekolah lain, 23) pelayanannya menyenangkan,

24) ada jam perpustakaan sekolah yang terintegrasi dalam kurikulum.

Kriteria di atas dapat digunakan sebagai acuan pengelolaan perpustakaan sekolah agar bermanfaat bagi warga sekolah dan

tujuan perpustakaan tercapai dengan efektif dan efisien. Dengan tercapainya tujuan perpustakaan maka peran perpustakaan sekolahpun dapat optimal.

Dokumen terkait