• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG (JARIMAH) PENGEDARAN

B. Hukum Pidana Positif Tentang Pengedaran Uang

1. Pengertian tindak pidana pengedaran uang palsu

Pengertian pemalsuan uang ditinjau dari asal kata, terdiri dari pemalsuan dan uang, pemalsuan itu sendiri mempunyai arti perbuatan yang membuat sesuatu menjadi tidak tulen. Pemalsuan dalam arti kata bahasa menurut S. Wojowasisto berasal dari kata ”palsu” yang berarti ”lancung”, tidak sah, memalsukan, melancungkan, kata palsu sebagai kata sifat dalam arti memalsukan disini dapat berarti sebagai orang yang memalsu suatu benda. Sebelum sampai pada uraian mengenai pemalsuan khususnya pemalsuan uang, maka terlebih dahulu akan diuraikan pengertian meniru dan memalsu seperti yang dimaksud dalam KUHP.

Pengertian meniru dan memalsu mata uang adalah :

- Meniru uang adalah membuat barang yang menyerupai uang biasanya memakai logam yang lebih murah harganya akan tetapi meskipun memakai logam yang sama atau lebih mahal harganya, dinamakan meniru.

- Memalsu uang adalah uang tulen dikurangi bahannya kemudian ditempel dengan bahan yang lebih murah, sedemikian rupa sehingga uang itu tetap serupa dengan uang yang benar.41

Terhadap pengertian yang ditiru atau yang dipalsukan sendiri, hal mana disamping mengedarkan, pengedaran sendiri melakukan perbuatan meniru atau membuat uang palsu. Membikin secara meniru adalah perbuatan pertama dari dua perbuatan yang merupakan tindak pidana yang palsu, karena satu-satunya syarat untuk pembuatan ini, ialah: bahwa hasil pembikinan ini adalah suatu barang logam atau suatu kertas tulisan yang mirip dengan uang logam atau kertas yang tulen sedemikian rupa, bahwa banyak orang mengirakannya sebagai uang tulen, tidaklah diperlukan, apakah misalnya logam yang terpakai untuk membikin uang palsu itu sebetulnya lebih harganya dari logam yang terpakai untuk membikin uang tulen. Juga tetap ada uang palsu apabila seandainya alat-alat pemerintah untuk membikin uang palsu ini, yang merupakan uang tulen ialah uang yang dibikin atas perintah pemerintah sendiri. Dinamakan memalsukan uang kertas apabila uang kertas tulen diberi warna lain mungkin dengan demikian uang kertas tulen tadi dikira uang kertas lain yang harganya kurang atau lebih.42

41 S. Wojowasisto, Kamus Bahasa Indonesia, Bandung: Sinta Dharma, 1972, hlm. 284.

42 Wirjono Djodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, bandung: Eresco, 1986, hlm. 175.

Perbuatan mengedarkan merupakan perbuatan penggunaan uang palsu di dalam pengedaran atau penggunaan uang palsu itu sebagai alat pembayaran dalam lalu lintas pembayaran.43

Selanjutnya perbuatan mempergunakan kembali uang palsu setelah menerimanya saat penerimaan mana diketahui akan kepalsuannya, termasuk juga dalam pengertian mengedarkan. Perbuatan mengedarkan dapat ditafsirkan sebagai menggunakan dalam lalu lintas pembayaran. Uang itu adalah alat pembayaran, maka uang itu berpindah tangan ke orang lain dari pembuatnya atau pelakunya.

Dalam hal perbuatan menyuruh mengedarkan, pelaku mempergunakan orang lain sebagai pengedar uang, bukan diedarkan sendiri. Dengan demikian maka perbuatan mengedarkan uang palsu adalah termasuk tindak pidana, yang dimaksud disini mengedarkan uang palsu untuk mengelabui orang. Hal ini diatur dalam pasal 245 KUHP yang berbunyi: “Barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang palsu atau kertas negara atau uang kertas bank yang asli dan tidak dipalsukan sendiri, atau yang pada waktu diterima diketahuinya palsu atau dipalsukan atau barang siapa menyimpan atau memasukkan ke negara Indonesia mata uang dan uang kertas negara atau uang kertas bank yang demikian, dengan maksud akan mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya serupa dengan yang aslinya yang tidak dipalsukan, dihukum penjara selama-lamanya 15 tahun.”

Perbuatan ini juga termasuk suatu perbuatan yang merugikan masyarakat dan merugikan negara, karena uang adalah sebagai salah satu faktor terpenting dalam bidang perekonomian.

Dengan adanya kerugian baik dari pihak korban, masyarakat dan negara akibat dari pemalsuan uang, maka dengan demikian kejahatan harus dicegah dan ditanggulangi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Paul Moediko Moeliono yang mengatakan: “Kejahatan adalah pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan sebagai perbuatan yang merugikan, menjengkelkan dan tidak bisa dihilangkan sama sekali.”44

Mengenal pengertian uang Winardi mengemukakan sebagai berikut: “Uang ialah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat tukar untuk barang-barang lain pada daerah tertentu, hingga dengan demikian uang juga digunakan sebagai alat pengukur nilai atau menghimpun kekayaan.”

Jadi perbedaan antara Meniru dan Memalsu uang diamati terletak pada membuat barang yang menyerupai uang untuk meniru, sedang untuk memalsu terletak pada uang tulen yang dikurangi bahannya. Perbuatan meniru pada umumnya merupakan perbuatan membuat sesuatu yang mirip dengan sesuatu yang lain dan memberikan sifat asli, dan perbuatan

memalsukan terdiri atas penggantian bahan-bahan yang lebih rendah nilainya.45

Membikin secara meniru (namakan) ini adalah perbuatan pertama dari dua perbuatan yang merupakan tindak pidana uang palsu. Syarat-syarat untuk perbuatan ini ialah bahwa hasil pembikinan ini adalah suatu barang logam atau suatu kertas tulisan yang mirip dengan uang logam atau uang kertas yang tulen. Dan memalsukan uang adalah perbuatan kedua yang merupakan tindak pidana pemalsuan uang, asal dipenuhi saja unsur tujuan si pelaku untuk mengedarkan uang palsu itu sebagai uang tulen yang tidak diubah dan ini juga mencuri peralatan pembuat uang.46

Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hukum pidana adalah suatu aturan hukum di suatu negara atau masyarakat yang menentukan perbuatan mana yang tidak diperbolehkan, dan barang siapa yang melanggarnya akan dikenal suatu nestapa (penderitaan) atau akibat lain yang tidak menyenangkan oleh badan penguasa atau negara yang berwenang.47

Tindak pidana adalah merupakan salah satu istilah untuk menggambarkan suatu perbuatan yang dapat dipidana yang dalam bahasa Belandanya disebut “Straf Gaarfeit”.

Banyak di kalangan sarjana hukum memberikan definisi dari tindak pidana ini, antara lain Prof. Moelyatno, SH. Beliau mengatakan bahwa tindak pidana ini sebagai perbuatan pidana yang menurutnya adalah

45 Moch Anwar, op.cit., hlm. 156.

46 Wirjono Djodjodikoro, op.cit., hlm. 176.

perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang mana disertai sanksi (ancaman) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.48

Selain itu, P.A.F. Lamintang juga mengatakan bahwa kenyataan dalam hal ini mengandung pengertian bahwa suatu dan sifatnya melawan hukum, maka dapat diancam pidana terhadap pelaku perbuatan tersebut.49

Dokumen terkait