BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
B. Tindak Pidana Siber
1. Pengertian Tindak Pidana Siber
Jadi tidak sekedar pada komponen hardware-nya saja kejahatan itu dimaknai sebagai tindak pidana siber, tetapi sudah dapat diperluas dalam lingkup dunia yang dijelajah oleh sistem teknologi informasi yang bersangkutan. sehingga lebih tepat jika pemaknaan dari tindak pidana siber adalah kejahatan teknologi informasi, juga sebagai kejahatan mayantara.
Pada dasarnya tindak pidana siber meliputi semua tindak pidana yang berkenaan dengan sistem informasi itu sendiri, serta sistem informasi yang merupakan sarana untuk penyampaian/pertukaran informasi kepada pihak lainnya.
Menurut Maskun (2017 : 23) Teknologi telekomunikasi telah membawa manusia kepada suatu peradaban baru dengan struktur sosial beserta tata nilainya. Artinya, masyarakat berkembang menuju masyarakat baru yang berstruktur global. Sistem tata nilai dalam suatu masyarakat berubah, dari yang bersifat lokal-partikular menjadi global universal. Hal ini pada akhirnya akan membawa dampak pada pergeseran nilai, norma, moral, dan kesusilaan.
Dampak pergeseran tersebut ditemukanya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadilah konvergensi antara keduanya. Kemajuan teknologi yang merupakan hasil budaya menusia di samping membawa dampak positif, dalam arti dapat diperdayagunakan untuk kepentingan umat manusia juga membawa dampak negatif terhadap perkembangan manusia dan peradabannya. Dampak negatif yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan dunia kejahatan.
Menurut J. E Sahetapy (2002 : 45) telah menyatakan dalam tulisannya, bahwa kejahatan erat kaitanya dan bahkan menjadi sebagian dari hasil budaya itu sendiri. Ini berarti semakin tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin modern pula kejahatan itu dalam bentuk, sifat dan cara pelaksanaanya.
Menurut Josua Sitompul (2017 : 46) Perkembangan teknologi komputer, teknologi informasi, dan teknologi komunikasi juga menyebabkan munculnya tindak pidana baru yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan tindak pidana konvensional. Penyalahgunaan komputer sebagai salah satu dampak dari ketiga perkembangan teknologi tersebut itu tidak terlepas dari sifatnya yang khas sehingga membawa persoalan yang rumit dipecahkan berkenaan dengan masalah penanggulangannya (penyelidikan, penyidikan hingga dengan penuntutan).
Salah satu kejahatan yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi informasi atau telekomunikasi adalah kejahatan yang berkaitan dengan aplikasi internet. Kejahatan ini dalam istilah asing sering disebut dengan cybercrime. Tindak pidana Siber merupakan bentuk kejahatan yang relatif baru apabila dibandingkan dengan bentuk-bentuk kejahatan lain yang sifatnya konvensional (street crime). Tindak Pidana Siber muncul bersamaan dengan lahirnya revolusi teknologi informasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Didik M. Arif Mansur (2005 : 78) bahwa:
Interaksi sosial yang meminimalisir kehadiran secara fisik, merupakan ciri lain revolusi teknologi informasi. Dengan interaksi semacam ini, penyimpangan hubungan sosial yang berupa
kejahatan (crime) akan menyesuaiakan bentuknya dengan karakter baru tersebut.
Ringkasnya, sesuai dengan ungkapan “kejahatan merupakan produk dari masyarakat sendiri” (crime is a product of society its self),
“habitat” baru ini, dengan segala bentuk pola interaksi yang ada didalamya, akan menghasilkan jenis-jenis kejahatan yang berbeda dengan kejahatan-kejahatan lain yang sebelumnya telah dikenal. Kejahatan-kejahatan-kejahatan ini berada dalam satu kelompok besar yang dikenal dengan istilah Tindak Pidana Siber.
