• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Perilaku Bermasalah

Dalam dokumen makalah pengelolaan kelas (Halaman 25-37)

H. Mempertahankan Perilaku Siswa yang Sesuai

I. Mengelola Perilaku Bermasalah

1. Pengertian Perilaku Bermasalah

Anak yang berperilaku diluar perilaku normal disebut anak yang berperilaku menyimpang (child deviant behavior). Perilaku anak menyimpang memiliki hubungan dengan penyesuaian anak tersebut dengan lingkungannya. Hurlock (2004: 39) mengatakan bahwa perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut.

Perilaku menyimpang adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru, bukan semata-mata perilaku itu destruktif atau mengganggu proses pembelajaran, melainkan suatu bentuk perilaku agresif atau pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman, yang merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar anak dan hal itu termasuk perilaku bermasalah (Darwis, 2006: 43).

2. Tujuan Pengelolaan Perilaku Bermasalah

Dalam menangani perilaku bermasalah, ada beberapa jenis tujuan yang harus dipertimbangkan. Yaitu harus menilai efek jangka pendek dan jangka panjang dari strategi pengelolaan manapun yang akan dipilih. Dalam jangka pendek, hasil yang diinginkan adalah bahwa perilaku yang tidak pantas itu terhenti dan para siswa meneruskan atau memulai perilaku yang pantas.

Dalam jangka panjang adalah penting untuk mencegah masalah ini berulang kembali. Pada waktu bersamaan harus berhati-hati akan adanya potensi efek samping yang negative dan mengambil langkah-langkah untuk

meminimalkannya. Selain itu, pertimbangkan pula efek pada siswa individu atau siswa yang menyebabkan masalah tersebut serta efek pada seisi kelas.

3. Contoh Perilaku Bermasalah

Menurut Darwis (2006:44) bentuk-bentuk atau jenis-jenis perilaku menyimpang antara lain :

a. Rasionalisasi

Rasionalisasi dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut “memberikan alasan”. Memberikan alasan yang dimaksud adalah memberikan penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu dan penjelasan tersebut biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang dijelaskan itu bukan merupakan penyebab nyata karena dengan penjelasan tersebut sebenarnya individu bermaksud menyembunyikan latar belakang perilakunya (Darwis, 2006: 44).

b. Sifat Bermusuhan

Sikap individu yang menganggap individu lain sebagai musuh/saingan. Menurut Darwis (2006: 45) sikap bermusuhan ini tampak dalam perilaku agresif, menyerang, mengganggu, bersaing dan mengancam lingkungan.

c. Menghukum diri sendiri

Perilaku menghukum diri sendiri terjadi karena individu merasa cemas bahwa orang lain tidak akan menyukai dia sekiranya dia mengkritik orang lain. Orang seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai amat kuat (Kartadinata, 1999: 196).

d. Refresi/penekanan

Refresi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.

Perilaku ini ditunjukkan dalam bentuk menyelamatkan diri dari perasaan tertekan atau bersalah terhadap pemenuhan harapan orang lain. Tujuan anak melakukan hal ini agar ia terhindar dari perasaan cemas.

f. Sinis

Perilaku ini muncul dari ketidak berdayaan individu untuk berbuat atau berbicara dalam kelompok. Ketidak berdayaan ini membuat dirinya khawatir dan cenderung menghindar dari penilaian orang lain.

Sedangkan menurut Carolyin dan Edmund ada beberapa jenis perilaku bermasalah yaitu :

a. Bukan menjadi masalah

Aktifitas siswa yang memperlihatkan ekspresi yang tidak menimbulkan masalah bagi orang lain maupun dalam pembelajaran, seperti melamun sendiri atau kurang berkomunikasi dengan orang lain.

