• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

H. Pengertian tinjauan fiqih siyasah

I. Pengertian tinjauan fiqih siyasah dusturiyah

Fiqh bersal dari faqaha-yafqahu-fiqhan. Secara bahasa, pengertian fiqh adalah “paham yang mendalam”. Menurut istilah, fiqh adalah ilmu atau

pemahaman tentang hukum-hukum syariat yang bersifat amaliah, yang digali dari dalil-dalilnya yang rinci (tafsili). Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa fiqh adalah upaya sungguh-sungguh dari para ulama (mujtahidin) untuk menggali hokum-hukum syara‟sehingga dapat diamalkan oleh umat islam.

Fiqh disebut juga dengan hukum islam. Karena fiqh bersifat ijtihadiyah, pemahaman terhadap hukum syara‟ tersebut pun mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perubahan dan perkembangan situasi dan kondisi manusia itu sendiri.

Kata “siyasah” berasal dari kata sasa, berarti mengatur mengurus dan memerintah; atau pemerintahan, politik dan pembuatan kebijaksanaan.

Pengertian kebahasaan ini mengisyaratkan bahwa tujuan siyasah adalah mengatur, mengurus dan membuat kebijaksanaan atas sesuatu yang bersifat politis untuk mencangkup sesuatu. Secara terminologis, Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan bahwa siyasah adalah “pengaturan perundangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan.” Sementara Louis Ma‟luf memberikan batasan siyasah adalah

“membuat kemaslahatan manusia dengan membimbing mereka ke jalan keselamatan.” Adapun Ibn manzhur mendefinisikan siyasah “mengatur atau memimpin sesuatu yang mengantarkan manusia kepada kemaslahatan.”

Definisi yang bernuansa religius dikemukakan oleh Ibn Qayyim al- Jawziyah. Menurutnya, siyasah adalah “suatu perbuatan yang membawa manusia dekat kepada kemaslahatan dan terhindar dari kebinasaan,meskipun perbuatan tersebut tidak ditetapkan oleh Rasulullah SAW atau diwahyukan

32

oleh Allah SWT. Definisi senada juga dirumuskan oleh Ahmad Fathi Bahansiyang menyatakan bahwa siyasah adalah “pengaturan kepentingan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan ketentuan syara‟”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fiqh siyasah merupakan salah satu aspek hukum Islam yang membicarakan pengaturan dan pengurusan kehidupan manusia dalam bernegara demi mencapai kemaslahatan bagi manusia itu sendiri.19 Sebagai ilmu ketatanegaraan dalam Islam fiqh siyasah antara lain membicarakan tentang siapa sumber kekuasaan, siapa pelaksana kekuasaan, apa dasar kekuasaan dan bagaimana cara-cara pelaksana kekuasaan menjalankan kekuasaan yang diberikan kepadanya, dan kepada siapa pelaksana kekuasaan mempertanggungjawabkan kekuasaannya.

Dalam fiqh siyasah, konstitusi disebut juga dengan dusturi. Kata ini berasal dari bahasa Persia. Semula artinya adalah “seseorang yang memiliki otoritas, baik dalam bidang politik maupun agama.” Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini digunakan untuk menunjukkan anggota kependetaan (pemuka agama) Zoroaster (Majusi). Setelah mengalami penyerapan ke dalam bahasa Arab, kata dustur berkembangpengertiannya menjadi asas, dasar, atau pembinaan.

Menurut istilah, dustur berarti kumpulan kaidah yang mengatur dasar dan hubungan kerja sama antara sesama anggota masyarakat dalam sebuah negara, baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun tertulis (konstitusi). Kata

19 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, Jakarta: Gaya Media Persada,2011 h. 2-4

dustur juga sudah diserap ke dalam bahasa Indoneisa yang salah satu artinya adalah undang-undang dasar suatu negara.20

Sumber Fiqih Siyasah dusturiyah pertama adalah Al-Qur‟an yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan prinsip-prinsip kehidupan kemasyarkatan, serta semangat ajaran-ajaran dari Al-Qur‟an. Kemudian kedua adalah hadist-hadist yang berhubungan dengan Imamah, dan kebijakan-kebijakan Rasulullah SAW didalam menerapkan hukum Negeri Arab.21 Ketiga adalah kebijakan-kebijakan Khalifa Al-Rasyidin didalam mengendalikan pemerintahannya, sesuai dengan pembahasan masing-masing. Keempat adalah hasil ijtihad para ulama‟, didalam masalah Fiqih Siyasah dusturiyah hasil Ijtihad ulama sangat membantu dalam memahami semangat dan prinsip Fiqih Dusturiyah dalam mencapai kemaslahatan Umat misalnya haruslah terjamin dan terpelihara dengan baik, sumber Kelima adalah adat kebiasaan suatu bangsa yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Hadis.