Pengertian Tindak Pidana Siber menurut Andi Hamzah (1992 : 13) adalah setiap aktivitas seseorang, sekelompok orang, badan hukum yang menggunakan komputer sebagai sarana melakukan kejahatan, atau menjadikan komputer sebagai sasaran kejahatan. Semua kejahatantersebut adalah bentuk-bentuk perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, baik dalam arti melawan hukum secara material maupun melawan hukum secara formal. Kemudian, definisi lain mengenai kejahatan komputer ini dikeluarkan oleh organization of european community development (OECD) yaitu sebagai berikut: “ any illegal, unethicall or unauthorized behavior relating to the authomathic processing and/or the transmission of data”. Dari definisi tersebut, kejahatan komputer ini termasuk segala akses illegal atau akses secara tidak sah terhadap suatu transmisi data. Sehingga telihat bahwa segala aktivitas yang tidak sah dalam suatu system komputer merupakan suatu kejahatan.
Batasan atau definisi dari kejahatan komputer juga diberikan oleh Andi Hamzah (1992 : 26 ), bahwa “kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara illegal. Dari pengertian yang diberikan oleh Andi Hamzah dapat disimpulkan bahwa beliau memperluas pengertian kejahatan komputer, yaitu segala aktivitas tidak sah yang memanfaatkan komputer untuk tindak pidana. Sekecil apapun dampak atau akibat yang ditimbulkan dari penggunaan komputer secara tidak sah atau illegal merupakan suatu kejahatan.
Menurut Widodo (2009 : 76 ) Tindak Pidana Siber memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Perbuatan yang dilakukan secara illegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut terjadi dalam ruang / wilayah siber / cyber (cyberspace), sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksinegara mana yang berlaku terhadapnya.
b. Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakanperalatan apa pun yang terhubung dengan internet.
c. Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materill maupun immaterial (waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasian informasi) yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan kejahatan konvensional.
d. Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaaninternet beserta aplikasinya.
e. Perbuatan tersebut sering dilakukan secara transnasional / melintas batas negara.
Kejahatan dalam bidang teknologi informasi secara umum terdiri dari dua kelompok, yaitu :
a. Kejahatan konvensional yang menggunakan bidang teknologi informasi sebagai alat bantunya, contohnya pembelian barang dengan menggunakan nomor kartu kredit curian melalui media internet;
b. Kejahatan timbul setelah adanya internet, dengan menggunakan sistem komputer sebagai korbannya, contoh kejahatan ini ialah perusak situs internet (cracking), pengiriman virus atau program-program komputer yang bertujuan untuk merusak sistem kerja komputer.
Menurut Maskun (2017 : 13) Tindak Pidana Siber disebut juga sebagai kejahatan lahir sebagai dampak negatif dari perkembangan aplikasi internet. Dari pengertian ini bahwa Tindak Pidana Siber mencakup semua jenia kejahatan beserta modus operandinya yang dilakukan sebagai negatif aplikasi internet. Secara umum yang dimaksud kejahatan komputer atau kejahatan didunia siber yaitu upaya memasuki dan atau menggunakan fasilitas komputer atau jaringan komputer tanpa izin dan dengan melawan hukum dengan atau tanpa menyebabkan perubahan dan atau kerusakan pada fasilitas komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut.
Dengan demikian jelaslah bahwa jika seseorang menggunakan komputer atau bagian dari jaringan komputer tanpa seijin yang berhak, tindakan tersebut sudah tergolong kejahatan komputer. Perkembangan Tindak Pidana Siber yang masih relatif baru mengakibatkan belum adanya definisi yang final terhadap tindak pidana siber itu sendiri.
Menurut Barda Nawawi Arief (dalam Widodo, 2009 : 23), pengertian computer related crime sama dengan Tindak Pidana Siber.
