• Tidak ada hasil yang ditemukan

AJARAN TARIKAT QᾹDIRIYAH AL- ANFᾹSIYAH WA AL- JUNAIDῙYAH DI PESANTREN BAITUL MUTASHAWIF DI DESA

A. Pengertian Tarikat

BAB III

AJARAN TARIKAT QᾹDIRIYAH AL- ANFᾹSIYAH WA AL- JUNAIDῙYAH DI PESANTREN BAITUL MUTASHAWIF DI DESA

KEPUNTEN

A. Pengertian Tarikat

Secara bahasa tarikat berasal dari bahasa Arab al-thāriq yang artinya jalan, cara, garis, kedudukan, keyakinan, dan agama yang ditempuh dengan jalan menuju Tuhan, secara khusus tarikat di artikan sebagai metode praktis untuk membimbing seseorang dengan jalan berfikir, melalui tahap-tahap kesinambungan kearah pengalaman tertinggi yaitu kejalan hakikat.

Definisi ini kemudian digunakan dalam konotasi makna cara seseorang dalam melakukan pekerjaan baik itu terpuji maupun yang tercela.1 Sedangkan menurut istilah tasawuf, tarikat adalah perjalanan khusus bagi para sufiuntuk menempuh jalan menuju Allah Swt. Perjalanan yang mengikuti jalur yang ada dengan melalui tahapan-tahapan dan seluk beluk.2

Tarikat walaupun berbeda namanya dan jalan yang diikuti namun tetap satu tujuan, yaitu membentuk moral atau ahklak yang mulia, tidak ada perbedaan yang prinsip antara tarikat yang satu dengan tarikat yang lain, perbedaan yang ada terdapat pada jenis wirid dan dzikir serta tata cara pelaksanaan ritualnya. Pertumbuhan tarikat dimulai pada abad ke tiga dan keempat hijriyah seperti al- Malamatiyah yang mengacu pada Abū Yazīd al- Busthami ataupun al-

Khazāziyyah yang mengacu pada Abū Sa’īd

1Noer Iskandar al Barsani, Tasawuf Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta Rajagrafindo Persada, 2001), hal. 52

44

Khazzaz, namun tarikat-tarikat tersebut dan semacannya masih dalam bentuk amat sederhana.

Perkembagan dan kemajuan tarikat justru pada abad ke enam dan ketujuh hijriyah dan yang pertama kali mendirikan tarekat pada periode tersebut adalah Syeikh Abd al- Qādir al- Jailānī pada awal abad ke enam hijriyah, kemudian disusul oleh tarikat-tarikat yang lain. Semua tarikat yang berkembang pada pereode ini merupakan kesinambungan tasawuf sunni al- Ghazāly. Proses perjalanan yang terjadi didalam tarekat dimulai dengan pengambilan sumpah baiat dari murid dihadapan Syeikh atau guru mursyid setelah sang murid melakukan taubat dari segala dosa dan maksiat.

Setelah itu murid menjalani tarikat hingga mencapai kesempurnaan dan dia mendapat ijazah. Tarikat tasawuf menurut al- Ghazāli menjelaskan tentang ilmu rasa yang dicapai dengan cara merasa (berterusan berzikir mengingat Allah) dan beruzlah sahaja. Amalan tarikat tasawuf merupakan jalan tarbiyah keimanan menerusi berzikir mengingati Allah dan bermujahadah memerangi nafsu dengan bersungguh-sungguh didalam suasana beruzlah dalam tempat tertentu. Riyadah atau latihan kerohanian yang berat ini dipimpin oleh pembinbing rohani atau Syaikh Mursid. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh al- Jurjāni yaitu jalan atau tingkah laku tertentu bagi orang-orang yang berjalan (beribadah) kepada Allah melalui pos (mānāzil) hingga sampai kepada tingkat yang lebih tinggi yang disebut stasiun (maqāmāt), lebih jauh Harun Nasution mendifinisikan tarikat sebagai jalan yang harus ditempuh sufi dalam tujuan

45

berada sedekat sedekat mungkin dengan Tuhan yang kemudian mengandung arti, organisasi, Syaikh, upacara ritual dan bentuk dzikir sendiri.1