Fiqih siyasah dusturiyah merupakan sama halnya dengan undang-undang dasar negara yang dijadikan rujukan aturan perundang-undang-undang-undangan dalam menegakkan hukum. Menurut Abdul Wahhab Khallaf dalam bukunya yang berjudul al-siyasah ala syar‟iyyah, prinsip-prinsip yang diletakkan Islam dalam perumusan undang-undang dasr ini adala jaminan hak asasi manusia setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan semua orang dimata hukum, tanpa membeda-bedakan stafikasi sosial kekayaan, pendidikan, dan agama. Pembahasan tentang konsitusi ini juga berkaitan dengan

20 Ibid, h.177-178.

21 Muhammad Iqbal, fiqih siyasah, Jakarta: Gaya Media Persada,2011) hlm 53

34

sumber dan kaedah perundang-undangan di suatu negara untuk diterapkan, baik sumber materil, sumber sejarah, sumber perundang-undangan maupun sumber penafsirannya.22

Kemudian agar mempunyai kekuatan hukum, sebuah Undang-Undang Dasar yang akan dirumuskan harus mempunyai landasan. Dengan landasan yang kuat undang-undang tersebut akan memiliki kekuatan pula untuk mengikat dan mengatur masyarakat dalam Negara yang bersangkutan.

Sementara sumber penafsiran adalah otoritas para ahli hukum untuk menafsirkan atau menjelaskan hal-hal yang perlu pada saat undang-undang tersebut diterapkan.

J. Hubungan Dengan Fiqih Siyasah Dusturiyah

Fiqih siyasah dusturiyah merupakan bagian dari hukum Islam yang salah satu objek kajiannya mengenai peraturan perundang-undangan. Secara sederhan umum kajiannya meliputi hukum tata negara, administrasi negara, hukum internasional, dan keuangan negara.23

Hukum Islam itu sendiri ditetapkan tidak lain adalah untuk kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Sehingga pada dasarnya hukum Islam itu dibuat untuk mewujudkan kebahagian individu maupun kolektif, memelihara aturan serta menyemarakkan dunia dengan segenap sarana yang ajan menyampaikannya kepada Jenjang-jenjang kesempurnaan, kebaikan, budaya, dan peradaban yang mulia, karena dakwah Islam

22 Muhammad Iqbal, fiqh siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya Media Persada,2011), 162

23 Mustofa Hasan, “Aplikasi Teori Politik Islam Persepektif Kaidah-Kaidah Fikih”, Madani, No 1, Vol.XVII (Juni,2014), hlm 104.

merupakan rahmat bagi seluruh manusia.

Terdapat beberapa kaidah fiqih yang kemudian dijadikan pegangan dalam bidang kajian fiqih siyasah, yang tidak lain tujuannya pun sebagaimana tujuan penetapan hukum Islam yakni kemaslahatan manusia didunia dan di akhirat. Kaidah-kaidah fiqih dalam bidang fiqih siyasah diantaranya yaitu:

Kaidah tersebut menunjukkan bahwa pentingnya menjaga kearifan lokal, terlebih dalam konteks negara Indonesia yang dasar ideologinya adalah Pancasila. Kemudian dalam Al-Qur‟an Surat Ash Shura 42 ayat 38 juga disebutkan Akan pentingnya bermusyawarah dalam membuat kebijakan:

























Artinya: “dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan tuhannya dan mendirikan Shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. (QS. Ash-Shura/42:38)”

Musyawarah dalam mengambil sebuah kebijakan sangat penting dilakukan, khususnya pada negara yang menggunakan prinsip demokrasi seperti halnya negara Indonesia. Prinsip keempat dari Pancasila menegaskan bahwa prinsip demokrasi harus dijalankan dengan Cara yang bijaksana dengan musyawarah. Teori demokrasi Pancasila adalah pandangan bahwa semua hal yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial harus diselesaikan melalui musyawarah mufakat.