Ronny R. Nitibaskara berpendapat, bahwa kejahatan yang terjadi melalui atau pada jaringan komputer di dalam internet disebut Tindak Pidana Siber atau cybercrime, kejahatan ini juga dapat disebut kejahatan yang berhubungan dengan komputer (computer related crime), yang mencakup dua hal kategori kejahatan, yaitu kejahatan yang menggunakan komputer sebagai sarana atau alat dan menjadikan komputer sebagai sasaran atau objek kejahatan.
Goodman dan Brenner (dalam Didik Herman Sulistyo Sutanto, 2015 : 27) melakukan survey mengenai Tindak Pidana Siber. Survey ini menunjukan bahwa di negara – negara yang relatif maju teknologi informasinya Tindak Pidana Siber dapat dibedakan menjadi delapan kategori, yaitu: akses yang tidak sah, merubah dan memanipulasi data pada komputer secara tidak sah, sabotase terhadap komputer, pemanfaatan sistem informasi secara melawan hukum, penipuan dengan komputer (computer fraud, spionase (industrial, keamananan dan lain lain), dan pelanggaran privasi.
Lastwoka dan Hunter (dalam Budi Sahariyanto, 2013 : 14) mendefinisikan Tindak Pidana Siber sama dengan apa yang biasanya disebut sebagai virtual crime (kejahatan maya), yaitu suatu kejahatan dilakukan terhadap komputer atau dengan alat bantu komputer. Meskipun gambaran mengenai Tindak Pidana Siber cukup beragam, pada dasarnya terdapat karakteristik tertentu yang dapat digunakan untuk mengenali Tindak Pidana Siber. Pada umumnya Tindak Pidana Siber memiliki ciri – ciri sebagai berikut: non-violence (tanpa kekerasan), sedikit melibatkan kontak fisik (minimum of physical contact), menggunakan peralatan dan teknologi, memanfaatkan jaringan telematika global (Edmon Makarim, 2003 : 56).
Berdasarkan ciri – ciri tersebut, terutama ciri yang terakhir, Tindak Pidana Siber dapat terjadi dengan mengaitkan beberapa wilayah hukum atau beberapa negara sekaligus. Hal ini sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh negara-negara G-8 yang menyatakan bahwa high tech dan computer relate crimes termasuk ke dalam transnational crime.
Masuknya cybercrime ke dalam kategori transnational crime berarti bahwa tindak pidana siber melibatkan lintas yurisdiksi.
Menurut Sutan Remy Syahdeini (2009 : 40) Di Indonesia cybercrime dapat diartikan dengan tindak pidana komputer. Definisinya adalah perilaku yang dilakukan oleh pelakunya dengan menggunakan program komputer sebagai sarana untuk menggunakan program komputer sebagai sarana untuk melakukan perbuatan tersebut atau yang dilakukan
oleh pelakunya terhadap sistem komputer sebagai sasarannya dan telah dikriminalisasi oleh undang – undang pidana sebagai tindak pidana.
Berdasarkan definisi – definisi di atas, dapatlah dirumuskan bahwa tindak pidana siber itu merupakan segala tindakan yang merugikan orang lain dengan menggunakan komputer sebagai alat untuk melakukan kejahatan serta sistem dan data di dalamnya sebagai target. Atau, Tindak Pidana Siber dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai komputer sebagai sarana/alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Secara ringkas tindak pidana siber ini dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer canggih (A. Dipanegara, 2009 : 26).
Menurut Petrus Reinhard Golose (dalam Budi Sahariyanto, 2013 : 15) dalam kasus kejahatan dunia maya, baik korban maupun pelaku tidak berhadapan langsung dalam 1 (satu) tempat kejadian perkara. Dalam beberapa kasus, baik korban maupun pelaku dapat berada pada negara yang berbeda. Hal tersebut menggambarkan bahwa kejahatan dunia maya merupakan salah satu bentuk kejahatan lintas negara (transnational crime), dan tak berbatas (borderless), tanpa kekerasan (non violence), tidak ada kontak fisik (nophisically contact) dan tanpa nama (anonimity).