• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

B. Strategi Pemasaran Syariah

2. Pengertian Strategi Pemasaran Syariah

Artinya : “ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Dalam syari‟ah marketing, bisnis yang disertai keikhlasan semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT, maka bentuk transaksinya insyaAllah menjadi nilai ibadah dihadapan Allah SWT.10

2. Pengertian Strategi Pemasaran Syariah

Strategi pemasaran syariah adalah strategi yang dirancang untuk memuaskan pelanggan dengan selalu memotivasi para pengusaha atau organisasi bisnis agar menghindari praktik-praktik tidak etis dalam memastikan terwujudnya tingkat moralitas dan kepuasan tertinggi semua pihak.

8 Erni Trisnawati Sule dan Muhammad Hasanudin, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung: PT. Refika Aditama, 2016, h. 161.

9Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2014, h.160.

10 Hermawan Kartajaya dan Mohammad Syakir, Syari‟ah Marketing, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006, h. 28.

Jika konsep pemasaran syariah diterapkan dalam organisasi bisnis, maka semua pemangku kepentingan akan mendapat keuntungan dengan mendapatkan produk barang atau jasa yang terbebas dari pelanggaran nilai-nilai dalam syariat islam.

Dalam pemasaran syariah mengambil aspek etik dan syariah dalam bauran pemasaran ( marketing mix ) 4P, yaitu Poduct ( produk ), Price ( harga ), Place ( tempat ), dan Promotion ( promosi ).11

1) Produk

Produk adalah apa yang perusahaan tawarkan kepada pasar. Produk dapat merupakan sesuatu yang nyata ( tangible ), seperti ponsel, komputer, sepeda motor, mobil, dan lain-lain. Adapun produk yang yang berbentuk tidak nyata ( intangible ), tapi dapat dirasakan, seperti layanan perawatan kesehatan dari dokter, layanan pendidikan dari sekolah atau perguruan tinggi, layanan transaksi keuangan dan lain-lain.

Dalam pemasaran syariah, produk harus halal. Produk juga tidak boleh mengandung bahan berbahaya karena akan berdampak negatif, dari sudut pandang sharia ethic compliant bagi konsumen dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pemasaran syariah produk harus dipandu oleh kode etik dan prinsip-prinsip syariah. Bisnis produk ( barang atau jasa ), seperti alkohol, perjudian, prostitusi, dan lain-lain tidak diperbolehkan walaupun bisnis tersebut menjanjikan keuntungan yang tinggi.

2) Harga

Harga adalah salah satu komponen terpenting yang perlu ditetapkan oleh perusahaan karena akan berdampak pada pendapatan dan profitabilitasnya. Dalam menentukan harga suatu produk, perusahaan atau manajer pemasaran perlu mempertimbangkan tidak hanya biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang, tetapi juga persepsi pelanggan

11

pada nilai produk. Selain itu, perusahaan berusaha untuk mendapatkan margin yang maksimal dengan melihat berbagai macam kemungkinan untuk menetapkan harga yang tepat bagi kelompok konsumen tertentu.

Dalam konteks Islam, tindakan mendapatkan sesuatu yang terlalu mudah dan tanpa kerja keras dikenal dengan istilah maysir atau perjudian dan itu sangat dilarang dalam islam. Selain itu, menerima keuntungan tanpa bekerja keras yang dikenal dengan istilah tatfif itu juga dilarang dalam i-Islam. Di sisi lain, Islam juga melarang praktek diskriminasi harga antara penawar dan non penawar dengan cara menjual kepada mereka produk yang sama dengan harga yang berbeda. Dalam hal ini diskriminasi harga seperti itu termasuk riba.12

3) Tempat

Tempat atau distribusi telah diakui sebagai salah satu kunci untuk strategi pemasaran yang sukses dan efektif. Oleh karena itu, saluran distribusi dapat didefinisikan sebagai jalur dimana terjadinya aliran barang dan jasa dalam satu arah, dari produsen ke konsumen dan pembayaran yang dihasilkan dalam arah yang berlawanan dari konsumen kepada produsen.

