BAB II KAJIAN PUSTAKA
5. Pengetahuan Emosi Diri pada Anak TK Kelompok B (Usia 5−6 tahun)
a. Pengertian Pengetahuan Emosi Diri
Emosi merupakan perasaan yang melibatkan gejolak psikologis (denyut jantung makin cepat, tekanan darah naik, badan tegang, dan perilaku yang tampak seperti perubahan ekspresi wajah, suara, gesture, atau tindakan (Santrock, 2002: 205). Sementara itu, Nissen dan Carol (dalam Jurnal Promoting Emotional Competence in the Preschool Classroom: 2010) menyebutkan komponen kompetensi emosi pada anak prasekolah yang terdiri dari pengetahuan emosi, mengekspresikan emosi, dan pengelolaan emosi. Pengetahuan emosi yaitu proses indentifikasi ekspresi emosi orang lain dan pemberian respon berupa menunjukkan ekspresi yang dapat diterima orang lain, Nissen dan Carol (2010:1).
Pengetahuan emosi termasuk dalam ranah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi menurut Mashar (2011: 60) merupakan kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar anak mampu merespon secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi. Sementara itu, Salovey dan Mayer (dalam Aunurahman, 2010: 85) menerangkan tentang aspek-aspek yang terdapat dalam kecerdasan emosional, yaitu: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.
Berdasarkan beberpa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan emosi diri adalah bagian dari kecerdasan emosional dimana
seseorang mampu mengenali perasaan diri dan memberikan respon positif berupa ekspresi yang dapat diterima oleh orang lain.
b. Peran Penting Pengetahuan Emosi
Peran emosi menurut Jensen (2008: 312) sebagai aspek integral dari sistem pengoperasioan neural karena akan mempercepat kemampuan berfikir dengan memberikan respon fisik tubuh terhadap lingkungan. Sementara itu, menurut Mashar (2011: 68) peran emosi sebagai bentuk komunikasi untuk menyatakan kebutuhan dan mempengaruhi kepribadian serta penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Lebih lanjut Bretherton (dalam Santrock, 2002: 205) menguraikan bahwa emosi berfungsi untuk penyesuaian diri dan kelangsungan hidup (adaptation and survival), pengaturan (regulation), dan komunikasi.
Menurut Mashar, (2011: 60) mengajari anak keterampilan emosi dan sosial dapat memantau anak mengatasi berbagai masalah yang timbul selama proses perkembangannya menuju dewasa. Tidak hanya itu, dengan keterampilan emosi dan sosial, anak akan mampu mengatasi tantangan emosional dalam kehidupan moderen. Sementara itu, Nissen dan Hawkins dalam jurnalnya (2010: 1) berpendapat bahwa pengenalan kompetensi emosi yang dimulai pada prasekolah dilanjutkan hingga sekolah dasar terbukti dapat meningkatkan kesehatan mental dan keberhasilan di sekolah, hal tersebut terjadi karena kesuksesan interaksi teman sebaya. Pengenalan kompetensi emosi dilakukan untuk mengatasi masalah anak yang masih kesulitan mengatur emosi sehingga seringkali ekspresi anak sangat agresif. Melalui pengenalan emosi diharapkan agar interaksi anak dapat diterima secara sosial. Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan emosi diri mempunyai peran yang sangat penting sebagai dasar untuk berfikir, berkomunikasi, beradaptasi, pemecahan masalah, dan dapat meningkatkan keberhasilan di sekolah.
c. Jenis Emosi
Terdapat dua klasifikasi emosi secara umum menurut Reynold dalam Ali Nugraha (2008: 1.11) dijelaskan sebagai berikut
1) Emosi positif
Emosi positif meliputi beberapa bentuk, antara lain eagerness (rela), humor (lucu), joy (kegembiraan/keceriaan), pleasure (kesenangan/kenyamanan), curiosity (rasa ingin tahu), happiness (kebahagiaan), delight (kesukaan), love (rasa cinta/kasih sayang), dan exciterment (ketertarikan/takjub).
