• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KETAATAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS

B. PERANAN KATEKESE DALAM MENINGKATKAN

1. Pengertian Shared Christian Praxis

Pengalaman hidup peserta mengundang perhatian, pertanyaan, harapan-

harapan dan sumbangan ke arah perubahan hidup manusia. Sumarno

(2011:14) menegaskan model katekese Shared Christian Praxis yang

dikemukakan Groome (1997:1) sebagai berikut:

Shared Christian Praxis menekankan proses berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara ”tradisi” dan ”visi” hidup mereka dengan ”Tradisi” dan ”Visi” kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia.

Dialog yang ditekankan dalam proses katekese tersebut adalah dialog

antar para peserta. Peserta katekese saling berbagi pengalaman hidup yang

Pengalaman hidup peserta yang telah dikomunikasikan dengan iman dan visi

Gereja mengantar peserta secara aktif dan kreatif membangun kesadaran baru

akan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup sehari-hari. Pendekatan yang

digunakan dalam proses katekese ini adalah pendekatan yang bersifat multi

arah (Groome, 1997:1)

Tiga komponen pokok dalam Shared Christian Praxis (Groome, 1997:2-

5):

a. Shared-dialog

Shared menunjuk pada pengertian komunikasi yang timbal balik antar

peserta, sikap partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, terbuka baik

untuk kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat

Tuhan. Istilah ini juga menekankan proses yang menggarisbawahi aspek

dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam sharing, semua

peserta diharapkan secara terbuka siap mendengarkan dengan hati dan

berkomunikasi dengan kebebasan (Groome, 1997:4).

Para suster Carmelite Missionaries tentu memiliki pengalaman-

pengalaman yang dapat menjadi sumber yang kaya bagi diri mereka sendiri

maupun orang lain. Oleh karena itu dalam sharing para suster diharapkan

terbuka untuk berbicara dan mendengarkan dengan hati. Berbicara dengan

hati berarti para suster menyampaikan pengalaman yang dialami sesuai

dengan kenyataan secara jujur, rendah hati dan terbuka. Mendengarkan

dengan hati berarti melibatkan seluruh diri sehingga timbul rasa simpati dan

Dalam suasana dialogis para suster didorong supaya membuat

penegasan dan penilaian serta mengambil keputusan yang mendorong pada

keterlibatan baru. Aspek dialog dimulai dari refleksi dan pengolahan

pengalaman pribadi yang akan menjadi pokok penegasan bersama.

Diandaikan dalam proses ini peserta memiliki kejujuran, keterbukaan,

kepekaan dan penghormatan. Setelah melakukan interpretasi kritis terhadap

pengalaman secara pribadi dan masyarakat, serta berdasar hasil refleksi,

peserta mengkonfrontasikannya dengan ”tradisi” dan ”visi” kongregasi

dengan menggunakan pemahaman kritis, pengenangan yang analitis dan

imajinasi yang kreatif. Kemudian para suster meneguhkan pokok-pokok nilai

kristiani yang mendasar, mempertanyakan pemahaman yang tidak lagi

relevan, dan terdorong untuk menemukan nilai-nilai baru yang cocok dengan

konteks hidupnya sehingga layak untuk diwujudkan.

b. Christian

Katekese model Shared Christian Praxis mencoba mengusahakan

supaya kekayaan iman kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin

terjangkau, dekat dan relevan untuk kehidupan para peserta pada zaman

sekarang. Melalui proses itu diharapkan kekayaan iman Gereja sepanjang

sejarah berkembang menjadi pengalaman iman jemaat pada zaman sekarang.

Melalui proses ini para suster Carmelite Missionaries diharapkan

supaya kekayaan pengalaman tentang kaul ketaatan dalam spiritualitas

Christian memiliki dua unsur penting yakni pengalaman hidup iman

jemaat sepanjang sejarah (tradisi) dan visi. Tradisi kristiani mengungkapkan

realitas iman jemaat kristiani yang hidup dan sungguh dihidupi. Tradisi perlu

dipahami sebagai perjumpaan antara rahmat Allah dalam Kristus dan

tanggapan manusia. Maka tradisi di sini tidak hanya berupa tradisi pengajaran

Gereja tetapi juga meliputi Kitab Suci, spiritualitas, kehidupan jemaat,

interpretasi/tafsir, penelitian para teolog, praktek suci, ibadat, sakramen,

simbol, ritus dan pesta peringatan. Sebagai realitas iman yang dihidupi dalam

konteks historisnya, tradisi kristiani senantiasa mengundang keterlibatan

praktis dan proses kepribadian (Groome, 1997: 3).

Visi kristiani menekankan tuntutan dan janji yang terkandung dalam

Tradisi. Visi kristiani yang paling hakiki adalah ”Terwujudnya nilai-nilai

Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia” (Groome, 1997:3). Visi dalam

Gereja berkaitan erat dengan Tradisi. Visi bukan sekedar suatu pengetahuan

tertentu saja, tetapi merupakan manifestasi konkret dari jawaban manusia

terhadap janji Allah yang terungkap dalam tradisi atau pengalaman iman

kristiani. Visi (huruf kecil v) menunjuk pada usaha manusia dalam

menjalankan hidup untuk menanggapi janji Allah atas dasar pengenalannya

akan tradisi atau pengalaman yang dihayatinya (Sumarno Ds. 2011:17).

c. Praxis

Praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk

proses kesatuan dialektis antara praktek dan teori yang membentuk suatu

kreativitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yang mengarah pada

keterlibatan baru. Praxis merupakan suatu tindakan yang sudah direfleksikan

dan mempunyai tiga unsur pembentuk yang saling berkaitan (Groome,

1997:2; bdk Sumarno Ds, 2011:15). Ketiga unsur tersebut adalah aktivitas,

refleksi dan kreativitas. Aktivitas meliputi mental dan fisik, kesadaran,

tindakan, personal dan sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik. Aktivitas

manusia perlu ditempatkan dalam konteks waktu dan tempat tertentu karena

bersifat historis. Unsur refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan

historis personal dan sosial, terhadap praxis pribadi dan kehidupan

masyarakat, tradisi dan visi iman kristiani sepanjang sejarah. Unsur

kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang

menekankan sifat transenden manusia dan dinamika praksis di masa yang

akan datang. Perpaduan antara aktivitas dan refleksi dapat melahirkan praksis

baru. Tiga unsur di atas berfungsi membangkitkan imajinasi, meneguhkan

kehendak dan mendorong praxis baru (Groome, 1997:2; bdk Sumarno Ds,

2011:15).

2. Langkah-Langkah Katekese Model Shared Christian Praxis (SCP)

Dokumen terkait