• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teoriti

1. Pengertian Peran

Pengertian peran dalam Kamus Bahasa Indonesia, yaitu suatu yang diharapkan dimiliki oleh yang memiliki kedudukan dalam masyarakat.13 Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. yang di artikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang sesunguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut, hakikatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.

Peran adalah sesuatu yang diharapkan dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan yaitu bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.14

12 Effendi, onong uchjana. Loc.Cit

13 Pater salim, kamus bahasa Indonesia kontenporer,(Jakarta : balai pustaka, 2003), h, 1132

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), h, 240.

Seseorang dikatakan berperan apabila dia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, peran dan kedudukan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Maka hal itu dia menjalankan suatu peran.

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.15

Menurut Soejono Soekanto bahwa peran itu mencangkup tiga hal : a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b. Peran adalah suatu konsep perihal yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting struktur sosial masyarakat.16

Dalam melaksanakan suatu peranan tertentu kita harapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai dengan yang mereka harapkan keadaan semacam ini disebut sebagai prescribed role ( peranan yang dianjurkan). Tetapi adakalanya orang-orang yang diharapkan ini tidak berperilaku menurut cara-cara yang konsisten dengan harapan-harapan sipemberi peran. Keadaaan seperti ini disebut sebagai enated role

(peran nyata) yaitu keadaan sesungguhnya dari seorang dalam menjalankan peranan tertentu. Peran nyata ialah pola-pola perilaku yang

betul-betul dilaksanakan oleh para individu dalam menjalankan peran mereka. 17

15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2013),h, 213.

16Ibid, h,269.

17Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta:

Universitas Indonesia, 1964), h, 80.

10

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu prilakau atau tindakan yang diharapkan oleh sekelompok orang dan atau lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang individu, kelompok, organisasi, badan atau lembaga yang karena status atau kedudukan yang dimiliki akan memberikan pengaruh pada sekelompok orang atau lingkungan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut apabila dihubungkan dengan BMT dapat diartikan bahwa, peran merupakan tindakan berupa serangkaian usaha-usaha dan kegiatan yang dijalankan BMT karena kedudukan sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan.

2. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikkan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat menerima titipan zakat, infak dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

BMT merupakan lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang bersifat informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM).18

Secara konseptual BMT memiliki dua fungsi, yaitu:

a. Bait at-tamwil(bait artinya rumah, at-tamwil artinya pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.

18 Ahmad Hasan Ridwan, Op.Cit, h. 23.

b. Bait al-mal (bait artinya rumah, maal artinya harta), menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.19

a. Ciri-ciri Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Sebagai lembaga usaha yang mandiri, BMT memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Berorientasi bisnis, yaitu memiliki tujuan untuk mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan potensi ekonomi yang sebanyak-banyaknya bagi para anggota dan lingkungannya.

2) Bukan merupakan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengelola dana sosial umat, seperti zakat, infak, sedekah, hibah dan wakaf.

3) Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang melibatkan peran serta masyarakat disekitarnya.

4) Lembaga ekonomi milik bersama antara kalangan masyarakat bawah dan kecil serta bukan milik perorangan atau kelompok tertentu di luar masyarakat sekitar BMT.20

Selain ciri utama diatas BMT juga memiliki ciri khas sebagai berikut:

1) Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan produktif, tidak menunggu tetapi menjemput nasabah, baik sebagai penyetor dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha.

2) Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh beberapa staf yang terbatas, karena sebagian besar staf harus bergerak dilapangan untuk mendapatkan nasabah penyetor dana,memonitor dan mensupervisi usaha nasabah.21

19 M. Amin Aziz, pedoman pendirian BMT (Baitul Maal wat Tamwil), (Jakarta: Pinbuk Press, 2004), h, 1.

20 Ibid. h. 24.

21 Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta :Kencana,2009), h, 450.

12

b. Manfaat Baitul Maal Wat Tamwil(BMT)

Menjamurnya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di indonesia yang kebanyakan berbadan hukum koperasi, menjalankan bisnis sistem perbankan yang jelas bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan kebijakan pembangunan usaha mikro kecil dan menengah seperti yang digeluti oleh BUMN Permodalan Nasional Madani (PNM), kiprah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dengan berbagai sektor riil yang dikembangkannya akan terjadi sinergi secara lebih baik.22

Dengan dikembangkan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) pada akhirnya diharapkan akan menimbulkan manfaat berupa:

1) Mensejahterakan kesejahteraan para anggota

2) Mengembangkan sikap hidup hemat, ekonomis dan berpandangan kedepan.

