• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

2. Pengetahuan Label Pangan

Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia terhadap suatu objek melalui panca indera yang melibatkan indera pengelihatan, pendengaran, perasa dan penciuman terhadap suatu objek yang dipengaruhi juga oleh intensitas persepsi. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo , 2010 ) .

22

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Q.S Az-Zumar ayat 9, orang yang memiliki pengetahuan berbeda dengan yang tidak memiliki pengetahuan di hadapan Tuhan. Dalam Q.S Az-Zumar ayat 9 berbunyi :

                          

“(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(Q.S.Az Zumar ayat 9).

Fungsi ilmu pengetahuan yang mencakup sikap dan perilaku orang-orang yang berilmu serta karakteristik mereka. Iman yang mencakup sikap dan perilaku orang terhadap Allah swt dan ajaran-Nya. Sikap takut dan mengharap menjadikan seseorang selalu waspada, tetapi tidak berputus asa. Keputusasaan mengundang apatisme, sedangkan keyakinan penuh dapat mengundang persiapan. Seseorang hendaknya selalu waspada sehingga akan selalu meningkatkan ketakwaan, namun tidak pernah kehilangan optimisme dan sangka baik kepada Allah.

Kata ) نولمعي ( pada ayat di atas dapat dimaknai siapa yang memiliki pengetahuan, apapun pengetahuan itu pasti tidak sama dengan yang tidak memilikinya. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah

23

pengetahuan yang bermanfaat yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat sesuatu, lalu menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan itu (Shihab, 2002).

Menurut Teori Bloom Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek menghasilkan 6 tingkatan, antara lain (Priyoto, 2014) :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu dalam tingkatan pengetahuan berada pada tingkatan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari saat ini, antara lain menyebutkan , menguraikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang paham terhadap objek tertentu harus bisa menjelaskan dan memahami.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dikuasai atau dipahami pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan atau mengelompokan dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek tertentu. Kemampuan analisis dapat dilihat dari seseorang dalam membedakan, memisahkan, mengelompokan suatu objek.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakan atau merangkum komponen-komponen pengetahuan di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Seperti menyusun, merancang dan meringkas teori-teori yang sudah ada.

24 6) Evaluasi (Evaluation )

Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek tertentu (Musdiyaningwati, 2016 ).

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan kuisioner tentang objek penelitian yang akan diukur nantinya. Skor untuk memudahkan dalam pengkategorian menggunakan jenjang atau peringkat dengan mengunakan persentase ( Priyoto, 2014). Berdasarkan penelitian Oktarini et al., (2016), ternyata mahasiswa yang memiliki pengetahuan yang baik cenderung patuh dalam membaca label informasi nilai gizi.

Seseorang yang berpengetahuan tinggi akan lebih mudah memahami dan dapat dengan mudah menyerap tentang konsep - konsep yang berkaitan dengan kesehatan sehingga orang tersebut dapat mengetahui dan memiliki tingkat kesadaran untuk merubah perilaku - perilaku mereka agar menjadi lebih baik dibandingkan dengan orang yang berpengetahuan rendah. Pengetahuan yang tinggi dapat diperoleh dari pendidikan yang tinggi serta dapat diperoleh dari informasi yang ia dapatkan. Rendahnya pengetahuan seseorang akan membuat mereka sulit dan tidak mudah memahami apa yang disampaikan orang lain sehingga terdapat hambatan dalam menyaring informasi yang mereka dapat tersebut yang dapat berpengaruh terhadap perilaku yang mereka miliki. Jadi pengetahuan merupakan domain penting terhadap pembentukan perilaku sesorang (Notoadmodjo, 2012).

Pengetahuan mengenai label pangan merupakan suatu hal yang sangat penting guna terbentuknya suatu perilaku membaca label pangan yang merupakan kewajiban bagi konsumen. Kewajiban membaca label pangan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menciptakan keamanan pangan bagi konsumen. Hal tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1 Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungaan

25

konsumen megenai kewajiban konsumen yaitu membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan (Oktaviana, 2016). Tingkat pengetahuan mengenai label pangan akan memberikan perubahan pada perilaku seseorang . Kepatuhan membaca label pangan ditemukan lebih tinggi pada responden yang bersikap baik daripada yang kurang baik. semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi Tingkat pengetahuan diet dapat mempengaruhi sikap acuh tak acuh terhadap penggunaan bahan makanan tertentu, walaupun bahan makanan tersebut mengandung zat gizi yang cukup.

Menurut Grunert (2010) ; Borra (2006) ; Castillo (2015) tingkat ingin tahu (interset) konsumen terhadap label pangan masih rendah, dimana rata-rata konsumen berada pada level pemahaman mengenai informasi nilai gizi yang masih kurang. Hasil dari beberapa penelitian yang menyatakan bahwa rata-rata pengetahuan mengenai label gizi pada konsumen masih sangat rendah, terdapat 32 % menjawab benar zat gizi apa saja yang tertera pada label gizi tersebut (Muhechu, 2007 dalam Oktaviana, 2016). Sebesar 43 % konsumen tidak mengerti istilah dan masih bingung saat menginterpretasikan informasi gizi karena konsumen tidak mengerti dan memahami label gizi (Oktaviana, 2016). Perhatian konsumen terhadap label pangan masih kurang. Label pangan yang paling diperhatikan konsumen antara lain label halal sebanyak 36,5%, waktu kadaluwarsa sebanyak 34,9%, nama produk sebanyak 20,6%, dan komposisi makanan sebanyak 7,9%. Padahal, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan gizi mengenai produk pangan kemasan adalah label pangan tersebut.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang memiliki pengaruh terhadap kesadaran dalam membaca label pangan. Namun tidak menutup kemungkinan dengan membaca label pangan dapat menambah pengetahuan gizi yang lebih pada konsumen. Nayga (2009) menemukan

26

bahwa secara umum penggunaan label pangan dan penggunaan daftar bahan makanan dapat menambah pengetahuan gizi konsumen. Jadi tingkat pengetahuan gizi dan kesadaran dalam membaca label pangan memiliki hubungan yang bersifat timbal balik.

3. Kepatuhan Membaca Label Pangan

Dokumen terkait