• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A.Zakat Fitrah

1. Pengertian Zakat Fitrah

Kata Zakat berasal dari bahasa Arab Az-Zakaata kata ini bersumber dari fiil, zakaa-yazakawu menjadi Zakaa‟a yang berarti tumbuh berkembang, suci dan bersih.1Zakat secara bahasa, mashdar dari “Zaka asy-syai‟u” yang artinya berkembang atau bertambahnya sesuatu.Maka Az-zakah artinya adalah keberkahan, pertumbuhan, kebersihan dan kebaikan.2 Kata-kata zakat itu, arti aslinya ialah tumbuh, suci dan berkah, Firman Allah Swt.:

ۡ زُخ

ۡ

ۡ ۡۗ مٍَُّنۡ ٞهَكَسَۡكَح ََُٰهَصَّۡنِإۡ ۡۖ مٍِ يَهَعِّۡمَصََۡاٍَِبۡمٍِيِّكَضُحََۡ مٌُُشٍَِّطُحۡٗتَقَذَصۡ مٍِِن ََُٰ مَأۡ هِم

ََۡ

َُّۡللّٱ

ۡ

ٌۡميِهَعٌۡعيِمَس

٣٠١

ۡ

Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan bendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. At-Taubah:103)”3

Maksud ayat di atas, bahwasannya “Ambillah wahai Nabi, dari sebagian harta benda orang-orang yang telah bertaubat yang mencampuradukkan antara amal shalih dan pebuatan buruk, sedekah (zakat) yang membersihkan mereka dari kotoran dosa-dosa dan mengangkat mereka dari golongan orang-orang munafik menuju derajat orang-orang yang ikhlas

1

Muhammad Ali, Fiqih, (Bandar Lampung : Aura Publhising, 2013),h.45. 2

Syaikh Abu Malik Kamal, Ensiklopedi Puasa dan Zakat, (Solo:Roemah Buku,2013),h.142 3

Kementerian Agama RI, Al Qur‟an Tajwid dan Terjemah Perkata, (Bandung:Al-Jumanatul Ali, 2014). h.203.

dan berdoalah (kepada Allah) bagi mereka untuk mengampuni dosa-dosa mereka, dan mintakanlah ampunan bagi mereka dosa-dosa itu. Sesungguhnya doamudan permintaan ampunanmu menjadi rahmat dan ketenangan bagi mereka. Dan Allah Maa Mendengar tiap-tiap doa dan ucapan, Maha Mengeahui keadaan-keadaan hamba-amba dan niat-niat mereka Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang yang berbuat sesuai dengan perbuatannya.”4

Menurut bahasa, Al-Fithru adalah isim mashdar dari perkataan Afthara sho‟imu, artinya orang yang berpuasa itu berbuka. Maka istilah Zakaatul fithri mensucikan orang-orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia, perkataan kotor dan sebagai makanan bagi kaum miskin.5Adapun makna Fitrah adalah merujuk pada keadaan manusia saat baru di ciptakan atau khilqah. Kata fitrah berarti Khilqan yaitu karakter dasar manusia yang bisa menerima kebenaran dan mampu meraihnya.6 Sebagaimana Allah SWT berfirman :

ۡ مِقَأَف

ۡ

ۡ َثَش طِفۡ ۚاٗفيِىَدۡ ِهيِّذهِنۡ َكٍَ جََ

َِّۡللّٱ

ۡ

يِخَّنٱ

ۡ

ۡ َشَطَف

َۡطاَّىنٱ

ۡ

ِۡق هَخِنۡ َميِذ بَحۡ َلَۡۚاٍَ يَهَع

َِّۡۚللّٱ

ۡ

َۡكِن ََٰر

ُۡهيِّذنٱ

ۡ

ُۡمِّيَق نٱ

ۡ

َۡشَث كَأَّۡهِكََٰنََ

ِۡطاَّىنٱ

ۡ

ۡ َنُُمَه عَيۡ َلَ

١٠

ۡۡ

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S.Ar-Rum:30).”7

4

Syaik Al-Allamah Dr. Shalih Bin Muhamad Alu Asy-Syaikh, Tafsir Muyassar: Memahami Al-Qur‟an dengan Terjemahan dan Penafsiran Paling Mudah, Surat Al-Fatihah-Maryam, (Jakarta: Darul Haq, 2016),h.608

5

Abu Muhammad Ibnu Shalih, Zakat dan Cara Menghitungnya, (Bogor : Pustaka Ibnu Umar), h.79.

