• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Deskripsi Teori

2. Pengetahuan Kewirausahaan a.Pengertian Pengetahuan a.Pengertian Pengetahuan

Aktivitas terpenting yang melibatkan otak termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, keenam jenjang tersebut adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Pada pembahasan penelitian ini jenjang yang akan dibahas adalah jenjang pengetahuan. Menurut Anas Sudjono (2009: 50) pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang sudah pernah dialami, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Menurut Winkel (2004: 274) pengetahuan itu mencakup ingatan akan hal atau peristiwa yang pernah terjadi, dipelajari, disimpan dalam ingatan dan digali pada saat dibutuhkan. Sedangkan menurut Djaali (2007: 77) pengetahuan

(knowledge) merupakan salah satu faktor kognitif yang merupakan

kemampuan menghafal, mengingat sesuatu atau melakukan pengulangan suatu informasi yang sudah diresapi atau ditangkap.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa pengetahuan bagian dari faktor kognitif yang pertama dan merupakan satu kekayaan dan kesempurnaan bagi manusia yang memiliki kemampuan menangkap, mengingat, mengulang, menghasilkan informasi sehingga otak akan bekerja, dan menyimpan informasi tersebut di dalam memori.

b. Pengertian Kewirausahaan

Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih berkembang dan terus-menerus dikembangkan. Kewirausahaan muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Menurut Daryanto (2012: 2) kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Sedangkan menurut Hendro (2011: 30) kewirausahaan adalah kemampan diri untuk mengelola sesuatu yang sudah ada dalam diri seseorang untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan sehingga akan berguna dimasa depan. Menurut Eddy Soertyanto (2009: 3) kewirausahaan adalah salah satu usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan pekerjaan dan hasilnya berguna bagi orang lain. Sedangkan menurut Suryana (2010: 2) kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan salah satu usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menciptakan peluang dan dimanfaatkan dengan baik sehingga akan memperoleh keuntungan lebih besar dan hasilnya berguna bagi orang lain.

c. Pengertian Pengetahuan Kewirausahaan

Pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif, sehingga dapat menciptakan ide-ide atau peluang dan dapat dimanfaatkan dengan baik. Pengetahuan kewirausahaan dapat diperoleh melalui pendidikan kewirausahaan. Materi kewirausahaan dapat disampaikan sesuai dengan kurikulum yang ada. Kurikulum tersebut memasukan pendidikan kewirausahaan yang mempelajari nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Selain itu mutu pelajaran yang bersifat teori untuk meningkatkan pengetahuan kewirausahaan atau dengan praktik langsung kelapangan usaha.

Dengan pengetahuan kewirausahaan yang diperoleh seseorang dari proses pembelajaran melalui materi-materi pembelajaran maupun dari sumber lainnya diharapkan dapat memberikan gambaran dan bekal mengenai kewirausahaan yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan seseorang untuk menentukan masa depan dan diharapkan dapat mendorong seseorang untuk minat berwirausaha.

d. Mata Pelajaran Kewirausahaan

Mata pelajaran kewirausahaan merupakan pelajaran adaptif yang berupa teori yang terdapat pada setiap Sekolah Menengah Kejuruan kelas X, XI, dan XII. Adapun tujuan dari mata pelajaran kewirausahaan adalah:

1) Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan sehari-sehari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat.

2) Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakatnya.

3) Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya.

4) Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha mikro/kecil dalam bidangnya (Riskha Kumara W, 2013).

Untuk mengukur tingkat pengetahuan kewirausahaan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran kewirausahaan, karena subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dimana pada saat penelitian berlangsung menggunakan kurikulum yang lama yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, adapun indikator yang diberikan adalah (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006):

1) Mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausaha 2) Menerapkan sikap dan perilaku kerja prestatif 3) Merumuskan solusi masalah

4) Mengembangkan sikap dan passion wirausaha 5) Membangun komitmen bagi dirinya dan orang lain 6) Mengambil resiko usaha

7) Membuat keputusan

8) Menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet 9) Mengelola konflik