3) Memberikan pelayanan modal bagi anggota.

4) Melatih diri berfikir dan bermusyawarah.

5) Belajar memimpin dan mengembangkan tagung jawab.

6) Mengembangkan sikap dan kebiasaan menabung.

7) Meningkatkan kepercayaan pihak lain (misalnya modul pelatihan pengelolaan BMT).23

c. Badan hukum BMT

BMT didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan koperasi, sebelumnya menjalankan usahanya, KSM mesti mendapatkan sertifikat oprasional dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil). Sementara PINBUK itu sendiri mendapat pengakuan dari Bank Indonesia (BI) sebagai Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) yang mendukung program proyek hubungan

23 Suhrawardi Dan Farid Wardi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h,124.

hukum koperasi, baik Koperasi Serba Usaha di perkotaan, maupun Koperasi Unit Desa di pedesaan.24

Berkenan dengan KUD dapat didirikan BMT telah diatur dalam Petunjuk Menteri Koperasi dan PPK tanggal 20 maret 1995 yang menetapkan bahwa bila disuatu wilayah dimana telah ada KUD dan KUD tersebut telah berjalan baik dan organisasinya telah diatur dengan baik, maka BMT bisa menjadi Unit Usaha Otonomi (U2O) atau Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) dari KUD tersebut. Sedangkan bila KUD yang telah berdiri itu belum berjalan dengan baik, maka KUD yang bersangkutan belum ada KUD, maka dapat didirikan KUD BMT.25

Penggunaan badan hukum KSM dan koperasi untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang dijelaskan UU Nomor 7 Tahun 1992dan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dapat dioprasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Menurut UU, pihak yang berhak menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat adalah Bank Umum dan Bank Pengkreditan Rakyat, baik dioprasikan dengan cara konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil. Namun demikian kalau BMT itu dijadikan sebagai BPRS dengan badan hukum koperasi atau perusahaan terbatas.26

Oleh karena BMT berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syari‟ah. Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah). Meskipun sebenarnya tidak terlalu sesuai karena simpan pinjam dalam koperasi khusus diperuntukkan bagi anggota

24Mawardi, Lembaga Perekonomian umat,(Pekanbaru: Suska Press, 2008), h, 38.

25Ibid, h, 38.

26Ibid, h, 39.

14

koperasi saja, sedangkan didalam BMT, pembiayaan yang diberikan tidak hanya kepada anggota tetapi juga untuk diluar anggota atau tidak lagi anggota jika pembiayaannya telah selesai.27

d. Tujuan, strategi dan Fungsi BMT 1) Tujuan BMT

Tujuan didirikannya BMT di Indonesia, sesuai dengan ciri dan karakteritis syariah dilembaga keuangan tersebut, memiliki tujuan yang progresif bagi pengembangan ekonomi islam di Indonesia antara lain:

a. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat bangsa Indonesia sehingga kesenjangan sosial dan ekonomi berkurang, yang mereka akan mampu membangun ekonomi nasional melalui peningkatan kualitas usaha, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan khususnya dibidang jasa keuangan yang saat ini

masih banyak didominasi oleh lembaga keuangan konvensional.

c. Mengembangkan lembaga-lembaga keuangan berbasiskan syariah untuk mewujudkan keadilan, pemerataan, dan kesejahteraan di bidang ekonomi. Peran serta masyarakat terlibat langsung dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.

d. Pendirian BMT dan lembaga keuangan syariah tersebut, sekaligus akan mendorong masyarakat untuk memiliki semangat dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis, serta meningkatkan motivasi mereka untuk membangun ekonomi

27Baihaqi Abd. Madjid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistim Syariah:

Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT, (Jakarta: PINBUK, 2000), h, 92.