Prinsip-prinsip pemasaran Islam pada pemasaran yang konvensional tampak lebih menitikberatkan pada maksimalisasi nilai produk dan jasa, sedangkan dalam pemasaran syariah menambahkan prinsip keadilan sehingga kesejahteraan pelanggan benar-benar dipertimbangkan dan tidak secara terang-terangan memperhatikan nilai finansialnya. Oleh karena itu, pemasaran syariah melarang hal-hal berikut ini:

a) Memanipulasi ketersediaan produk dengan tujuan mengeksploitasi pelanggan.

b) Memaksa pelanggan terlibat dalam saluran distribusi.

12

c) Memberikan tekanan yang tidak semestinya agar para reseller terlibat menangani produk.

d) Menggunakan desain kemasan tanpa keamanan yang tepat dan tidak menjamin keselamatan produk.

e) Kemasan produk yang tidak pantas.

f) Pengangkutan produk berbahaya dan beracun melalui jalan raya umum.

g) Mendistribusikan produk haram bersamaan dengan produk halal. Semua praktek tersebut bertentangan dengan etika pemasaran syariah untuk saluran distribusi. Perilaku etis dari seorang marketer islam harus mencerminkan kejujuran dengan tidak mengeksploitasi pelanggan atau menipu mereka dengan cara apapun. Sehingga tujuan memaksimalkan kepuasan pelanggan dalam pemasaran syariah juga berorientasi pada perwujudan kesejahteraan dan kehidupan mulia umat manusia secara keseluruhan.

4) Promosi

Dalam etika Islam, teknik promosi tidak harus menggunakan daya tarik seksual, daya tarik emosional, penciptaan rasa takut, kesaksian palsu, dan daya tarik penelitian semu, memanfaatkan ketidaktahuan konsumen dan pemborosan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan pangsa pasar yang lebih besar. Terdapat paling tidak enam kategori prinsip-prinsip etis yang berlaku untuk kegiatan pemasaran yaitu kebenaran, ketulusan, kepercayaan, keadilan, persaudaraan, dan ilmu pengetahuan juga teknologi.

Ketika berhadapan dengan aktivitas pemasaran seperti promosi, semua aspek komunikasi pada konsumen baik melalui iklan atau personal selling harus dilakukan secara jujur tanpa niat menyesatkan mereka atau menipu mereka.13

13

C. EKONOMI ISLAM

1. Pengertian antara Ilmu Ekonomi dengan Sistem Ekonomi Islam

Secara etimologi kata ekonomi berasal dari bahasa oikonemia ( Greek atau Yunani ), terdiri dari dua kata : oicos yang berarti rumah dan nomos yaang berarti aturan. Jadi ekonomi adalah aturan-aturan yang digunakan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga, baik rumah tangga rakyat ( volkshuishouding ), ataupun rumah tangga negara ( staathuishouding ), yang dalam bahasa Inggris disebutnya sebagai economis.14 Sehingga , ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah ( agama, jiwa, akal, nasab, dan harta ).15

Islam membedakan antara ilmu ekonomi dan sistem ekonomi. Dalam definisi umum, sistem adalah keseluruhan yang kompleks, yaitu meliputi suatu susunan hal atau kegiatan yang saling berhubungan satu sama lain, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis. Jadi, sistem dapat didefinisikan sebagai setiap peraturan yang lahir dari pandangan dunia atau akidah tertentu yang berfungsi untuk memecahkan dan mengatasi problematika hidup manusia, menjelaskan tentang bagaimana cara pemecahannya, memelihara, serta mengembangkannya. 16

Kesimpulan perbedaan antara ilmu ekonomi dan sistem ekonomi muncul karena ada dua fakta berbeda, yaitu :

14 Abdullah Zakky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Pustaka Setia Pertama, cet. ke-1, 2002, h.18.

15Manajemen Dakwah, Pengertian Ekonomi Islam dari http://md-uin.blogspot.com/2009/07/pengertian-ekonomi-islam.html, diakses pada 10 Januari 2018 pukul 03:06.

16 M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, Bogor: Al-Azhar Press, cet. ke-1, 2009, h. 13.

1) Dalam pemenuhan urusan masyarakat dari segi pemenuhan harta kekayaan ( barang dan jasa ) melalui teknik produksi.