Namun hal ini kurang baik untuk siswa tersebut mengingat konsentrasi akan terganggu dan intensitas penyerapan materinya juga kurang. Menjadi peran penting guru secara responsif untuk mengetahui kondisi siswa sebenarnya, mengetahui penyebab dan memberikan penanganan lebih lanjut untuk mengembalikan kondisi yang semestinya.

b. Menjadi masalah kecil

Dalam kategori ini siswa memperlihatkan perilaku yang menimbulkan masalah kecil seperti melanggar peraturan kelas tetapi tidak menimbulkan gangguan. Namun dapat dikatakan menimbulkan kekacauan dalam pembelajaran ketika perilaku bermasalah tersebut terjadi berulang kali. Sebagai contoh, siswa meninggalkan bangku tanpa izin, mengerjakan tugas yang tidak berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan, atau bahkan makan di kelas. Perilaku siswa semacam ini merupakan penggangu kecil dalam pembelajaran karena hanya dalam jumlah kecil siswa yang melakukan

perilaku tersebut. Namun diperlukan perhatian guru untuk memberikan tanggapan dan menyelaraskan keadaan yang sebaiknya demi pembelajaran yang optimal.

c. Masalah besar tetapi terbatas dalam lingkup dan efeknya

Aktifitas yang dilakukan siswa yang mempunyai perilaku bermasalah ini memperlihatkan gangguan pada saat pembelajaran walaupun terbatas pada aktifitas individu maupun beberapa siswa saja. Sebagai contoh ngobrol dengan teman, tidak mau mengerjakan tugas, atau lebih ekstrimnya siswa tersebut bertindak vandalisme suka memukul siswa lainnya.

d. Membuat masalah menjadi lebih besar atau menyebar

Pada kondisi ini menjadikan pembelajaran terganggu karena masalah-masalah yang biasa terjadi namun menyebar dari individu yang berperilaku bermasalah, menular atau mengajak siswa lainnya berbuat yang sama sehingga pembelajaran menjadi terganggu. Sebagai contoh, siswa yang mengajak ngobrol siswa lainnya sampai berkelanjutan walau sudah diperingatkan guru saat pembelajaran, menyerukan komentar yang kurang baik atau tidak relevan, atau bahkan menolak bekerja sama dengan guru.

4. Strategi Pengelolaan Perilaku Bermasalah a. Perhatian guru (teacher's attention)

Terkadang siswa berperilaku menyimpang oleh karena ia ingin mendapat perhatian dari gurunya.

Solusi : Berikan perhatian kepada siswa yang mengerjakan tugas atau berperilaku dengan baik, sedangkan bila berperilaku sebaliknya abaikan atau jangan memperhatikan siswa yang melakukan perbuatan tersebut. Bila dengan cara mengabaikan siswa masih belum (kurang) berhasil, maka lakukan "time-out" (menyuruh siswa berdiri di pojok kelas atau di kantor kepala sekolah).

Dorongan/dukungan atau motivasi dari rekan-rekannya dapat membuat siswa berperilaku menyimpang.

Perbuatan siswa tersebut jangan diabaikan/dibiarkan karena akan dapat mempengaruhi siswa lainnya.

Setidaknya ada dua cara dalam menghadapi siswa yang berperilaku karena dukungan dari rekannya, yakni dengan memindahkan posisi/tempat duduk siswa tersebut dari yang lainnya, sedangkan yang kedua adalah dengan menerapkan strategi "group contigencies" yaitu dengan cara menawarkan atau memberikan hadiah/keuntungan (reward) yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh kelas berdasarkan sikap atau perilaku siswa yang diinginkan oleh guru. Bila seorang siswa saja melakukan kekeliruan maka dampaknya seluruh kelas tidak akan memperoleh hadiah tersebut. Misalnya, seluruh siswa akan memperoleh tambahan waktu istirahat 5 menit apabila tidak ada seorang siswa pun yang berbuat kesalahan di dalam kelas.

c. Menghindari situasi tidak menyenangkan

Siswa yang merasa bosan, jenuh, lelah di dalam kelas dapat mendorongnya berperilaku menyimpang.

Cara mengatasi masalah ini diantaranya memperbaiki strategi pembelajaran di kelas, misalnya dengan menggunakan metode belajar bersama (cooperative learning) yang membuat siswa terlibat secara aktif, langsung, dan dinamis dalam belajar.