2) Emosi negatif
Bentuk emosi negatif antara lain impatience (tidak sabaran), uncertainty (kebimbangan), anger (rasa marah), suspicion (kecurigaan), anxiety (rasa cemas), guilt (rasa bersalah), jealousy (rasa cemburu), annoyance (rasa jengkel), fear (rasa takut), depression (depresi), sadness (kesedihan),dan hate (rasa benci).
Stewart et all dalam Nugraha (2008: 1.9), mengutarakan ada beberapa basic emotions diantaranya
1) Gembira. Gembira merupakan perasaan yang muncul dalam aktifitas kreatif misalnya pada saat bermain, mendapat hadiah, menemukan sesuatu, mencapai kemenangan,dll. Perasaan gembira diekspresikan dengan tersenyum atau tertawa. 2) Sedih. Sedih merupakan perasaan terasing, ditinggalkan, ditolak atau tidak diperhatikan. Ekspresi kesedihan biasanya ditandai dengan alis dan kening
mengkerut ke atas dan mendalam, kelopak mata ditarik keatas, ujung mulut ditarik kebawah, serta dagu diangkat pada pusat bibir bagian bawah.
3) Takut. Takut merupakan bentuk emosi yang menunjukkan adanya bahaya. Perasaan takut adalah suatu perasaan yang hakiki dan erat hubungannya dengan upaya mempertahankan diri. Perasaan takut mengembangkan sinyal-sinyal adanya bahaya dan menuntun individu untuk bergerak dan bertindak. Perasaan takut ditandai dengan perubahan fisiologis seperti mata melebar, berhati-hati, berhenti bergerak, badan gemetar, menangis, bersembunyi, melarikan diri atau berlindung di belakang punggung orang lain.
4) Marah. Marah adalah suatu emosi yang disebabkan karena seseorang menghadapi suatu keadaan yang tidak disukainya, atau bertentangan dengan kemauannya. Marah ditandai dengan ekspresi wajah dengan dahi yang berkerut, tatapan tajam pada objek pencetus kemarahan, membesar cuping hidung, bibir ditarik ke belakang, memperlihatkan gigi yang mencengkeram, dan sering kali ada rona merah di kulit. Pengekspresian marah biasanya agresif dan kadang disertai tindakan yang merugikan dirinya dan orang lain.
Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti mengembangkan MPI yang memuat materi basic emotions diantaranya senang (emosi positif), sedih, takut, marah (emosi negatif), contoh-contoh peristiwa penyebab munculnya emosi (berupa video), contoh-contoh solusi yang dapat dilakukan anak ketika mereka mengalami emosi tersebut (berupa gambar dan kumpulan video penyebab emosi) serta evaluasi berupa game Tebak Emosi, Puzzle Emosi, Mari Menyanyi, dan Film Seru yang memuat 4 emosi dasar.
d. Mekanisme Emosi
Terjadinya emosi melalui beberapa proses panjang yang terjadi sangat singkat. Proses terjadinya emosi dijelaskan oleh Lewis dan Roseblum (dalam Mashar, 2011: 17-18) sebagai mekanisme emosi yang melalui lima tahap antara lain elicitors, receptors, state, expression, dan experience. Berikut ini dijelaskan proses terjadinya emosi.
1) Elicitors, yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa.
2) Receptors, yaitu aktivitas di pusat sistem saraf. Mata berfungsi sebagai indra penerima stimulus atau reseptor awal. Setelah mata menerima stimulus, informasi tersebut diteruskan ke otak sebagai sistem saraf.
3) State, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologis. Setelah rangsangan mencapai otak maka otak menerjemahkan dan mengelola stimulus ini serta menyebarkan kembali stimulus yang telah diterjemahakan ke berbagai bagian tubuh lain yang terkait sehingga terjadi perubahan fisiologis, seperti jantung berdetak keras, tekanan darah naik, bedan tegang, atau terjadi perubahan pada hormon lainnya.
4) Expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati, seperti pada wajah, tubuh, suara, atau tindakan, yang terdorong oleh perubahan fisiologis. Sebagai contohnya otot wajah mengencang, tubuh tegang, mulut terbuka, dan suara keras berteriak, atau bahkan lari kencang menjauh
5) Experience, yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya. Dengan pengalaman individu dapat menerjemahkan dan merasakan perasaan sebagai rasa senang, sedih, takut, atau marah.
e. Pola Perkembangan Emosi
Pola perkembangan emosi pada anak usia dini dapat diramalkan (Hurlock, 1995: 210). Pola perkembangan emosi yang umum terjadi pada anak adalah 1) rasa takut, pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut diantaranya adalah rasa malu, rasa canggung, rasa khawatir, dan rasa cemas. 2) rasa marah, reaksi kemarahan dibagi menjadi dua yaitu kemarahan impulsif (ditunjukan) dan kemarahan yang ditekan (reaksi dalam pengendalian). 3) rasa cemburu, terdapat tiga sumber utama pemicu rasa cemburu yaitu keluarga, sekolah, dan benda-benda kepemilikan. 4) rasa duka cita, sumbernya dari trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan hilangnya sesuatu yang dicintai. 5) rasa keingintahuan, hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dimana semakin luas lingkungan mereka maka semakin meluas pula rasa keingintahuaannya. 6) kegembiraan, suatu emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan keriangan, kesenangan atau kebahagian, dan 7) kasih sayang, merupakan reaksi kasih sayang yang diperlihatkan dengan perilaku yang ramah tamah, penuh perhatian, dan akrab.
f. Karakteristik Emosi Anak Usia 5−6 Tahun
Karakteristik emosi pada anak usia dini menurut Hurlock (1995: 216) sangat kuat pada usia 2,5−3,5 tahun dan 5,5−6,5 tahun. Beberapa ciri utama reaksi emosi pada anak adalah sebagai berikut
1) Reaksi emosi anak sangat kuat. Anak akan merespon suatu peristiwa dengan kadar kondisi emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak sempakin mampu memlilih kadar keterlibatan emosinya.
2) Reaksi emosi muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang diinginkan. Anak dapat bereaksi emosi kapan saja mereka inginkan. Semakin bertambahnya usia anak, kematangan emosi anak semakin bertambah sehingga mereka mampu mengontrol dan memilih reaksi emosi yang dapat diterima lingkungan.
3) Reaksi emosi berubah dari kondisi ke kondisi lain. Reaksi ini menunjukkan spontanitas anak dan menunjukkan kondisi asli dimana anak sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman hatinya.
4) Reaksi emosi bersifat individual, meskipun peristiwa pencetus emosi sama namun reaksi emosinya akan berbeda. Hal ini dikarenakana faktor pengaruh perkembangan emosi terutama dari pengalaman lingkungan yang dialami anak. 5) Keadaan emosi dapat dikenali memlalui gejala tingkah laku yang ditampilkan. Anak-anak sering merasa kesuliatan dalam mengungkapkan emosi secara verbal. Kondisi emsi yang dialami anak lebih mudah dikenali dari tingkah laku yang ditunjukkan.
Pemahaman mengenai karakteristik emosi anak akan sangat membantu orang tua dan pendidik dalam mememberi stimulasi yang tepat bagi anak. Megawangi (dalam Rasyid, dkk, 2012: 101) menjelaskan emosi anak berusia 3,5−6 tahun berada pada tahapan initiative vs guilt, dengan perkembangan yang baik ditahapan sebelumnya, anak berpotensi untuk berkembang ke arah positif. Perkembangan positif ini haruslah didorong oleh lingkungan belajar yang mendukung. Pada tahap ini, jika anak selalu mendapat kritikan akan menimbulkan sikap negatif seperti rasa bersalah, malu, dan ragu sebaiknya sebagai orang tua
memberikan tanggung jawab untuk anak agar mereka dapat menyelesaikan tugasnya sendiri sehingga akan muncul inisiatif dan rasa percaya diri.
