• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

3. Pengertian Tindak Tutur

Dalam percakapan terdapat tindak tutur, istilah tindak tutur berasal dari bahasa Inggris “speech act” yang berarti tindak tutur. Namun, ada beberapa pragmatis Indonesia (seperti Purwo) yang menerjemahkan ke dalam tindak tutur.

Dalam pengertian ini, tampaknya tidak ada perbedaan antara dua arti istilah bahasa Indonesia (Siregar, 1997: 36). Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu istilah saja, yaitu tindak tutur. Tindak tutur merupakan gejala individu, bersifat psikologis, dan ditentukan oleh kemampuan berbahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur lebih menitikberatkan pada makna atau makna dari tindakan tersebut, sedangkan peristiwa tutur lebih menitikberatkan pada tujuan dari peristiwa tersebut. Dalam tindak tutur ini terdapat peristiwa tutur yang dilakukan penutur kepada mitra tutur dalam rangka menyampaikan komunikasi. Austin (1962) menekankan tindak tutur dari sudut pandang penutur. Kalimat yang bentuk formalnya berupa pertanyaan memberikan informasi dan juga dapat berfungsi untuk melakukan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur.

Hal ini karena peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena melibatkan pihak yang berbicara dalam situasi atau tempat tertentu. Jika percakapan baru memenuhi syarat yang dikemukakan oleh ahli sosiolinguistik ternama Dell Hymes (1972), yaitu jika huruf pertama digabungkan dengan akronim SPEAKING, maka ada delapan peristiwa tutur, disebut peristiwa tutur jika memenuhi syarat yang harus dipenuhi oleh unsur tersebut. Kedelapan komponen tersebut adalah:

S : Setting and scene P : Participants E : Ends

A : Act sequences K : Key

I : Instrumentalities

N : Norms of Interaction and Interpretation G : Genres

Pengaturan dan adegan. Setting berkaitan dengan waktu dan tempat tuturan, dan scene berkaitan dengan situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis percakapan. Variasi bahasa yang berbeda dapat digunakan tergantung pada waktu, tempat, dan situasi percakapan. Berbicara di lapangan sepak bola saat pertandingan sepak bola dalam situasi yang sangat ramai tentunya berbeda dengan berbicara di ruang perpustakaan ketika banyak orang sedang membaca buku dan diam. Anda dapat berbicara dengan keras di lapangan sepak bola, tetapi Anda harus setenang mungkin di perpustakaan.

Partisipan adalah pihak-pihak yang terlibat dalam percakapan dan dapat menjadi pembicara dan pendengar, sapaan dan salam, atau pengirim dan penerima (pesan). Keduanya melakukan percakapan dan bertukar peran sebagai pembicara atau pendengar. Namun dalam khutbah masjid, khatib sebagai pembicara dan jamaah sebagai pendengar tidak dapat saling bertukar peran. Status sosial peserta menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, anak menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Misalnya, anak menggunakan variasi dan guru dibandingkan dengan berbicara dengan teman sebaya.

Ini mengacu pada akhir, maksud atau tujuan ucapan. Peristiwa yang terjadi di pengadilan bertujuan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Namun, tujuan para peserta dalam acara pidato berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, dan hakim berusaha memberikan putusan yang adil. Dalam sambutannya di ruang kuliah linguistik, seorang dosen cantik berusaha menjelaskan materi kuliah agar mahasiswa bisa memahaminya. Namun, beberapa siswa mungkin datang untuk melihat wajah cantik sang instruktur.

Serangkaian tindakan mengacu pada bentuk tuturan dan isi tuturan. Bentuk tuturan ini berkaitan dengan kata-kata yang digunakan, cara penggunaannya, dan hubungan antara apa yang diucapkan dengan topik pembicaraan. Format kuliah ekstensi, percakapan biasa, dan pidato partai berbeda dengan apa yang sedang dibahas.

Kuncinya adalah nada, tata krama, dan semangat pesan yang disampaikan dengan suka cita, keseriusan, sesak, arogan, dan ejekan. Itu juga dapat ditampilkan sebagai isyarat atau isyarat.

Sarana mengacu pada bahasa yang digunakan, seperti yang diucapkan atau ditulis melalui telegraf atau telepon. Instrumentasi ini juga mengacu pada kode suara yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragmen, register, dll.

Norma Interaksi dan Interpretasi, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya yang berkaitan dengan menyela, bertanya, dan sebagainya.

Juga mengacu pada norma-norma interpretasi pidato lawan bicara.

Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, ucapan, doa, dan sebagainya.

Perilaku berbicara merupakan gejala psikologis individu, dan kelangsungannya ditentukan oleh keterampilan berbicara penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur lebih umum dalam arti atau makna tindakan dalam tuturannya. Kalimat "Di luar sangat dingin!" Dapat memiliki arti yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Pembicara mungkin hanya menyatakan fakta cuaca pada saat itu, meminta orang lain untuk memakai pakaian hangat, atau mengeluh. Oleh karena itu, keterampilan sosiolinguistik, termasuk pemahaman tindak tutur, sangat penting untuk komunikasi, karena manusia sering menghadapi kebutuhan untuk memahami dan menggunakan berbagai jenis tindak tutur yang dapat dicapai dengan strategi yang berbeda. (Apriastuti, 2017)

Perilaku berbicara merupakan gejala psikologis individu yang kesinambungannya ditentukan oleh kemampuan berbicara penutur dalam

menghadapi situasi tertentu. Perilaku berbicara mencakup situasi psikologis (misalnya rasa terima kasih, permintaan maaf) dan tindakan sosial seperti mempengaruhi perilaku orang lain (misalnya mengingatkan, memerintah) atau mengontrak (misalnya menjanjikan, menyebut nama), termasuk tindakan.

Tindak tutur merupakan salah satu bidang penelitian pragmatik. Tindak tutur melakukan tindakan tertentu melalui kata-kata (Suwito, 2003: 172).

Misalnya, meminta sesuatu, menolak (menawarkan, meminta), berterima kasih, menyapa, memuji, meminta maaf, mengeluh, dan sebagainya.

Selain itu, peristiwa tutur (speech event) dari Rohmadi (2004:30) merupakan fenomena sosial, di mana terjadi interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu. Setelah itu, tindak tutur cenderung merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan ditentukan oleh kemampuan berbahasa penutur. bahasa. Menghadapi situasi tertentu. Kapan peristiwa tutur itu menunjukkan maksud atau makna dari tindakan tuturan tersebut.

Tindak tutur adalah kegiatan seseorang menggunakan bahasa kepada mitra tutur untuk mengkomunikasikan sesuatu. Apa makna yang dikomunikasikan tidak hanya dapat dipahami berdasarkan penggunaan bahasa dalam berbicara tetapi juga ditentukan oleh aspek komunikasi yang komprehensif, termasuk aspek situasional komunikasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah tuturan yang mengandung tindakan sebagai fungsional untuk mengkomunikasikan sesuatu yang mempertimbangkan aspek situasi sosial.

Dokumen terkait