Gunakan pula penghargaan dan atau hadiah-hadiah ringan misalnya dengan memberikan pujian bagi siswa yang melakukan/menanggapi tugas dengan baik. Akan tetapi cara ini kurang efektif bila diterapkan bagi siswa yang tingkat pencapaian tugasnya renda (low-achieving student), pada kasus ini guru perlu memberikan bimbingan khusus.

Pakar manajemen kelas Carolyn Evertson dan rekannya dalam sebuah buku Educational Psychology karya John. W. Santrock (2007), membedakan antara intervensi minor dan moderasi dalam menangani perilaku bermasalah.

Beberapa masalah hanya membutuhkan intervensi minor atau kecil. Masalah-masalah yang kerap muncul biasanya mengganggu aktifitas belajar di kelas. Misalnya, murid mungkin ribut sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin, bercanda sendiri, atau memakan permen di kelas. Strategi yang efektif antara lain adalah:

a. Gunakan isyarat non verbal

Jalin kontak mata dengan murid. Kemudian beri isyarat dengan meletakkan telunjuk jari di bibir anda, menggeleng kepala, atau menggunakan isyarat tangan untuk menghentikan perilaku tersebut.

b. Terus lanjutkan aktifitas belajar

Biasanya terjadi suatu jeda dalam transisi aktifitas dalam kegiatan belajar mengajar, dimana pada jeda tersebut murid tidak melakukan apa-apa. Pada situasi ini, murid mungkin akan meninggalkan tempat duduknya, mengobrol, bercanda dan mulai ribut. Strategi yang baik adalah bukan mengkoreksi tindakan mereka tetapi segera melangsungkan aktifitas baru berikutnya.

c. Mendekati murid

Saat murid mulai bertindak menyimpang, guru cukup mendekatinya, maka biasanya dia akan diam.

d. Arahkan perilaku

Jika murid mengabaikan tugas yang kita perintahkan, ingatkan mereka tentang kewajiban itu. Anda bisa berkata, “Baiklah, ingat, semua anak harus menyelesaikan soal matematika ini.”

e. Beri instruksi yang dibutuhkan

Terkadang siswa melakukan kesalahan kecil saat tidak memahami cara mengerjakan tugas. Untuk mengatasinya anda harus memantau murid dan memberi petunjuk jika dibutuhkan.

Jalin kotak mata dengan murid, bersikap asertif, dan suruh murid menghentikan tindakannya. Buat pernyataan, singkat dan pantau situasi sampai murid patuh. Strategi ini bisa dilakukan dengan mengkombinasikan strategi mengarahkan perilaku murid.

g. Beri murid pilihan

Berilah murid tanggung jawab dengan memilih dua pilihan, bertindak benar atau menerima konsekuensi negatif. Beri tahu murid apa tindakan benar itu dan apa konsekuensi bila melanggar.

2. Intervensi sedang.

Beberapa perilaku yang salah membutuhkan intervensi yang lebih kuat ketimbang yang baru saja dideskripsikan pada intervensi minor di atas, misalnya, ketika murid menyalahgunakan aktifitasnya, mengganggu, cabut dari kelas, mengganggu pelajaran, atau mengganggu pekerjaan murid lainnya. Berikut adalah strategi yang bisa dilakukan:

a. Jangan beri privilese atau aktifitas yang mereka inginkan

Bila anda memperbolehkan murid untuk berkeliling kelas atau mengerjakan tugas dengan murid lain dan ia malah menyalahgunakan privilese yang anda berikan atau mengganggu pekerjaan temannya, maka anda bisa mencabut privilesenya.

b. Buat perjanjian behavioral

Buatlah perjanjian yang bisa disepakati oleh semua murid. Perjanjian ini harus merefleksikan masukan dari kedua belah pihak yaitu guru dan murid. Jika muncul masalah dan murid tetap keras kepala, guru bisa merujuk pada kesepakatan bersama yang telah dibuat.

c. Pisahkan atau keluarkan murid dari kelas

Bila murid bersenda gurau dan bersikap tidak mengindahkan peringatan, guru dapat memisahkan ia dari murid disekitarnya ataupun mengeluarkannya dari dalam kelas.

d. Kenakan hukuman atau sanksi

Menggunakan hukuman sebaiknya tidak melakukan tindakan kekerasan, tetapi bisa dilakukan dengan memberikan tugas mengerjakan soal atau menulis halaman tambahan.