Setelah Nabi Muhammad saw wafat, fitnah besar yang melanda terjadi disepuluh terakir masa ke Khalifahan atau pemerintahan Al- Khulafaur Rasyidin, dan semakin menghebat pada masa Daulah Bani Umayyah, yang mana penguasa memiliki kekuasaan yang tak terbatas yang cenderung lebih mengutamakan kepentingan pribadi mereka, keluarga, maupun kelompoknya dan mengalahkan kepentingan rakyat, akhirnya berujung menjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Khawarij, Syi’ah, dan Hubbud. Dua golongan pertama memberontak dengan kepentingan politik merebut kekuasaan dan jabatan, sedangkan golongan kedua melakukan pemberontakan dengan tujuan untuk mengingatkan tokoh-tokoh penguasa agar kembali pada ajaran al- Qur’an dan kembali memakmurkan kehidupan rohani, mereka berpendapat kehidupan rohani yang terpelihara dan terjaga dengan baik agar dapat memadamkan iri, fitnah, dan dengki.2

Fitnah yang muncul dari rasa iri, dengki yang lahir karena perasaan terlalu cinta terhadap dunia dan takut mati. Itu pula yang belakangan mereka yakini telah menghancurkan Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyyah yang pernah termashur sebagai pemerintahan terbesar di dunia pada masa itu. Sehingga pada akhirnya muncul aliran –aliran pada abad I dan II H, yang pada akhirnya

1

Ali Ibnu Muhammad al- Jurjani Kitab al-Ta’rifat (Mesir: al-Musthafa al-Babi al -Halabi,1938,hal. 124

2Fazlurrahman, Islam, Terjemah Ahsin Muhammad (Bandung : Perpustakaan Salman ITB, 1984), hal.226

46

dikenal dengan nama Zuhud dan Zahid. Gerakan para Zuhud pada mulanya merupakan kegiatan sebagian kaum muslimin yang semata mata berusaha mengendalikan jiwa mereka dan menempuh dengan cara hidup Zuhud untuk menempuh Ridha Allah swt.

Cara kehidupan rohani yang mereka tempuh telah berkembang menjadi media untuk mencapai tujuan yang lebih murni, bahkan lebih mendalam yaitu untuk mencapai hakikat ketuhanan dan mengenal (ma’rifah) kepada Allah yang sebenar-benarnya melalui latihan-latihan dan Mujāhadah, Muhāsabah, dan Musyāhadah (penyaksian) kepada Tuhan. Tata cara kehidupan rohani tersebut kemudian tumbuh dan berkembang menjadi disiplin keilmuan tersendiri yang dikenal dengan ilmu Tasawuf dan Sufisme.

Bersamaan dengan munculnya Tasawuf di akhir abad ke- 2 Hijriyah, lahir juga istilah Tarikat yang perlahan mulai menemukan bentuknya sebagai sebuah sistem dan metode yang terdiri dari sekumpulan aqidah, akhlak dan atauran-aturan tertentu bagi kaum sufi, tariqah shufiyah metode kaum sufi pada saat itu menjadi penyeimbang terhadap Thariqāh Arbabil Aql wal fikr, tarikat yang pertama lebih menekankan pada rasa (Dzauq), sedangkan yang kedua lebih menekankan pada aspek bukti nyata atau empiris (burhān).3 Perbedaan metode itulah yang pada akhirnya memunculkan banyak aliran tarikat misalkan seperti

47

Qadiriyāh, Syādziliyāh, Rifaiyyāh, Zainiyāh, Dasuqiyāh, Barahmaniyāh, Tijaniyah, Alawiyāh, Syattāriyāh, Naqsyābāndiyāh dan lain- lainya.4

Disini terjadi tranmisi ajaran dan peraturan kepada pengikut, pada tahap ini muncul organisasi-organisasi yang mempunyai cabang-cabang di suatu daerah lain, pemuliaan kepada Syaikh telah menjadi kebiasaan, pada tahap inilah tasawuf telah mengambil bentuk kerakyatan, pada tahap inilah disebut sebagai tahap Ta’ifah, tarikat telah mengandung arti-arti lain yaitu para sufi yang membudayakan ajaran syaikh tertentu terdapatlah tarikat-tarikat.5

Dokumen terkait