6

A. Muntaha, Fiqh Zakat: Panduan Praktis dan Masalah Kekinian,(Kediri : Pustaka Gerbang Lama, 2013),h.68

7

21

Maksud ayat di atas bahwasannya “tegakkanlah wajahmu, wahai rasul dan orang-orang yang mengikutimu, dan berjalanlah terus di atas agama Allah SWT. syariatkan untukmu, yaitu islam di mana Allah telah memfitrahkan manusia di atasnya. Keberadaan kalian di atasnya dan berpegangnya kalian kepadanya adalah berpegang kepada fitrah Allah dalam bentuk iman hanya kepada-Nya semata, tiada pergantian bagi ciptaan dan agama Allah. Inilah jalan lurus yang menyampaikan kepada ridha Allah, Tuhan semesta alam dan surga-Nya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui bahwa apa yang diperintahkan kepadamu, wahai rasul, adalah agama yang haq, bukan selainnya.”8

Seorang ulama pakar tafsir, Imam Ibnu Katsir, menjelaskan ayat ini: “Maksudnya adalah tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada apa yang disyariatkan Allah kepadamu, yaitu berupa agama Nabi Ibrahim yang hanif, yang merupakan pedoman hidup bagimu. Yang Allah telah sempurnakan agama ini dengan puncak kesempurnaan. Dengan itu berarti engkau masih berada pada fitrahmu yang salimah (lurus dan benar). Sebagaimana ketika Allah ciptakan para makhluk dalam keadaan itu. Yaitu Allah menciptakan para makhluk dalam keaadan mengenal-Nya, mentauhidkan-Nya dan mengakui tidak ada yang berhak disembah selain Allah” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/313). Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Islam adalah agama yang fitrah yang pasti akan diterima oleh semua orang yang memiliki

8

fitrah yang salimah”. Artinya orang yang memiliki jiwa yang bersih sebagaimana ketika ia diciptakan pasti akan menerima ajaran-ajaran Islam dengan lapang dada.

Fitrah bukanlah ilmu Illahi yang akan dituju setiap individu dan juga bukan kesiapan netral dalam menerima kebenaran ataupun kebatilan dan kebaikan ataupun kejahatan. Hal tersebut tidak bermakna bahwa seorang yang lahir dilahirkan dengan ilmu pengetahuan instan yang jauh dari ajaran agama islam. Seseorang dilahirkan dengan potensi untuk bisa membedakan antara yang baik dari yang buruk,yang terpuji dari yang tercela.9

Maksud dari zakat ini adalah zakat jiwa, diambil dari kata fitrah, yaitu asal usul penciptaan jiwa (manusia) sehingga wajib atas setiap jiwa (Fathul Bari, 3/367). Semakna dengan itu Ahmad bin Muhammad Al-Fayyumi menjelaskan bahwa ucapan para ulama “wajib fitrah” maksudnya adalah wajib zakat fitrah atau yang lebih popular disebut zakat fitri atau sadaqah fitri. Kata fitri artinya kembali kepada makna berbuka dari puasa Ramadhan, karena kewajiban tersebut ada setelah selesai menunaikan puasa Ramadhan.

Zakat fitrah juga dinamakan zakat an-nafs, yang berarti zakat untuk menyucikan jiwa di akhir bulan Ramadhan dengan mengeluarkan sebagian bahan makanan yang dapat mengenyangkan menurut ukuran tertentu sebagaimana yang diatur oleh syariat sebagai tanda pembersih dari hal-hal

9

Muhammad Izzuddin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2006 ),h.445-446.

Dokumen terkait