3. Intervensi yang lebih besar

a. Gunakan pemecahan masalah.

Langkah 1 : Pemberian tanda non verbal.

Langkah 2 : Jika masih bermasalah, siswa diminta menaati peraturan.

Langkah 3 : Jika masih bermasalah, memberikan pilihan untuk menjadi lebih baik atau guru mengembangkan rencana.

Langkah 4 : Jika masih bermasalah, memposisikan siswa pada tempat atau ruangan yang sudah disediakan , untuk menuliskan sebuah rencana.

Langkah 5 : Jika masih menolak, kirim siswa ke kantor atau ruangan kepala sekolah.

J. PENGELOLAAN KELAS UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS

Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing – masing .Dalam penyusunan progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya.Data pribadi yakni berkaitan dengan karateristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembanganya. Karakteristik spesifik student with special needs pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional .Karaktristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif,

kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial serta kreativitasnya.

Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa seorang guru terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan. Tujuannya agar saat memprogamkan pembelajaran sudah dipikirkan mengenbai bentuk strategi pembelajaran yanag di anggap cocok. Asesmen adalah proses kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan social, melalui pengamatan yang sensitif. Kegiatan ini biasanya memerlukan penggunaan instrument khusus secara baku atau dibuat sendiri oleh guru kelas.

Strategi Pengelolaan Kelas Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu:

1. Anak Berkebutuhan Khusus temporer (sementara). Kategori kelompok inimeliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan, anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS.

2. Anak Berkebutuhan Khusus permanen (tetap). Kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency andHiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.

a. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra

Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:

1. Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.

2. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.

3. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.

4. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual. 5. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui

media.

Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.

b. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat

Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah :

1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.

2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.

3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.

Model-model layanan yang biasa diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.

c. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita

Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;

1. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan 2. Strategi kooperatif

3. Strategi modifikasi tingkah laku

Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:

1. Pendidikan integrasi (terpadu) 2. Pendidikan segresi (terpisah) 3. Penataan lingkungan belajar

e. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras

Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut;

1. Model biogenetic

2. Model behavioral/tingkah laku 3. Model psikodinamika

4. Model ekologis

f. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar

1. Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial teaching

2. Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat kesalahan.

3. Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.

g. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu

Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi perilaku.

KESIMPULAN

Setiap guru, baik itu guru kelas maupun guru bidang studi secara langsung pasti terlibat dalam kegiatan pengelolaan kelas. Keterampilan mengelola kelas ini sangat penting dikuasai dan dilaksanakan oleh guru pada setiap kali melakukan proses pembelajaran di dalam kelas. Tujuannya adalah agar proses pembelajaran itu sendiri dapat berjalan efektif dan efisien, sehingga kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa dapat tercapai.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru agar mampu mengelola kelas secara efektif.setidaknya terdapat tujuh hal yang harus perhatikan guru agar mampu mengelola kelas dengan baik, yaitu:

1. Penataan ruang kelas serta perlengkapannya. 2. Cara membuka dan menutup pelajaran.

3. Penampilan guru serta pengelolaan pekerjaan peserta didik. 4. Pengelolaan kelas untuk anak-anak berkebutuhan khusus. 5. Pendekatan-pendekatan dalam pengajaran.

6. Keterampilan komunikasi untuk mengajar. 7. Mempertahankan perilaku siswa yang sesuai

Dari apa yang telah diungkapkan di atas, dapat dicermati bahwa pengelolaan kelas yang efektif akan terwujud jikaguru dapat benar-benar memperhatikan hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan atau dihindari. Melakukan proses pembelajaran dengan pengelolaankelas yang efektif akan memungkinkan munculnya rasa nyaman dan aman bagi siswa. Dalam kondisi seperti itu, kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa dan tujuanpembelajaran yang dilaksanakan akan lebih mudah tercapai.

Dalam dokumen makalah pengelolaan kelas (Halaman 25-37)

Dokumen terkait