BAB II LANDASAN TEORI
A. Shalawat Tibbil Qulub
1. Pengertian Shalawat Tibbil Qulub
19
BAB II
LANDASAN TEORI A. Shalawat Tibbil Qulub
1. Pengertian Shalawat Tibbil Qulub
Secara etimologi, shalawat berakar dari bahasa Arab bentuk jamak dari kata shalla atau ash-shalatu yang artinya doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah.26 Selain itu, shalawat juga bisa berarti doa atau permohonan, doa untuk diri sendiri maupun orang lain.
Di mana orang yang bershalawat kepada Nabi Muhammad saw akan dijamin mendapat pahala yang besar dan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. Bershalawat juga bisa dilihat dari pelakunya, bila shalawat itu berasal dari Allah Swt bermakna untuk memberikan rahmat dan keridhoan-Nya, sedangkan bacaan shalawat dari malaikat merupakan bentuk dari doa dan permohonan ampun untuk Nabi saw, serta ucapan shalawat dari orang-orang beriman kepada Nabi adalah doa dan bentuk penghormatan atas Nabi Muhammad saw. Maka dari itu, pembacaan shalawat dari Allah, malaikat, dan para umat kepada Nabi memiliki arti yang berbeda.27
Shalawat juga bisa berarti ungkapan rasa cinta dan rindu dari seorang mukmin yang belum berjumpa dengan Rasulullah saw.28 Shalawat kepada Nabi Muhammad saw merupakan salah satu bentuk syarat dikabulkan doa. Seorang hamba ketika berdoa kepada Allah Swt mungkin sebanyak seribu kali atau lebih, namun doanya bisa saja tidak
26 Aprilia Tika, The Amazing Shalawat, (Jakarta: Gramedia, 2014), 2.
27 Fathiya, “Pemaknaan ...
28 Muadilah Hs. Bunganegara, “Pemaknaan Shalawat; Pandangan Majelis Dzikir Haqqul Yaqin”, TAHDIS: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis, vol. 9, no. 2, (2018), 185.
20
akan dikabulkan sebelum membaca shalawat di awal dan di akhir doa.29
Tujuan bershalawat kepada Nabi yaitu sebagai penghormatan kepada Rasulullah saw, meneladani sifat atau perilakunya, menjadikannya sebagai pemimpin umat Islam, dan menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad saw. Saat bershalawat kepada Nabi hakikatnya yaitu sebagai penghubung diri kita sebagai umatnya kepada Rasulullah untuk bersilaturrahmi kepada beliau melalui alam rohani sehingga kita senantiasa didoakan oleh Rasul.30
Shalawat sebagai bentuk ungkapan rindu kepada Nabi Muhammad saw memiliki dua macam shalawat yaitu, Shalawat Ma’tsurah merupakan shalawat yang dicetuskan oleh Nabi Muhammad saw sendiri, baik dari kalimatnya, cara membacanya, waktunya, dan manfaatnya. Contoh bacaannya seperti, Allāhumma shalli ‘ala muḥammad nabiyyi al-ummī wa ‘ala aliihi wa as-sālimī atau Allāhumma shalli ‘ala muhammad ‘abdika wa rasūlika nabiyyi al-ummī. Kedua yakni shalawat Ghairu Ma’tsurah adalah shalawat yang tidak dibuat oleh Nabi Muhammad saw, seperti shalawat munjiyat yang dibuat oleh Syeikh Abdul Qadir Jailani, shalawat fatih oleh Syeikh Ahmad at-Tijami, shalawat badar, shalawat nariyah dan lainnya.31
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Jala’ul Afham sebagaimana dikutip oleh Rima Olivia, menyebut 41 waktu (tempat) saat-saat khusus yang dianjurkan membaca shalawat yaitu, ketika di atas bukit Shafa dan Marwa, saat menyentuh Hajar Aswad, ketika
29 Irwan Kurniawan, The Miracle of Shalat: Shalawat kepada Nabi Saw, (Bandung: Penerbit Marja, 2019), 20.
30 Azhari Akmal Tarigan, “Makna Shalawat dan Salam Kepada Nabi”, dalam Peer Review, ed.
S.P. Jum (Waspada: Koran, 2014), 21.
31 Kholid Mawardi, “Shalawatan: Pembelajaran Akhlak Kalangan Tradisionalis”, INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, vol. 14, no. 3, (September-Desember 2009), 3&4.
21
menyebut Rasulullah saw, ketika berdiri atas makam Rasulullah saw, pada akhir shalat, saat shalat di selain tasyahud, saat berdoa, saat akhir tasyahud (pertama dan utama), saat tasyahud awal, akhir doa qunut, ketika selesai talbiyah, dalam khotbah, setelah menjawab muazin, setelah wudhu, pada hari jumat, saat shalat ied, saat shalat jenazah setelah takbir kedua, selepas khatam al-Qur’an, ketika masuk dan keluar masjid, saat melewati masjid atau melihatnya, setiap di tempat berkumpul untuk mengingat Allah Swt, ketika orang-orang berkumpul sebelum berpisah, apabila pergi ke pasar, mendatangi undangan atau semacamnya, apabila bangun dari tidur malam, saat bangkit dari duduk, saat didera kesedihan, kesusahan, saat memohon ampun, pembukaan serta penutup mengajar atau semacamnya, permulaan dan penghujung siang, setelah berbuat dosa dan ingin bertaubat, ketika ditimpa atau takut tertimpa kekafiran dan kepapaan, ketika lelaki menikahi perempuan, ketika bersin, saat masuk rumah, apabila lupa sesuatu dan ingin mengingatnya, saat kebutuhan menghampiri seseorang hamba, ketika telinga berdengung, ketika menyembelih, sebagai pengganti sedekah bagi orang yang tidak memiliki harta atau orang yang sedang dalam kesulitan, saat menjelang tidur, saat memulai ucapan baik yang penting.32 Rasulullah saw juga mengkhususkan di hari Jumat untuk memperbanyak shalawat. Di manapun dan kapanpun diperbolehkan bershalawat, tetapi yang perlu diperhatikan adalah di tempat yang tidak boleh bershalawat dengan suara, misalnya di kamar mandi yang tidak sopan menyebut nama Agung di tempat seperti itu, kecuali bershalawat tanpa bersuara atau di dalam hati.