10) Membangun visi dan misi usaha 11) Menganalisis peluang usaha, dan

12) Menganalisis aspek-aspek pengelolaan usaha. 3. Self Efficacy

a. Pengertian Self Efficacy

Dalam teori kognitif sosial, faktor-faktor internal atau personal salah satu yang terpenting adalah keyakinan diri atau efikasi diri saling

mempengaruhi dan dipengaruhi hingga peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan yang selanjutnya sesuai dengan pilihannya dan harapannya sukses dalam memperoleh pekerjaan setelah lulus. Jess Greogory (2011: 212) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan diri untuk mengetahui kemampuannya sehingga dapat melakukan suatu bentuk kontrol terhadap manfaat orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan sekitarnya. Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008: 20) self

efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri

untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Laura (2010: 152) self efficacy adalah keyakinan seseorang sehingga dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan berbagai hasil yang bernilai positif dan bermanfaat. Sedangkan Menurut Mujiadi (2003: 86) self efficacy merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan. Self efficacy dapat menjadi penentu keberhasilan perfomansi dan pelaksanaan pekerjaan. Self efficacy juga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional dalam membuat keputusan.

Dari beberapa pendapat dapat dikatakan bahwa efikasi diri merupakan rasa percaya diri yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan tugas dengan efektif dan efisien sehingga tugas tersebut menghasilkan dampak yang diharapkan. Efikasi diri yang

merujuk pada keyakinan diri sendiri mampu melakukan sesuatu yang diinginkannya, dapat dijadikan prediksi tingkah laku.

b. Sumber-sumber Self Efficacy

Menurut Jess Greogory (2010: 213) Self efficacy (Efikasi diri) diperoleh, ditingkatkan, atau berkurang melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber pengalaman menguasai sesuatu, pengalaman vikarius, persuasi sosial, kondisi fisik dan emosional. Dengan setiap metode, informasi mengenai diri sendiri dan lingkungan akan diproses secara kognitif dan bersama-sama dengan kumpulan pengalaman sebelumnya, akan mengubah persepsi mengenai efikasi diri. Menurut Bandura (1997: 89) Empat sumber efikasi diri, antara lain:

1) Pengalaman menguasai sesuatu (Master Experience)

Pengalaman menguasai sesuatu adalah sumber informasi yang paling berpengaruh dalam efikasi diri. Ini merupakan pengalaman langsung kita sehingga kesuksesan akan menaikkan efikasi atau keyakinan, dan kegagalan akan menurunkan efikasi atau keyakinan.

2) Pengalaman vikarius (Vicarious Experience)

Pengalaman vikarius merupakan pengalaman dari orang lain yang memberi contoh penyelesaian. Efikasi diri akan meningkat pada saat kita mengamati pencapaian orang lain yang mempunyai

kompetensi yang sama atau seimbang, namun akan berkurang pada saat kita melihat teman kita gagal.

3) Persuasi sosial (Social Persuasion)

Persuasi sosial disebut juga umpan balik spesifik atas kinerja. Persuasi sendiri dapat membuat siswa menyerahkan usaha, mengupayakan strategi-strategi baru, atau berusaha cukup keras untuk mencapai kesuksesan.

4) Kondisi fisik dan emosional (Arousal)

Kondisi fisik dan emosional maksudnya tingkat Arousal

mempengaruhi efikasi diri, tergantung pada Arousal itu diinterpretasikan pada saat siswa menghadapi tugas tertentu, apakah siswa merasa cemas dan khawatir (menurunkan efikasi) atau passion (bergairah) menaikkan efikasi.

Dari keempat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembangnya self efficacy dapat diupayakan untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal tersebut.

c. Komponen Self Efficacy

Menurut Bandura (1986: 78) perbedaan self efficacy pada setiap individu terletak pada tiga komponen adalah Magnitude, Strength, dan

Generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam

1) Tingkat kesulitan tugas (Magnitude)

Tingkat kesulitan tugas (Magnitude) yaitu suatu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang dapat dilaksanakannya dan akan menghindari situasi atau perilaku di luar batas kemampuannya.

2) Kekuatan keyakinan (Strength)

Kekuatan keyakinan (Strength), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman-pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

3) Generalitas (Generality)

Generalitas (Generality), yaitu hal yang berkaitan dengan cakupan luas bidang tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan

dirinya yang terbatas pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

Jadi perbedaan efikasi diri (Self-Efficacy) pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu,

Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada

keyakinan individu atas kemampuannya, dan Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Dari ketiga komponen dalam self efficacy tersebut terdapat pengaruh positif terhadap minat untuk berwirausaha.