• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DALAM

B. Spiritualitas Hati Kudus Yesus

2. Pengertian Spiritualitas

Kata ‘Spiritualitas’ diambil dari bahasa latin yang jika diterjemahkan secara harafiah berarti ‘kerohanian’. Dengan demikian kata ‘Spiritualitas’ dapat diartikan cara orang menyadari, memikirkan dan menghayati hidup rohaninya. (Harjawiyata, 1979 : 20),

Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan ‘kerohanian’ atau ‘hidup rohani’. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu kesalehan, yang menandakan hubungan orang perorangan dengan Allah. Selain itu spiritualitas dapat diterapkan pada aneka

bentuk kehidupan rohani, misalnya ‘spiritualitas modern’ atau ‘spiritualitas kaum awam’. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri sendiri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah.

Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia. Dasar

hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh (Spiritus = latin), yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami buah kehadiran Roh dalam hatinya (bdk. Rom 8 : 16). (Heuken, SJ, 2002 : 11- 12),

Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini semata- mata seperti Tuhan menghendakinya. Untuk mencapainya orang harus semakin mempererat hubungannya dengan Tuhan.

Kata spiritualitas sulit dirumuskan arti yang tepat, spritualitas sulit ditangkap. Spiritualitas bukanlah sesuatu yang dirumuskan dengan ketetapan atau ajaran yang singkat. Spiritualitas adalah kebiasaan hidup suatu serikat kebiaraan dan hanya dapat dikenal dan dimengerti dari pengalaman hidup itu sendiri. Hanya secara umum sekali dapat ditunjuk apa yang dimaksudkan dengan spritualitas. Dan memang untuk itulah spiritualitas ditempatkan antara dua pola kehidupan yang konkrit. Dua pola kehidupan itu adalah Injil dan situasi kongkrit.(Jacob, 1980 : 35).

a. Spiritualitas Hati dalam Kitab Suci

Spiritualitas hati menurut Kitab Suci selalu menunjuk pada inti hidup Allah, yaitu Allah yang mencintai manusia tanpa batas. Landasannya bahwa Allha sangat mencintai manusia sehingga Allah tidak berkenan manusia jatuh dalam dosa.

Pada perjanjian di Sinai mau menjelaskan bahwa betapa Allah mau mengikat perjanjian yang erat dengan manusia sehingga manusia mempunyai pegangan untuk hidup. Dalam Kitab Keluaran 34:27-28 dikatakan : “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.” Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya tidak makan roti dan minum air, dan ia menuliskan pada loh segala perkataan perjanjian, yakni kesepuluh firman.”

Kesepuluh perintah Allah adalah hukum yang mengikat perjanjian dengan Tuhan, namun prinsip dasarnya bukan semata-mata demi hukum tapi lebih pada kasih Allah yang tanpa batas kepada manusia sehingga manusia harus menanggapi kasih Allah itu dengan cinta tanpa batas.

Cinta Allah lebih dilengkapi dengan kehadiran Putera-Nya ke dunia. Dalam diri Putera-Nya Spiritualitas Hati berpusat. Penjelmaan Allah menjadi manusia mengungkapkan secara jelas bahwa Allah mencintai manusia melalui hati manusiawi Putera-Nya. Seluruh hidup manusia ditarik kepada cinta Bapa. Putera-Nya menjadi manusia dan tinggal bersama manusia merupakan solidaritas Allah kepada manusia. Ia menjadi sama dan senasib dengan manusia. (Yoh 1;14).

b. Spiritualitas Hati Menurut MSC

Spiritualitas hati yang menjadi daya penggerak bagi setiap anggota MSC dalam menjalankan tugas perutusannya merupakan spiritualitas cinta yang berakar dalam rahasia inkarnasi Kristus, sebagai pernyataan cinta Allah kepada manusia. Maksud ini dipertegas dalam Kitab Suci yang mengatakan Sang Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1: 14).

