• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rahasia Bank atau Banking Secrecy di kenal di negara manapun di dunia ini yang mempunyai lembaga keuangan bank. Rahasia bank tidak bedanya dengan rahasia yang harus di pegang teguh oleh para professional seperti pengacara yang wajib merahasiakan hal-hal yang menyangkut penyakit pasiennya. Bahkan kalau rahasia di maksud tidak di pegang teguh dan dibocorkan kepada pihak lain, maka atas tindakan tersebut dpat dikenakan sanksi, baik perdata maupun pidana5

Pengertian ini telah di ubah dengan pengertian baru oleh Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Oleh Undang-Undang itu rumusan yang baru diberikan dalam Pasal 1 ayat (28) Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang lengkapnya berbunyi sebagai berikut :

. Di Indonesia pun di kenal ketentuan rahasia bank yang terdapat dalam Undang-Undang Perbankan. Dasar hukum dari ketentuan rahasia bank di Indonesia mula-mula adalah Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan tetapi kemudian telah di ubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.

Pengertian rahasia bank oleh Undang-undang No. 7 Tahun 1992 diberikan oleh Pasal 1 ayat (16) yang lengkapnya berbunyi sebagai berikut :

Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan.

5

Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya.

Selain memberikan rumusan dari pengertiannya, Undang-Undang Perbankan juga memberikan rumusan mengenai delik rahasia bank. Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 memberikan rumusan delik rahasia bank sebagaimana ditentukan dalam Pasal 40 ayat (1). Bunyi lengkap dari rumusan delik rahasia bank menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 adalah :

Bank dilarang memberikan keteranganyang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal sebagaimana di maksud dalam Pasal 41, 42, 43 dan 44. Rumusan delik rahasia bank tersebut di atas telah di ubah dengan rumusan yang baru, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dari Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Rumusan yang baru itu lengkapnya berbunyi sebagai berikut:

Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana di maksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44 dan Pasal 44 A.

Ada anggapan sebahagian orang bahwa kerahasiaan bank bisa merugikan masyarakat, nasabah nakal bisa berlindung pada ketentuan rahasia bank, kerahasiaan bank harus di buka untuk kepentingan para penitip dana dan sebagainya. Sedangkan di pihak lain menghendaki dan menegaskan bahwa bank harus memegang teguh rahasia bank karena masyarakat hanya akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila dari pihak bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak akan disalahgunakan.

Di samping itu ada beberapa harian dan majalah ramai mempermasalahkan rumusan mengenai kriteria rahasia bank, sehingga kerap kali menimbulkan berbagai macam interpretasi dan kontroversi. Ada pihak yang menghendaki agar pemerintah dapat memberikan suatu original interpretation mengenai rahasia bank. Ada pula yang berpendapat harus mencari rumusan histois mengenai rahasia bank dengan menanyakan langsung kepada pembuat undang-undang. Bahkan ada pihak yang mendesak agar pemerintah segera memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang rahasia bank agar pemerintah mengkaji ulang ketentuan rahasia bank untuk mengantisipasi perkembangan kondisi actual, agar ketentuan rahasia bank di rombak karena di anggap sifatnya “keblinger” dan banyak lagi pendapat yang pada dasarnya beranggapan bahwa ketentuan rahasia bank yang di atur dalam Undang-Undang Perbankan belum sempurna dan masih rancu sehingga perlu di revisi ulang lagi.

Pada saat ini, praktis Negara berlaku ketentuan rahasia bank. Dengan demikian rahasia bank bersifat universal, namun berbeda-beda dasar hukumnya untuk setiap Negara.

Pelanggaran rahasia bank yang di atur oleh masing-masing Negara dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama menentukan pelanggaran rahasia bank sebagai pelanggaran perdata (civil violation). Negara- negara tersebut membiarkan kewajiban yang timbul dari hubungan kontraktual belaka di antara bank dan nasabah, namun kewajiban kontraktual tersebut dapat disampingi apabila kepentingan umum menghendaki dan apabila secara tegas dikecualikan oleh ketentuan undang-undang tertentu. Hal yang demikian misalnya

dapat kita lihat ketentuan rahasia bank menurut hukum Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Negeri Belanda, Belgia, The Bahamas, The Cayman Island dan beberapa Negara lainnya.

Sedangkan kelompok yang kedua menentukan pelanggaran rahasia bank sebagai pelanggaran public atau pidana (criminal violation), misalnya Swiss, Austria, korea Selatan, Perancis, Luxemburg dan Indonesia sendiri dan beberapa Negara lainnya.