2) Dalam pengaturan urusan masyarakat dari segi cara memperoleh, memanfaatkan, dan mendistribusikan kekayaan.

Pembahasan pertama lebih banyak berkaitan dengan kegiatan teknik memperbanyak jumlah barang dan jasa serta bagaimana cara menjaga pengadaannya ( produksi ), pembahasan ini lebih tepat dikategorikan dalam ilmu ekonomi. Selanjutnya, pada pembahasan yang kedua sama sekali tidak dipengaruhi oleh banyak dan sedikitnya kekayaan, akan tetapi hanya berhubungan dengan tata kerja ( mekanisme ) pendistribusiannya, ini lebih tepat dikategorikan sebagai sistem ekonomi.17

Dengan demikian, sistem ekonomi merupakan bagian dari sistem penataan kehidupan masyarakat yang terkait dengan cara pandang atau ideologi tertentu. Sedangkan dalam ilmu ekonomi bersifat universal atau tidak terkait dengan ideologi tertentu.18

2. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam

Nilai-nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai yang telah diyakini dengan segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma ekonomi Islam. Nilai-nilai dasar ini baik dari nilai filosofis, instrumental ataupun institusional didasarkan pada Al- Quran dan Hadits yang keduanya merupakan sumber normatif tertinggi dalam agama Islam. Inilah hal utama yang membedakan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional, yaitu ditempatkannya sumber ajaran agama sebagai sumber utama ilmu ekonomi.

Menurut Ahmad Saefuddin, ada beberapa nilai yang menjadi sumber dari dasar sistem ekonomi Islam, yaitu:

17Ibid, h. 13-14.

18

a. Kepemilikan

Nilai dasar pemilikan dalam sistem ekonomi Islam, yaitu

1) Pemilikan terletak pada kepemilikan pemanfaatannya dan bukan menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi. 2) Pemilikan terbatas pada sepanjang umurnya selama hidup di dunia,

dan bila orang itu mati, harus didistribusikan kepada ahli warisnya menurut ketentuan Islam.

3) Pemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap sumber-sumber yang menyangkut kepentingan umum atau menjadi hajat hidup orang banyak.19

b. Keseimbangan

Keseimbangan adalah nilai dasar yang pengaruhnya terlihat pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim, misal kesederhanaan, berhemat, dan menjauhi pemborosan.

Konsep nilai kesederhanaan berlaku dalam tingkah laku ekonomi, terutama dalam menjauhi konsumerisme, dan menjauhi pemborosan berlaku tidak hanya untuk pembelanjaan yang diharamkan saja, akan tetapi juga pembelanjaan dan sedekah yang berlebihan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Al-Furqon: 27



Artinya: “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".

Nilai dasar keseimbangan ini selain mengutamakan kepentingan dunia dan kepentingan akhirat, juga mengutamakan

19 Ahmad M. Saefuddin, Studi Nilai-nilai Sistem Ekonomi Islam, Jakarta Pusat: Media Da‟wah dan LIPPM, h. 43-49.

kepentingan perorangan dan kepentingan umum, dengan dipeliharanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.20

c. Keadilan

Keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terdapat kesamaan perlakuan di mata hukum, kesamaan hak kompensasi, hak hidup secara layak, dan hak menikmati pembangunan. Sebagaimana yang terdapat dalam Qs. Ar-Rahman: 9, Allah berfirman



Artinya: “ Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu “.

3. Tujuan Ekonomi Islam

Secara umum, tujuan ekonomi dalam Islam adalah untuk menciptakan al-falah atau kemenangan, keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Untuk mencapai hal tersebut maka sebagai manusia harus mau bekerja keras mencari rezeki dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya baik yang bersifat materi ataupun non material ( rohaniah ), serta berbuat baik dengan harta yang dimilikinya dengan memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma ajaran Islam, berupa pelaksanaan perintahNya dan menjauhkan laranganNya agar tercipta kemashlahatan yang sesungguhnya baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain.21

D. ANALISIS SWOT

20 Zaenuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, cet. ke-1, 2009, h.5.

21 Anwar Abbas, Dasar-dasar Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2009, h.14.

Dokumen terkait