Negara.28 2) Strategi BMT

Untuk mencapai tujuan tersebut, lembaga-lembaga keuangan syariah sejenis Bank Syariah, dan BMT menerapkan berbagai strategi usaha sebagai berikut:

1. Sasaran pembinaan, yakni mencakup pola pembinaan dan mendorong masyarakat untuk melakukan percepatan kegiatan ekonomi sehingga mereka tidak hanya menjadi pelaku ekonomi dalam posisi pengambil manfaat dari kegiatan usaha orang lain, tetapi mereka juga dapat berpartisipasi langsung dalam kegiatan usaha.

2. Strategi pengembangan, yakni mencakup semua langkah teknis yang dibutuhkan bagi percepatan dan pembangunan ekonomi yang berdasarkan syariah, antara lain sebagai berikut:

a. Melakukan kerja sama dengan beberapa instansi terkait, khususnya dengan lembaga keuangan sejenis dengan cara:

1) Mengintrodusir dan Pembina masyarakat dan pelaku usaha dalam mengembangkan jasa-jasa dan produk-produk lembaga keuangan syariah untuk menduduki kegiatan usaha mikro dan makro bagi kalangan usaha kecil dan menengah.

2) Mengintrodusir program pengembangan kegiatan usaha yang melibatkan peran serta lembaga keuangan syariah agar dapat bekerja sama langsung dengan kalangan pelaku usaha, khususnya usaha kecil dan menengah.

3) Merintis dan mengembangkan jaringan kegiatan usaha dan mempererat kerja sama berupa kemitraan bagi pengembangan sumber daya manusia dan teknologi untuk memperlancar percepatan pembangunan dibidang

28 Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Prekonomian Syariah, (Bandung: Pustaka Mulia, 2000), h, 25-27.

16

ekonomi.

b. Mengintensifkan penyediaan dan pemanfaatan dana zakat, infak, wakaf dan sedekah untuk proyek-proyek pengembangan usaha kecil dan menengah.

c. Meningkatkan produktivitas usaha dan etos kerja bagi tercapainya kesejahteraan ekonomi.

d. Mengefektifkan potensi-potensi ekonomi dibidang produksi dan distribusi untuk membuka berbagai peluang usaha dan lapangan pekerjaan.

e. Merangsang pertumbuhan ekonomi dan pengembangan lembaga-lembaga penyandang dana untuk bersama-sama membantu kalangan usaha kecil dan menengah.

f. Memberikan kemudahan kepada para pelaku usaha dalam memperoleh bantuan modal dan pembiayaan untuk mendukung peningkatan produktivitas usaha mereka di berbagai segmen usaha, yakni industry, perdagangan dan jasa.29

Dilihat dari segi tujuan dan strategi pendiriam BMT tersebut, terdapat visi dan misi yang kuat bagi pengembangan ekonomi islam di Indonesia. BMT tidak hanya memosisikan diri sebagai lembaga profit yang ingin mendapatkan keuntungan dari pelayanan jasa keuangan kepada masyarakat, tetapi juga dapat menjadi mitra usaha masyarakat dalam kegiatan usaha mereka.

Pemberian modal pinjaman sedapat mungkin dapat memandirikan ekonomi para peminjam. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pendampingan. Dalam pelemparan pembiayaan, BMT harus dapat menciptakan suasana keterbukaan, sehingga dapat

mendeteksi berbagai kemungkinan yang timbul pada

29 Ahmad Hasan Ridwan, Op.cit, h, 52.

pembiayaan.Untuk mempermudah pendampingan, pendekatan pola kelompok menjadi sangat penting. Anggota dikelompokkan berdasarkan usaha sejenis atau kedekatan tempat tinggal, sehingga BMT dapat dengan mudah melakukan pendampingan.30

BMT tidak hanya memberikan bantuan modal saja melainkan juga memberi bantuan teknis. Bantuan teknis tersebut dapat berupa pelatihan, konsultasi, dan bantuan pemasaran.31 3) Fungsi BMT

a) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok, usaha anggota muamalat (pokusma) dan kerjanya.

b) Mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih profesional dan islami sehingga makin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global.

c) Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.32

e. Prinsip dan peran BMT 1) Prinsip BMT

Dalam melaksanakan usahanya. BMT berpegang teguh padaprinsip utama sebagai berikut:

a) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip Syariah dan mu’amalah Islam kedalam kehidupan nyata.

b) Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis,

30Dina Herawati, https://dinaherawati.wordpress.com/2016/11/06/makalah-pengertian-dan-landasan-hukum-bmt/.html, Minggu 10 Mei 2019.