Siyasah dusturiyah berhubungan dengan peraturan dasar tentang bentuk pemerintahan dan batasan kekuasaan, Cara pemilihan (kepala negara),

36

batasan kekuasaan yang lazim bagi pelaksaan urusan umat, dan ketetapan hak-hak yang wajib bagi individu dan masyarakat, serta hubungan antar penguasa dan rakyat. Siyasah dusturiyah mulai berkembang dari konstitusi Madinah kepada nilai-nilai yang ada dalam konstitusi Madinah kemudian dituangkan dalam Undang-undang dasar masing-masing Negara di dunia Islam sesuai dengan kondisi sosial politik di Negaranya masing-masing.

Nilai-nilai yang diletakkan dalam perumusan undang-undang dasar adalah jaminan atas hak asasi manusia setiap anggota masyarakat dan persamaan kedudukan status sosial, metari, pendidikan, dan agama. Sehingga tujuan dibuatnya peraturan perundang undangan untuk merealisasikan kemaslahatan manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia yang merupakan prinsip fiqih siyasah dusturiyahakan tercapai.24

K. Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini penulis juga melakukan studi kepustakaan dengan cara mengamati penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya:

1. Marito, NIM 23154118, jurusan Siyasah fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dengan judul Perlindungan Hukum Pada Fakir Miskin Berdasarkan Undang-Undang No 13 Tahun 2011 Ditinjau Dari Perspektif Fiqih Siyasah (Studi Kasus di Labuhan

24 Ghofar Shidiq, “Teori Maqashid Al-Syari‟ah dalam Hukum Islam”, Sultan Agung, No.118,Vol. XLIV (Juni-Agustus, 2019) hlm 121

Batu). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena ditinjau melalui Undang-Undang No 13 Tahun 2011 dan fiqih siyasah.25

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan focus dengan permasalahan fakir miskin. Sementara itu perbedaan dapat dilihat dari objek penelitian yang dilakukan penulis dengan objek penelitian yang dilakukan oleh marito. Objek penelitian yang penulis lakukan adalah bagaimana penanganan fakir miskin oleh Dinas Sosial di Kota Pekanbaru, Sedangkan objek penelitian yang dilakukan oleh marito perlindungan hukum terhadap fakir miskin.

2. Feny, NIM 11624200698, jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah) fakultas Syari`ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, dengan judul Efektivitas Kinerja Dinas Sosial Kota Pekanbaru Terkait Penanganan Terhadap Fakir Miskin Di Kota Pekanbaru Dalam Perspektif Fiqh Siyasah. Penelitian ini adalah penelitian Sosiologis Hukum dengan metode Penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di Dinas Sosial Kota Pekanbaru.26

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan focus dengan permasalahan fakir miskin. Sementara itu perbedaan dapat dilihat

25 Marito, Perlindungan Hukum Pada Fakir Miskin Berdasarkan Undang-Undang No 13 Tahun 2011 Ditinjau Dari Perspektif Fiqih Siyasah (Studi Kasus di Labuhan Batu) (Skripsi : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2020), h 11

26 Feny, Efektivitas Kinerja Dinas Sosial Kota Pekanbaru Terkait Penanganan Terhadap Fakir Miskin Di Kota Pekanbaru Dalam Perspektif Fiqh Siyasah (Skripsi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2020), h2

38

dari objek penelitian yang dilakukan penulis dengan objek penelitian yang dilakukan oleh feny. Objek penelitian yang penulis lakukan adalah bagaimana penanganan fakir miskin oleh Dinas Sosial di Kota Pekanbaru, Sedangkan objek penelitian yang dilakukan oleh feny adalah Efektivitas Kinerja Dinas Sosial di Kota Pekanbaru.

3. Laras, NIM 1730203038, jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah) fakultas Syari`ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Batusangkar dengan judul, Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar Dalam Penanganan Fakir Miskin Perspektif Fiqih Siyasah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena ditinjau dari Perspektif Fiqih Siyasah. 27

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif dengan focus dengan permasalahan fakir miskin. Sementara itu perbedaan dapat dilihat dari objek penelitian yang dilakukan penulis dengan objek penelitian yang dilakukan oleh laras. Objek penelitian yang penulis lakukan adalah bagaimana penanganan fakir miskin oleh Dinas Sosial di Kota Pekanbaru, Sedangkan objek penelitian yang dilakukan oleh laras Penanganan Fakir Miskin Perspektif Fiqih Siyasah.