g. Stimulasi Perkembangan Emosi
Stimulasi perkembangan emosi yang perlu dilakukan guru menurut Nugraha dan Rachmawati (dalam Mashar, 2011: 65) antara lain (a) Memberikan kegiatan terorganisasi berdasar kebutuhan, minat, dan karakteristik anak yang menjadi sasaran pengembangan kecerdasan emosi. (b) Pemberian kegiatan terorganisasi secara holistis meliputi semua aspek perkembangan. Menurut Ekowarni, dkk (dalam Mashar, 2011: 119), stimulasi dibedakan menjadi stimulasi dalam bentuk fisik (materi) dan psikis (emosional). Stimulasi fisik terdiri dari alat permainan, buku, dan media audiovisual. Sedangkan stimulasi psikis terdiri dari respon yang berkualitas terhadap reaksi anak, keterlibatan dalam bermain dengan anak, cara membaca buku, dan peka terhadap reaksi emosi anak. Pendapat tersebut memperkuat dasar MPI yang dikembangkan peneliti untuk pengetahuan emosi diri anak karena konten media dibuat berdasarkan karakteristik anak, minat, dan tidak hanya mengembangkan aspek emosi (aspek perkembangan lain akan menyesuaikan). Dengan demikian MPI dapat diintegrasikan secara holistik.
h. Strategi Pengembangan Emosi
Strategi untuk mengenalkan emosi diri menurut Mashar (2011: 131-167) dapat dilakukan melalui beberapa tema berikut ini
1) Kegembiraan. Tujuan umum dari tema ini adalah anak mampu mengenal berbagai macam kondisi yang dapat menimbulkan kebahagiaan. Kegiatan dilakukan dengan (a) senam fantasi emosi, dimana anak mendengarkan cerita
kemudian menirukan ekspresi dalam cerita dan diakhiri dengan mengungkapkan perasaan, (b) cerita anak bahagia, guru mempersilahkan anak untuk menceritakan pengalaman bahagianya kemudian dilanjutkan dengan kegiatan menggambar, (c) melucu, guru menunjukkan gambar kartun yang lucu kemudian mengajak anak untuk tepuk badut dan mempersilahkan anak memperagakan sesuatu yang membuat orang lain tertawa, (d) bahagia bermain bersama, guru mengajak melakukan permainan fisik di luar ruangan seperti permainan kucing mengejar anjing, petak umpet, burung elang mencari anak ayam, atau naga kemudian dilanjutkan dengan bernyanyi “Menthok-menthok”, “Disini Senang Disana Senang”, “Dikepak Sayap”, “tepuk badut” dan diakhiri dengan komentar tentang perasaan anak, (e) ungkapan perasaan, guru memperlihatkan gambar ekspresi wajah dan mempersilahkan anak untuk menebaknya dilanjutkan mendengar cerita dari guru, dan anak dipersilahkan berpasangan kemudian mengungkapkan perasaan yang sedang dialami bersama temannya, (f) kartu ekspresi emosi, guru menunjukkan berbagai kartu ekspresi emosi kemudian anak dipersilahkan untuk membedakannya dan diakhiri dengan meniru ekpresi seperti kartu emosi yang dipilih guru. (g) gambar ungkapan perasaan, anak bercakap-cakap tentang macam-macam emosi kemudian anak diminta menggambar dengan tema perasaanku, dan (h) mengenali emosi gambar dan emosi diri, guru bermain tepuk emosi, kemudian mempersilahkan anak untuk berekspresi emosi didepan cermin sesuai gambar ekspresi emosi yang dipilih guru.
2) Kepuasan Hati. Tujuan umum dari tema ini adalah anak dapat menghargai dan menerima keberhasilan, keadaan, atau benda yang dimiliki. Kegiatannya dapat dilakukan dengan (a) bahagia dan berhasil, guru merancang permainan estafet sendok membawa makanan, kelompok yang menang diperbolehkan memakannya dan anak dipersilahkan menyampaikan perasaan ketika berhasil (b) keistimewaanku dan kegunaannya, percakapan yang membuat anak menyukai diri sendiri, guru menanyakan julukan dari orang dewasa terdekatnya yang diberikan untuk anak, anak mengungkapkan dan diberi tepuk tangan (c) kenali aku, anak diminta menggambar diri sendiri dan keistimewaan yang dimiliki dan (d) daftar keistimewaanku, guru mencatat perilaku positif anak dan mengungkapkan di depan anak-anak kemudian anak diminta menyampaikan perasaan tentang kegiatan yang baru dilaksanakan.
