• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Notoatmodjo (2003, p.121) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap sesuatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang tersebut melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu dan dapat berkenaan dengan mata pelajaran.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku, Seorang ahli psikologi Skinner (1938) dalam buku Notoadmodjo (2003, p.114) menyatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Sedangkan menurut Blum dalam buku Notoadmodjo (2003, p.12) perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. a. Bentuk –bentuk perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003,p.115) ditinjau dari bentuk respons dari stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi:

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons atau reaksi yang bersifat tertutup atau terselubung. Respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus pada perilaku ini sudah dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

b. Determinan perilaku

Menurut Notoadmodjo, 2003, p.120 Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2) Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

c. Bentuk-bentuk perubahan perilaku

Menurut WHO dalam buku Notoadmodjo (2003, p.176), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi:

1) Perubahan Alamiah (Natural Change)

Sebagian perubahan perilaku disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi karena suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

2) Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subyek.

3) Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya) dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readdiness to change) yang berbeda-beda. d. Strategi perubahan perilaku

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku oleh WHO dalam buku Notoadmodjo (2003, p.177):

1) Menggunakan Kekuatan/Kekuasaan atau Dorongan

Dalarn hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.

2) Pemberian Informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.

3) Diskusi Partisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara pemberian informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Artinya masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisifasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam buku Notoadmodjo (2003, p.164) perilaku manusia dari tingkat kesehatan terbentuk dari 3 faktor yaitu :

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terdiri dari lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh agama serta tokoh masyarakat.

Menurut WHO (1984) dalam buku Notoadmodjo (2003, p. 167) perilaku tertentu seseorang dipengaruhi oleh 4 alasan pokok yaitu : 1) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

2) Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

3) Sikap

Sikap menggambarkan suka dan tidak suka terhadap obyek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang paling dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata.

4) Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group) antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan sebagainya.

f. Pengukuran Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003, p.131) cara mengukur indikator perilaku atau praktik yang paling akurat adalah melalui pengamatan atau observasi. Namun juga dapat dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa dalam responden dapat menghadapi mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, p.122).

Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003, p.122) :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek diketahuai dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagain kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap sesuatu materi atau objek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Menurut Nursalam (2003) didalam buku (Dewi dan Wawan, 2010, p.17) yaitu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menunjukan cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mmencapai keselamatan dan kebahagiaan (Dewi dan Wawan, 2010, P.16).

Pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak. Sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus (Uhbiyati dan Ahmadi, 2007, p.70).

2) Pekerjaan

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang

hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya (Anoraga, 2009, p.11).

Menurut Thomas dan Nursalam (2003) didalam buku (Dewi dan Wawan, 2010, p.17). Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarga.

3) Umur

Menurut Elizabeth BH dan Nursalam (2003) didalam buku (Dewi dan Wawan, 2010, P.17), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner dan Nursalam (2003) didalam buku Dewi dan Wawan (2010, p.18), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

4. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2005, p.10-18) banyak yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan, namun sepanjang sejarah cara mendapatkan pengetahuan dibagi atau dikelompokkan menjadi dua yaitu cara tradisional dan cara modern.

a. Cara Tradisional

Cara tradisional terdiri dari 4 cara : 1) Trial and Error

Cara yang dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Upaya yang dilakukan hanya sebatas mencoba hingga mencapai keberhasilan yang diinginkan

2) Kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan ini biasanya didapat dari tokoh-tokoh masyarakat, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut didapat berdasarkan otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin maupun ahli pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman bisa dianggap sebagai sumber pengetahuan dalam mencari sebuah kebenaran pengetahuan.

4) Jalan Pikiran

Cara berfikir manusia berkembang, dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia lebih menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi.

b. Cara Ilmiah atau Cara Modern

Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara yang lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode ilmiah atau popular.

5. Sumber pengetahuan

Sumber pengetahuan manusia diperoleh dari media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat atau sebagainya.

6. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur (Notoatmodjo, 2003, p.124).

7. Kategori pengetahuan

Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar, cukup bila 60-75% pertanyaan dijawab benar dan kurang bila pertanyaan dijawab benar < 60% (Arikunto, 2006, 124).

Dokumen terkait