Berkenaan dengan berlakunya ketentuan rahasia bank di beberapa Negara, ada beberapa masalah yang timbul dan memberikan perbedaan antara ketentuan rahasia bank dari satu Negara dengan Negara lainnya. Masalah-masalah tersebut ialah menyangkut ruang lingkup kerahasiaannya, yaitu:

1. Apakah yang diwajibkan untuk dirahasiakan itu seyogyanya terbatas sisi aktiva (assets) bank atau seyogyanya termasuk pula sisi pasiva (liabilities) bank itu ? 2. Apakah idetitas nasabah juga termasuk lingkup yang harus dirahasiakan ? 3. Apakah ketentuan rahasia bank itu masih berlaku setelah yang bersangkutan

tidak lagi menjadi nasabah bank (mantan nasabah) ? selain menyangkut ruang lingkup kerahasiaannya, dipermasalahkan juga mengenai siapa-siapa saja yang dibebani dengan kewajiban merahasiakan itu. Apakah hanya pengurus dan pegawai bank saja yang terikat oleh kewajiban rahasia bank.

4. Apakah kewajiban untuk merahasiakan itu berlaku pula bagi pemegang saham bank tersebut, bagi auditor, bagi pihak yang akan melakukan akuisisi bank tersebut, bagi pihak yang akan melakukan merger dengan bank tersebut.

5. Apakah rahasia bank masih tetap berlaku setelah seorang pengurus atau pegawai bank yang tidak lagi menjadi pengurus atau pegawai dari bank yang bersangkutan.

Menjadi legal issue dari waktu ke waktu dipersoalkan di banyak Negara, termasuk pula di Indonesia, mengenai sikap apa yang seharusnya di ambil bila terdapat benturan antara kepentingan nasabah secara individual dan kepentingan masyarakat luas berkaitan dengan berlakunya rahasia bank itu. Dengan kata lain, bila terdapat benturan antara kewajiban untuk memegang teguh rahasia bank demi melindungi kepentingan nasabah yang bersangkut an dan kewajiban untuk kepentingan umum, sebagaimana hal itu seyogyamya di atur oleh hukum ? benturan kepentingan ini dapat terjadi sehubungan dengan penghitungan an penagihan pajak oleh pejabat pajak, pemberantasan tindak pidana korupsi dan money laundering.

Dari hasil mempelajari ketentuan-ketentuan rahasia bank di berbagai Negara, daoat diketahui bahwa rahasia bank idak bersifat mutlak. Artinya, dalam hal-hal tertentu dan unuk kepentingan pihak-pihak tertentu, rahasia bank dapat diungkapkan. Bahkan dalam hal-hal tertentu keterangan mengenai keadaan keuangan nasabah bukan saja dapat diungkapkan oleh bank bahkan wajib diungkapkan oleh bank tanpa di anggap melanggar kewajiban rahasia bank. Di beberapa Negara, undang-undang mengenai money laundering mengharuskan bank melaporkan pendepositoan dana oleh nasabahnya di atas jumlah tertentu atau dicurigai dana tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan money laundering.

Dari hasil mempelajari ketentuan-ketentuan rahasia bank di berbagai Negara, dapat diketahui bahwa rahasia bank tidak bersifat mutlak. Artinya, dalam hal-hal tertentu dan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu, rahasia bank dapat diungkapkan. Bahkan dalam hal-hal tertentu keterangan mengenai keadaan keuangan nasabah bukan saja dapat diungkapkan oleh bank bahkan wajib diungkapkan oleh bank tanpa di anggap melanggar kewajiban rahasia bank. Di beberapa Negara, undang-undang mengenai money laundering mengharuskan bank melaporkan pendepositoan dana oleh nasabahnya di atas jumlah tertentu atau dicurigai dana tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan money laundering.

Juga merupakan legal issue dalam hal terjadi keadaan di mana demi melindungi kepentingan bank, justru hanya mungkin kepentingan bank itu terlindungi apabila bank mengungkapkan keterangan mengenai keadaan keuangan nasabahnya. Hal itu terjadi antara lain apabila timbul perkara gugat menggugat antara bank dan nasabah. Tidaklah mungkin bagi bank untuk dapat mempertahankan pendapatnya atau membela diri dalam perkara itu apabila bank tidak diperkenankan untuk mengungkapkan keadaan keuangan nasabah yang berperkara dengan bank itu yang ada di bank tersebut.

Dalam hubungan tersebut,di antara yang satu dengan Negara yang lain, terdapat perbedaan menyangkut pengecualian tersebut,yakni mengenai apakah pengecualian itu diberikan bank demi hukum ataukah berdasarkan izin dari suatu otoritas tertentu? Apabila pengecualian harus berdasarkan izin pengecualian tersebut. Apakah otoritas yang berwenang memberikan izin pengecualian itu adalah Menteri keuangan, pimpinan Bank Sentral ataukah Pengadilan ?

Berkaitan dengan itu, ternyata berbeda-beda juga antara ketentuan Negara yang satu dengan yang lain mengenai, apakah persetujuan nasabah dapat menghapuskan kewajiban bank untuk memegang teguh rahasia bank itu.

Dokumen terkait