3) Mengenal Emosi Negatif. Bertujuan agar anak mengetahui hal-hal yang dapat menimbulkan emosi negatif dan mampu mengurangi perasaan tersebut hingga menjadi lebih positif, kegiatan tersebut berupa (a) kata-kata sebagai bunga atau duri, guru membacakan cerita “Bunga atau Duri” atau cerita lain yang menyenangkan dan menyakitkan orang lain, anak diminta memberikan komentar, kemudian guru menyimpulkannya dan (b) cerita kura-kura dan kelinci, guru membacakan cerita Kura Kura dan Kelinci atau cerita tentang empati, anak dibolehkan memilih balok warna emosi sesuai apa yang dirasakan tokoh misal merah untuk marah, kuning untuk iri, dll kemudian diskusikan balok yang paling banyak dipilih anak dan apa alasannya, guru dapat menyimpulkan sikap yang seharusnya diambil anak untuk melatih empati.
4) Mengelola Emosi Negatif. Tema ini bertujuan agar anak mampu mengurangi emosi negatif yang dirasakan sehingga perasaan/emosi menjadi lebih positif. Kegiatannya dapat dilakukan dengan kotak bahagia. Anak dibagi dalam kelompok kecil kemudian guru membagi kertas bergambar ekspresi wajah kemudian anak diminta membedakannya dalam kelompok bahagia dan tidak bahagia. Guru mengajak anak membuat 2 kotak dan mempersilahkan memberi nama kotak dengan “bahagia” dan “tidak bahagia”, anak diperbolehkan menghias sesuka hati kemudian dipajang di kelas. Guru dapat membimbing anak untuk menulis ide pada kartu kemudian memasukkannya sesuai kotak “bahagia” atau “tidak bahagia”.
5) Cinta dan Kasih Sayang. Tema ini bertujuan agar anak dapat lebih mengenali dan mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang. Kegiatan untuk tema ini dapat dilakukan dengan (a) bahagia saat disayang, anak menggambar dri sendiri dan orang yang menyayanginya kemudian guru membimbing untuk menulis “aku saying ibu” misalnya (b) bahagia saat berbagi, guru membuka percakapan dengan pertanyaan “Apalagi yang dapat kita bagi?”, “Kapan kita berbagi?”, “Kenapa kita kadang tidak mau berbagi?”, atau “Bagaimana rasanya ketikadiberi sesuatu oleh teman?” kemudian guru mengajak anak berbagi (c) cerita cinta, guru membacakan cerita “Kasih Ibu” atau “Aku Sayang
Keluargaku” kemudian anak diminta menyimpulkan perasaaan tokoh.
6) Keyakinan Diri. Tujuan umum dari tema ini adalah anak mampu memotivasi diri untuk mencapai keyakinan yang dimiliki. yang dapat dilakukan dengan (a) harapan baik, guru mempersilahkan anak menggambar harapan positif seperti
cita-cita kemudian diperolehkan menceritakannya (b) Yes, I can, guru membacakan cerita misal “Aku dapat makan sendiri, mandi sendiri” anak diminta menyimpulkan perasaan tokoh, kemudian anak boleh mengucapkan “Yes, I can…” dan (c) Aku mengenal emosi diri dan orang lain, bermain cerita berantai tentang perasaanku dengan cara melanjutkan cerita dari guru sesuai keinginan anak. Guru bercerita tentang perasaan guru dan peristiwa yang mennyebabkannya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan emosi dapat dialkukan melalui kegiatan (1)bercerita, (2) gambar ekspresi emosi, (3) membuat kerajinan tangan, (4) lagu-lagu, (5) tepuk, (6) percakapan, (7) menggambar, dan (8) permainan. Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti membuat MPI dengan menggunakan lima strategi yaitu cerita yang termuat dalam video materi dan Film Seru, gambar ekspresi emosi yang termuat dalam game Tebak Emosi dan Puzzle Emosi, menyanyikan lagu, percakapan, dan permainan.