31 Euis Amalia, Keadilan Distribusi Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LSM Dan UKM Di Indonesia. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009). H. 86.

32Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,( Jakarta: Kencana, 2010), h, 453.

18

proaktif, progresif adil dan berakhlaqmulia.

c) Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi.

d) Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua elemen BMT.

e) Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik, tidak tergantung pada dana-dana pinjaman tetapi senantiasa proaktif untuk menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.

f) Istiqomah, yakni konsisten, konsekuen, kontinuitas atau berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa.

g) Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, dengan

bekal pengetahuan, dan keterampilan yang senantiasa ditingkatkan dan dilandasi keimanan.33

2) Peran BMT

a) Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non islam. Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi yang islami. Misalnya ada bukti dalam bertransaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur

terhadap konsumen, dansebagainya.

b) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, dan pengawasan terhadap usaha- usaha nasabah.

c) Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana

33 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil.(Yogyakarta:UII Press,2004), h,76.

dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain sebagainya.

d) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan usaha dalam hal golongan nasabah dan juga jenis pembiayaan yang dilakukan.34

f. Produk BMT

1. Produk PenghimpunanDana.

a) Simpanan marwah

Simpanan marwah adalah simpanan untuk perorangan/lembaga.

b) Tabungan cerdas/ pendidikan

Simpanan pendidikan untuk anak sekolah (PAUD, TK, SD, SMP, SMA). Tabungan guna menumbuhkan budaya menabung anak-anak mulai dari bangku sekolah.

c) Simpanan Wadi’ah.

Simpanan Wadi’ah adalah menitipkan sesuatu benda kepada orang lain agar dapat dijaganya atau dipeliharanya.

Wadi’ah merupakan amanat yang harus ditanggung oleh yang dititipi. Penitip berhak mengambilnya kapan saja diamau.

Jadi, wadi’ah merupakan akad penitipan barang atau uang pada BMT, oleh sebab itu, BMT berkewajiban menjaga

dan merawat barang tersebut dengan baik dan mengembalikannya saat penitip (muwadi’) menghendakinya.

34 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis Dan Praktis, (Jakarta: Prenamedia Group, 2010), h, 364-365.

20

d) Tabungan Idul Fitri

Tabungan Idul Fitri adalah tabungan khusus menampung keinginan masyarakat dalam menyambut dan

mempersiapkan diri dalam menyambut hari raya idul fitri.

e) Tabungan Qurban

Tabungan Qurban adalah tabungan para slahibul Qurban, yakni masyarakat disediakan produk yang dapat membantu merencanakan ibadah qurbannya.

f) Tabungan pendidikan

Tabungan pendidikan adalah tabungan yang disediakan untuk membantu masyarakat dalam menyediakan kebutuhan dana pendidikan di masa yang akan datang.

g) Tabungan berjangka mudha>rabah (Depasito)

Tabungan berjangka mudla>rabah adalah simpanan yang pengambilannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo. Biasanya meliputi: 1, 3, 6 dan 12 bulan.

Namun sesungguhnya jangka waktu tersebut dapat dibuat sefleksibel mungkin misalnya 2, 4, 5 dan seterusnya sesuai dengan keinginan anggota.35

2. Produk Penyaluran Dana.

1) Pembiayaan mudla>rabah

Yaitu hubungan kemitraan antara BMT dengan anggota atau nasabah yang modalnya 100% dari BMT. Atas

dasar Proposal yang diajukan nasbah, BMT akan mengevaluasi kelayakan usaha dan dapat menghitung tingkat

nisbah yang dikehendaki. Jika terjadi resiko usaha, maka BMT akan menanggung seluruh kerugian modal selama kerugian tersebut disebabkan oleh factor alam atau musibah diluar kemampuan manusia untuk menanggulanginya.