Dalam Konstitusi dan Statuta Tarekat MSC art. 10 dikatakan sebagai Misionaris Hati Kudus kita hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah Bapa yang dinyatakan di dalam Hati Kristus. Kita menyerupai Yesus yang mencintai dengan Hati manusia, kita mau mencinta melalui Dia dan bersama Dia serta mewartakan cintaNya kepada dunia. Dalam hal ini Allah yang mencintai manusia melalui hati manusiawi Yesus itu akan mengubah hati manusia kita menjadi hati Ilahi dalam hati kita pula. Dalam Yesuslah kepenuhan semua hati manusia.

Menurut Hans Kwakman (2013 : 10) spiritualitas hati bukanlah semacam pintu darurat untuk orang bisa keluar dari hidup kemasyarakatan yang kacau balau

atau dari hidup pribadi yang paling stress. Sebaliknya Spiritualitas hati

memampukan orang untuk menghadapi tantangan kehidupan sosial dan pribadi secara berani dan terbuka. Spritualitas hati menyediakan ‘bahan bakar’ untuk menguatkan hati dalam perjalanan hidup yang penuh lika-liku. Di pihak lain Kapitel Umum MSC tahun 1999 menyatakan bahwa anugerah paling berharga yang dapat disumbangkan oleh tarekat kepada Gereja dan masyarakat milenium baru ialah kesaksiannya tentang spiritualitas hati.

Kita berbicara mengenai spiritualitas hati karena spiritualitas itu mencari apa yang hidup dan bergerak dalam “hati” yakni dalam inti kepribadian Allah, Kristus, sesama, dunia dan dalam diri kita sendiri : keinginan, harapan, kecemasan dan keprihatinan terdalam.

Spiritualitas hati berfokus pada concern atau keprihatinan terdalam yang ditentukan dalam hati Allah dan manusia atau yang merupakan dorongan terdalam perkembangan dunia, dibalik semua perkembangan yang nampak di permukaan.

Tarekat MSC tidak bisa dilepaskan dari spiritualias hati, karena lewat spiritualitas hati inilah maka tarekat MSC menjadi khas. Kekhasnya terletak pada semangat persaudaraan dalam Hati Kudus Yesus yang diungkapkan dalam semboyan “Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum” (Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh dunia).

Secara simbolis Hati dalam spiritulaitas Hati MSC menunjuk pada dua hal penting. Pertama, simbol hati menunjuk pada hati Yesus yang tertikam. Hati Yesus adalah diri Yesus sendiri yang lambungNya ditikam di atas kayu salib sehingga mengeluarkan darah dan air (Yoh 19 : 34). Darah dan air melambangkan cinta yang besar untuk dunia dan umat manusia. Pengorbanan Yesus menunjukkan cinta yang sehabis-habisnya kepada dunia dan manusia. Hati Yesus yang tertikam merupakan sumber kehidupan yang tak kunjung habis. Kedua, simbol hati yang tertikam menunjuk pada kualitas hati Yesus sendiri. Dari hati Yesus yang terbuka itulah, Yesus menanggapi manusia yang miskin dan menderita. Ketika melihat orang yang terusik dan patah hati, Yesus ada bersama mereka (Mat 9:36). Ketika Ia melihat orang buta, lumpuh, tuli maka HatiNya

tergerak oleh belaskasihan (Mrk 8:2). Dengan ini, mau dikatakan bahwa Hati Yesus yang ditombak oleh serdadu menunjuk pada sikap dan perasaan Yesus yang penuh belaskasihan, kelemahlembutan, keberanian, ketaatan dan penyerahan diri kepada kehendak Bapa.

Maka Hati Yesus yang terbuka membuka mata hati setiap orang yang memandang kepada-Nya bahwa telah lahir dunia baru, kejahatan telah dikalahkan oleh cinta kasih yang terpancar dari Hati-Nya yang tertikam.

Dokumen terkait