27 Laras, Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar Dalam Penanganan Fakir Miskin Perspektif Fiqih Siyasah (Skripsi : Universitas Islam Negeri Batusangkar, 2021), h3

39

Metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai “kegiatan ilmiah” karena penelitian dilakukan dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori. “Terencana” karena penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dana dan aksesibilitas terhadap tempat dan data.28

Metode penelitian merupakan proses kegiatan dalam bentuk pengumpulan data, analisis dan memberikan interprestasi yang terkait dengan tujuan penelitian.29

A. Metode Penelitian

1. Jenis Dan Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat sosiologi hukum dimana merupakan penelitian berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Dengan cara melakukan survey langsung kelapangan untuk mengumpulkan data primer dan disertai dengan data sekunder yang didapat langsung dari responden melalui observasi, wawancara, angket dan kajian pustaka untuk dijadikan data atau informasi sebagai bahan dalam penulisan penelitian ini.

28 J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Kompas Gramedia Building, 2010), cet. ke-1, h. 5

29 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2019), cet. ke-1, h. 2

40

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) penulis lakukan di Pekanbaru tempatnya di Dinas Sosial Kota Pekanbaru yang bertempat di Jalan Parit Indah Jl. Datuk Setia Maharaja No 6, Simpang Tiga, Kec.Bukit Raya Kota Pekanbaru.

3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Yang menjadi subyek didalam penelitian ini adalah Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir 10 0rang Fakir Miskin

b. Dan yang menjadi objek didalam penelitian ini adalah penanganan fakir miskin oleh Dinas Sosial di Kota Pekanbaru.

4. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.30 Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti.

Sampel dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat dalam penanganan fakir miskin oleh dinas sosial Kota Pekanbaru berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 Dalam Tinjauan Fiqih Siyasah.

Sampelnya adalah Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir dan 1 orang Kepala Sub Seksi Bidang Pemberdayaan

30Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Bandung: CV.

Alfabeta, 2014), cet. ke-2, h. 62

Sosial Keluarga miskin, karena jumlah populasi yang relatif sedikit penulis menjadikan seluruh populasi sebagai sampel dengan teknik puposive sampling.

Untuk tercapainya maksud dan tujuan penelitian ini, maka yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. 1 Orang Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir

b. Dan 1 orang Kepala Sub Seksi Bidang Pemberdayaan Sosial Keluarga miskin

c. 10 Orang Fakir Miskin 5. Sumber dan Jenis Data

Adapun sumber data yang dipakai didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau objeknya. Dalam penelitian ini sumber datanya adalah data yang di peroleh langsung dari responden, kuesioner, wawancara dan kajian pustaka yang berkenaan dengan yang diteliti.

b. Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari literatur kepustakaan ataupun teori yang berkaitan baik itu didapatkan dari penelitian terdahulu, para ahli, ataupun buku yang bersangkutan dengan hal yang diteliti.

42

6. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa macam teknik pengumpulan data dalam penelitian ini seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. Disamping perlu menggunakan metode penelitian yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik operasional dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung pada sebuah objek di lingkungan yang masih berlangsung atau dalam tahap kajian menggunakan panca indera. Tindakan observasi dilakukan secara sengaja dengan mematuhi aturan pengamatan yang berlaku. Observasi dilakukan terhadap penanganan fakir miskin oleh Dinas Sosial di Kota Pekanbaru.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pengumpulan data yang dilakukan secara lisan melalui pertanyaanpertanyaan yang diajukan kepada responden31

c. Dokumentasi

Yaitu pengambilan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dokumen atau berkas-berkas pada instansi dan pihak-pihak terkait di Dinas Sosial di Kota Pekanbaru.

31 Ibid, Hal 14

7. Teknik Analisa Data

Adapun metode analisa data yang dipakai peneliti adalah deskriptif kualitatif. Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut dikelompokkan menurut jenisnya sesuai dengan masalah pokok penelitian. Selanjutnya, terhadap data dan hasil wawancara disajikan dalam bentuk tabel dan/atau uraian kalimat. Selanjutnya penulis melakukan interpretasi data yakni memberikan pengertian atau pemaknaan terhadap data yang telah disajikan. Kemudian dilakukan pembahasan dengan mengacu kepada pendapat para ahli, teori dan/atau peraturan perundang-undangan.32 Akhirnya dengan data tersebut kemudian akan dibuat kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini.

Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara deduktif penarikan kesimpulan dari situasi yang umum, memperoleh yang khusus dari hal yang umum.

8. Teknik Penulisan

Setelah data-data diperoleh dan dianalisa kemudian di susun dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :

a. Deduktif, yaitu menggambarkan dan menguraikan data-data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti secara umum dan kemudian dianalisa untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat khusus.

32Fakultas Hukum Lancang Kuning, Pengertian Analisi Data, Pekanbaru, 2012. Hlm. 14-15.

Dokumen terkait