• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Sukses dalam Mengajar

KUNCI SUKSES MENGAJARKAN ALQURAN

A. Pengertian Sukses dalam Mengajar

Coba Saudara simak dan renungkan cerita berikut. (Ini sekedar cerita tidak ada maksud meninggikan atau melemahkan peran yang dibicarakan).

Dalam acara wisuda taman kanak-kanak (TK), diundanglah dua pembicara / mubaligh yang harus menyampaikan materi yang sama yaitu tentang membangun kesuksesan hidup berbasis al-Quran. Pembicara pertama adalah seorang pakar al-Quran dari salah satu perguruan tinggi islam ternama. Sedangkan pembicara kedua adalah "ustadz kampung" yaitu seorang ustadz yang tinggal di desa sekitar TK itu, yang sehari-hari selalu membimbing anak-anak di desa itu untuk belajar membaca Alquran.

Sebagai bentuk penghormatan, sesi pertama seorang MC pada acara tersebut memberikan kesempatan kepada pakar

al-Standar Kompetensi Uraian Materi

27

Quran tersebut untuk menyajikan materinya. Pakar Alquran ini, sehari-harinya adalah seorang narasumber yang luar biasa dan kesehariannya lazim mengisi acara-acara di hadapan para cendikiawan, calon doctor terutama lembaga formal yaitu di sekolah pasca sarjana. Waktu kesehariannya dihabiskan untuk menelaah dan berdiskusi dengan para calon doctor dan akademisi. Beliau jarang sekali berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia anak-anak seperti di TK tersebut. Sehingga gaya-gaya komunikasi/ mengajar tersebut terbawa dalam mengisi acara di hadapan anak-anak TK itu. Selama satu jam pakar tersebut berbicara dengan bahasa/ diksi yang sangat ilmiah dan mendalam serta gaya bicara yang begitu formal di hadapan anak-anak TK. Setelah satu jam lamanya, maka berakhirlah kesempatan sesi satu dan berakhir juga pembicaraan pemateri pertama. Setelah pemateri itu turun dari mimbar dan meninggalkan acara, pembawa acara pun bertanya kepada anak-anak TK:"wahai anak-anak ku sekalian, apakah kalian mengerti apa yang disampaikan oleh pakar tadi"?. Dengan serentak anak-anak menajwab:"tidak..!".

Kemudian, sesi berikutnya (sesi ke II) tampillah "ustadz kampung" yang tiada lain adalah guru ngaji mereka sehari-hari di mushola terdekat dari sekolah TK tersebut untuk memberikan materi yang sama. Karena ustadz ini sekalahnya tidak begitu tinggi, ia pun berbicara dengan diksi dan gaya bicara yang biasa-biasa sebagaimana ia berbicara sehari-hari dengan anak-anak TK itu. Setelah satu jam beliau ceramah, kemudian beliaupun turun

28

mengakhiri pembicaraannya dari panggung dan bergegas meninggalkan arena itu.

Setelah ustadz tersebut pergi, MC pun bertanya kepada anak-anak TK:"anak-anaku tercinta, apakah kalian faham apa yang disampaikan oleh pak ustadz barusan"?. Anak-anak pun menjawab:"faham..!"

Jika kita menyimak kisah di atas, kita akan menemukan satu kasus menarik yaitu tentang arti kesuksesan bagi guru.

Dalam bidang penguasaan bahan ajar, jelas sekali bahawa pakar Alquran jauh lebih faham dan menguasai, sebab beliau adalah orang yang telah banyak menimba ilmu dan mendalaminya. Sementara "ustadz kampoeng" karena tidak pernah seklah yang tinggi dan lama maka jelas ilmunya pun hanya sedikit.

Tapi ketika ditanya siapakah guru yang sukses dalam mengajar dalam cerita di atas?. Maka kita akan menemukan bahwa yang sukses adalah ustadz kampung. Sebab apa yang beliau harapkan dari pembelajaran itu (yaitu anak mampu memahami apa yang disampaikan oleh ustadz) ternyata hal itu tercapai.

Kesuksesan merupakan harapan setiap orang, tanpa terkecuali guru. Sebagai guru tentu mengaharapkan apa yang disebut dengan kesuksesan dalam mengajar. Dalam perspektif manajemen kata "sukses" merupakan suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan ketercapaian suatu harapan yang telah direncanakan. Ada dua kata kunci untuk mengukur kesuksesan, yaitu "adanya rencana" dan "ketercapaian". Ketika kita merencanakan "A" kemudian dalam pelaksanaannya "A" tersebut

29

tercapai, maka bisa dikatakan sukses. Demikian juga sebaliknya jika yang direncanakan adalah "A" tapi dalam pelaksanaannya malah mencapai "B", dalam manajemen bisa disebut belum sukses, sebab perolehan itu buka sesuatu yang diharapkan sebelumnya (sekalipun bisa jadi sesuatu itu jauh lebih tinggi nilainya). Sukses mengajar adalah ketercapaian harapan/ tujuan pembelajaran bukan perolehan nilai-nilai lain diluar konteks pembelajaran.

Sukses dalam mengajar bisa diartikan sebagai ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada saat penyusunan rencana pembelajaran.(Suryo Subroto, 1997:18). Guru, sebelum melaksanakan pembelajaran dituntut menyusun perencanaan pembelajaran. Salah satu komponen dalam perencanaan tersebut adalah tujuan atau sasaran (goal) yang hendak dicapai dalam pembelajaran tersebut. Ketika tujuan/ sasaran pembelajaran tersebut dalam pelaksanaannya tercapai maka pada saat itulah guru berhak menggapai kesuksesan. (Oman Fathurrohman, 2011:8)

Ketika pembelajaran diartikan sebagai proses pemotivasian, maka guru akan merasa sukses bila anak sudah merasa termotivasi oleh pembelajaran yang kita lakukan. Ketika pembelajaran diartikan sebagai upaya untuk pembebasan diri dari mental blok, maka langkah utama dalam mencapai kesuksesan dalam belajar adalah membebaskan diri (baik guru maupun peserta didik) dari penghambat mental (mental block) seperti kemalasan, keraguan, kecemasan, ketidakpercayaan diri dan dari penghambat mental lainnya. Bersamaan dengan upaya meminimalisir

30

penghambat mental (mental block) tersebut, harus dapat menumbuhkan semangat, motivasi dan kepercayaan diri peserta didik bahwa mereka yakin mampu, penting, berbakat dan mampu menjadi yang terbaik.

Kesuksesan dalam mengajar bukanah diukur oleh ketercapaian guru dalam memperoleh "sesuatu" (get anyting) yang sifatnya material/ kesejahteraan. Tapi kesuksesan dalam mengajar adalah ketika kita telah mampu membelajarkan siswa. Guru yang sukses bukanlah guru yang selalu "senang" ketika mengajar, tapi telah mampu "menyenangkan" siswa untuk belajar. Guru yang sukses bukanlah guru yang telah meraih prestasi dan penghargaan yang banyak, tapi guru yang sukses adalag yang telah mampu mengantarkan anaknya meraih sejumlah prestasi dan penghargaan. Guru yang hebat bukanlah guru yang hanya "cerdas" mampu mengauasai secara dalam tentang materi ajar, tapi yang mampu"mencerdaskan" anak-anaknya untuk tahu lebih dalam tentang materi ajar.

Ingatlah pesan seorang ibu dalam salah satu iklan kue biskuat, ketika ia sedang lomba berlari marathon bersama anaknya, :" Aku menang ketika anak telah mampu mengalahkan saya".