• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Persepsi Masyarakat tentang Blumbang (Lahan Bekas Galian)

1. Pengetahuan Masyarakat Dukuh Penambangan mengena

Masyarakat Penambangan melihat bahwa adanya blumbang

sudah ada sejak zaman dahulu, seiring dengan perkembangan industri genteng yang ada sekarang ini. Masyarakat memiliki pendapat tersendiri mengenai blumbang. Hasil penelitian di lapangan menemukan, ada salah satu informan yang menyebutkan bahwa adanya

blumbang sudah ada sejak masa kecilnya. Seperti yang diungkapkan Bapak Mashudi, bayan Dukuh Penambangan berikut ini:

“Ramaku mbiyen be sing melu gaweni gendeng. Nyong lahir ya

wis ana. Zaman mbiyen banget lah. Zamane kakiku lah...(sambil tertawa)....Ya pas nyong cilik, sisih kana lemahe wis pada entong. Kawit mbiyen, ya wis kaya siki wes akeh blumbangan. Mbiyen sebelah kana gili. Siki akeh sing kelong. Ana sing kena erosi Luk Ulo, ana pirang hektar bae sing kena erosi. Terus mbiyen sisih elor gili kene maune sawah. Mbiyen tesih akeh sawah, mbiyen aku cilik, angon kebo nang sawah. Siki lah dadi

blumbangan akehe...” (Mashudi, 57 tahun perangkat desa/ bayan. Wawancara tanggal 19 Februari 2013).

Artinya:

“Bapak saya dahulu juga ikut membuat genteng. Saya lahir juga sudah ada. Zaman dahulu sekali. Zaman kakek saya malah....(sambil tertawa).... Ya pada waktu saya masih kecil, sebelah sana tanahnya sudah habis. Sejak zaman dahulu, ya sudah seperti ini sudah banyak blumbangan. Dahulu disebelah sana adalah jalan. Sekarang banyak yang berkurang. Ada yang terkena erosi sungai Luk Ulo, ada berapa hektar saja yang terkena erosi. Kemudian sebelah utara jalan dahulu merupakan sawah. Dahulu masih banyak sawah, dahulu pada saat saya masih kecil, mengembala kerbau di sawah. Sekarang banyak yang sudah menjadi blumbang...” (Mashudi, 57 tahun perangkat desa/ bayan. Wawancara tanggal 19 Februari 2013). Dari penuturan Bapak Mashudi dapat disimpulkan bahwa kerusakan lingkungan yang ada di Dukuh Penambangan memang sudah ada sejak lama. Blumbang tersebut terbentuk seiring dengan berdirinya industri genteng di Dukuh Penambangan. Hal ini senada dengan temuan di lapangan selanjutnya yang dipaparkan oleh Tardi, warga asli Dukuh Penambangan (28 tahun) menunjukkan bahwa adanya blumbang di Dukuh Penambangan memang sudah ada sejak dahulu, sejak ada pabrik-pabrik genteng berdiri. Berikut penuturan Tardi:

“Aku kit lahir kuwe wis akeh blumbang-blumbang nang kene mas. Ya kan jalarane anu kawit pabrik gendeng. Nggawe gendeng kan bahan dasare lemah, nah lemahe kuwe kawit ndi nek ora dijiot saking daerah kene? Ya kit mbiyen wes ana blumbang mas. Siki malah blumbange tambah akeh. Wis ana sing dienggo mening, kaya nggo kolam, nggo ditanduri wit-

witan...” (Tardi, 28 tahun warga Dukuh Penambang. Wawancara tanggal 4 Maret 2013).

Artinya:

“Dari saya lahir sudah banyak blumbang-blumbang di sini mas. Ini disebabkan adanya pabrik genteng. Membuat genteng bahan dasarnya dari tanah, nah tanahnya itu dari mana kalau tidak diambil dari daerah sini? Ya dari dulu sudah ada blumbang mas. Sekarang blumbangnya bertambah banyak. Sudah ada yang dimanfaatkan, seperti dibuat kolam, untuk ditanami

pepohonan...” (Tardi, 28 tahun warga Dukuh Penambang.

Wawancara tanggal 4 Maret 2013).

Temuan di lapangan selanjutnya juga menunjukkan bahwa menurut pandangan masyarakat terbentuknya blumbang tidak dapat terlepas dari aktivitas industri genteng yang sudah berproduksi sejak lama di Dukuh Penambangan. Hal ini terkait dengan pembuatan genteng yang menggunakan tanah sebagai bahan baku produksinya. Karena pengambilan tanah yang terkesan mengeksploitasi, maka menyisakan lubang-lubang besar yang dinamakan blumbang. Seperti yang dikemukakan oleh informan berikut ini:

“Wong kulo kawit alit niku sampun onten pabrik gendeng kados niki. Pokoke kawit kulo lahir lah. Lah lemah sing ngge gawe gendeng niku ngeduki saking sawah-sawah wonten mriki. Lah sawah nek dikeduki karo dijioti lemahe terus kan suwe-suwe dadi jero, suwe-suwe dadi blumbangan. Rien rak gendenge sanes gendeng plentong kados sak niki, nanging gendeng plam. Dados mboten ngangge molenan/ mesin, tapi nggeh ngangge

tiyang...” (H. Masdar, 61 tahun pengusaha genteng. Wawancara tanggal 19 Februari 2013).

Sejak saya masih kecil itu sudah ada pabrik genteng seperti ini. Pokoknya sejak dari saya lahir. Tanah yang digunakan untuk membuat genteng digali dari sawah-sawah yang ada di sini. Kalau sawah digali dan diambil tanahnya terus-menerus, lama- kelamaan menjadi dalam, lama-kelamaan menjadi blumbang. Dulu gentengnya bukan genteng jenis plentong seperti sekarang ini, tetapi genteng jenis plam. Jadi tidak menggunakan molen/

mesin, tetapi buatan manusia...” (H. Masdar, 61 tahun

pengusaha genteng. Wawancara tanggal 19 Februari 2013). Berdasarkan pemaparan di atas, semua pernyataan-pernyataan menuju pada satu titik penjelasan dimana awal mula terbentuknya

blumbang tidak dapat dipisahkan dengan berdirinya industri genteng di Dukuh Penambangan. Blumbang-blumbang ini terbentuk sudah sejak lama, bersamaan dengan berdirinya industri genteng. Adanya kegiatan penambangan tanah pada industri genteng telah menyebabkan kerusakan lingkungan di Dukuh Penambangan.

Hal ini senada dengan pemaparan dalam Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah (2007:54) berikut ini:

Salah satu aktivitas manusia yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan degradasi lingkungan (penurunan kualitas lingkungan) adalah kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan pada kasus tambang rakyat, seperti penggalian tanah untuk membuat batu bata, batako, genteng, dan periuk tanah atau tembikar. Kegiatan tambang besar, seperti batu bara, pasir, emas, timah, dan lain-lain, air asam tambang sisa-sisa tambang, penataan/pengelolaan lingkungan yang tidak baik, dapat pula menyebabkan pencemaran. Kegiatan penambangan ini akan mencemari tanah dalam bentuk perusakan struktur permukaan tanah, bentang tanah menjadi berlekuk, berlubang, bertebing terjal, dan merusak estetika pemandangan pada lingkungan. Selanjutnya struktur permukaan tanah yang berlekuk atau berlubang tersebut akan mempengaruhi proses hidrologis baik di musim penghujan maupun pada musim kemarau. Di musim hujan akan timbul genangan air yang tersebar tidak beraturan sesuai sebaran dan bentuk lubang pada permukaan tanah.

Dokumen terkait