Dari berbagai jenis shalawat berikut merupakan salah satu jenis shalawat yang bernama shalawat Tibbil Qulub atau juga dikenal dengan shalawat Syifa atau shalawat Nurul Abshor merupakan shalawat yang di peruntukkan sebagai penawar atau obat dari penyakit
32 Olivia, Shalawat ..., 117.
22
lahir atau batin. Berdasar dari kata Tibbil Qulub pun yang diartikan sebagai obat atau penenang hati. Dalam kitab Mafatih as-Saadah fi Shalawat (Pintu-pintu pembuka kebahagiaan dalam shalawat) oleh Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Alwi bin Abdulloh bin Tholib al-Athos menyatakan bahwa shalawat Tibbil Qulub merupakan shalawat yang diriwayatkan dari Rasulullah saw, tetapi dalam riwayat lain menyebutkan bahwa shalawat Tibbil Qulub merupakan shalawat yang dibuat oleh ulama’ Mesir bernama Syekh Ahmad ibn Ahmad ibn Ahmad al-Adawi al-Maliki al-Khalawati al-Dardir yang memiliki gelar al-Maliki.33 Beliau terkenal dengan nama Syekh Dardir dan mendapat julukan Abu Barakat atau bapaknya keberkahan.
Dalam sumber lain juga menyebutkan yang berasal dari kitab Saadah al-Darain fi Shalat ‘ala Sayyid al-Kaunain, di mana Syekh Yusuf ibn Ismail al-Nabhani menisbahkan shalawat ini kepada Syekh Abu al-Barakat Ahmad al-Dardir. Bacaannya pun ada sedikit perbedaan, dalam Syekh Ahmad al-Shawiy tidak ada tambahan bacaan (اَهِئاَذِغ َو ِحاَوْرَلأْا ِت ْوُقَو). Tambahan bacaan tersebut disebutkan oleh Syekh Yusuf ibn Ismail al-Nabhani.34
Menurut Habib Novel Alaydrus, bacaan shalawat Tibbil Qulub jika dibaca berarti kita sedang tawassul kepada Nabi Muhammad saw sebagai dokter semua orang atau obat segala macam penyakit.35 Seperti halnya shalawat yang memiliki banyak fadhilah untuk pembacanya, tetapi shalawat Tibbil Qulub ini dikhususkan untuk mengobati dan menyembuhkan berbagai penyakit hati atau lainnya.
Dengan membaca shalawat Tibbil Qulub diharapkan dapat mengobati
33 Mohammad Mufid Muwaffaq, “Sholawat Tibbil Qulub; Siapakah Penulis dan Apa Keutamaannya”, pecihitam.org , (diakses pada 17 Juli 2021).
34 Yayasan Al-Mu’afah, “Sanad Ijazah Shalawat Thibbil Qulub (Syekh Ahmad ad-Dardir)”, https://yayasanalmuafah.blogspot.com/2015/02/sanad-ijazah-shalawat-thibbul-qulub.html, (diakses pada 15 Januari 2022).
35 Habib Novel, “Rahasia ...”
23
penyakit yang dirasa dengan memohon kepada Nabi Muhammad saw dan Allah Swt.
Untuk pengamalan shalawat Tibbil Qulub bisa dilakukan dengan membaca sejumlah 15 kali setiap setelah shalat fardhu, dengan izin Allah dapat selamat dari segala penyakit lahir maupun batin; membaca sejumlah 7 kali dan ditiupkan ke telapak tangan setiap bacaan shalawat kemudian diusapkan ke perut, dengan izin Allah dapat menyembuhkan sakit perut; membaca sejumlah 3 kali setelah shalat maghrib, dengan izin Allah dapat menyembuhkan dan menenteramkan hati; membaca sebanyak-banyaknya setiap hari akan mendapatkan manfaat yang besar.36 Berikut bacaan shalawat Tibbil Qulub:
اَفِش َو ِن اَدْبَلألْا َةَيِف اَع َو اَهِئا َوَد َو ِب ْوُلُقْلا ِ بِط دَّمَحُم اَن ِدِ يَس ىَلَع ِ لَص َّمُهَّللَا ْمَّلَس َو ِهِبْحَص َو ِهِلَا ىَلَع َو اَهِئ اَي ِض َو ِر اَصْبَلألْا ِر ْوُن َو اَهِئ
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan Kami Muhammad saw, dokter semua hati dan obatnya, yang menjadi sehat semua badan dan kesembuhannya, yang menjadi cahaya semua hati dan kemilaunya, Dan keluarganya dan para sahabatnya dan semoga keselamatan dan kesejahteraan terlimpahkan kepada mereka semua”