35 Muhammad Ridwan, Op.cit, h, 155.

Namun jika kerugian terjadi karena kelalaian manajemen atau kecerobohan anggota atau nasabah, maka mudhoriblah yang akan menanggung pengembalian modal pokoknya.36

2) Pembiayaan musyarakah

Yakni kerjasama antara BMT dengan anggota dengan modalnya berasal dari kedua belah pihak dan keduanya

sepakat dalam keuntungan dan resiko. BMT akan menyertakan modal kedalam proyek atau usaha yang diajukan setelah mengetahui besarnya partisipasi anggota.

Nisbah bagi hasil dihitung dari proporsional dalam penyertaan modal. Pada setiap periode akuntansi anggota akan bebagi hasil dengan BMT sesuai tingkat nisbahnya.

3) Pembiayaan murabahah

Yaitu penyediaan barang oleh BMT pihak pembeli harus mengembalikan sejumlah pokok ditambah keuntungan tertentu yang disepakati.

4) Al-Qardhul Hasan

Qardhul hasan atau Al-qard adalah pemberian harta kepadaorang lain yang dapat di tagih atau diminta kembali.

Dengan kata lain meminjamkan tanpa berharap imbalan.

Dalam literatur fikih klasik, qard di kategorikan dalam aqad tathawwuni atau akad saling membantu.37

3. Pemberdayaan

Pemberdayaan atau empowerment berawal dari kata daya (power). Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam, dapat di

perkuat dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar.

Pemberdayaan dapat di artikan sebagai proses dan yang terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik bagi individu atau kolektif guna mengembangkan daya (potensi) dan kemampuan yang

36Ibid, h, 170.

37 Ibid, h, 178.

22

terdapat dalam diri sendiri sehingga mampu melakukan tranformasi sosial.38

Pemberdayaan bisa di artikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik dari tidak berdaya menuju kearah yang berdaya, pemberdayaan terkait dengan meningkatkan taraf taraf hidup ketingkat yang lebih baik.

Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik.

Upaya memberdayakan masyarakat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. memberikan bimbingan dan dukungan kepada masyarakat (supporting).

b. menciptakan suasana yang memungkinkan masyarakat berkembang (enabling)

c. memperkuat pengetahuan dan kemampuan masyarakat (empowering)39

Pemberdayaan merupakan upaya pemberian kesempatan dan atau memfasilitasi kelompok miskin agar mereka memiliki eksesibilitas terhadap sumber daya yang berupa : modal, teknologi, informasi, jaminan pemasaran, dan lain sebagainnya. Agar mereka mampu memajukan dan mengembangkan usahanya sehingga memperoleh perbaikan pendapat serta

peluasan kesempatan kerja demi perbaikan kehidupan dan kesejahteraannya.40

Selanjutnya Slamet dalam Anwas menemukan bahwa hakikat pemberdayaan adalah bagaimana membuat masyarakat mampu membangun dirinya dan memperbaiki kehidupannya sendiri. Istilah mampu disini mengandung makna: berdaya, paham, termotivasi, memiliki

38Sri najiyanti, DKK. Pemberdayaan masyarakat di lahan gambut. (Bogor : 2005). Hal.

xiv

39Randy dan Rian Nugroho, manajemen pemberdayaan, (Jakarta:PT. Elex Media Komputindo , 2007). h. 117.

40Totok Mardikanto dan poerwoko soebiato, pemberdayaan masyarakat dalam perspektif kebijakan public, (Bandung : Alfabeta, 2015), h. 33.

kesempatan, melihat dan memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerja sama, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi, serta mampu bertindak sesuai inisiatif.41

Secara konseptual, pemberdayaan atau (empowerment), berasal dari kata power yang berarti keberdayaan. Konsep pemberdayaan berawal dari penguatan modal sosial di masyarakat (kelompok) yang meliputi penguatan modal sosial. Memiliki pengertian menunjukan kepada kemampuan seseorang ataupun kelompok, khususnya kelompok lemah dan rentan sehingga bisa bangkit dan memiliki kekuatan atau kemampuan:

a. menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa mereka perlukan.

b. memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam artikan saja bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.

c. berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka.42

Selanjutnya menurut person dalam Anwas menyatakan pemberdayaan menemukan bahwa orang memperoleh keterampilan,

pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.43

Winarni dalam Ambar Teguh Sulistyani mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu44:

Winarni dalam Ambar Teguh Sulistyani mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu44:

Dokumen terkait