• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).

Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disegaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasar oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (misalnya perilaku karena paksaan atau adanya aturan wajib) (Mubarak, 2011).

2. Tingkatan pengetahuan

Mubarak (2011) pengetahuan yang termasuk kedalam dominan mempunyai enam tingkatan yaitu :

Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Cara memperoleh pengetahuan

Beberapa cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut:

a. Cara Tradisional atau cara non ilmiah.

Cara tradisional ini dipakai orang umum untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukan metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antaralain :

1) Cara coba salah (trial and error).

Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba. 2) Secara kebetulan.

Penemuan secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja ditemukan oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara kekuasaan atau otoritas.

Pengetahuan diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupunahli ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman pribadi melalui jalan pikiran.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengetahuan merupakan sumber pengetahuan, dan pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. 5) Cara akal sehat (Common sense).

Akal sehat kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Orang tua zaman dulu memberikan hukuman fisik (mencubit atau menjewer) agar anaknya menurut atau disiplin. Metode ini sampai sekarang berkembang menjadi teori bahwa hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan metode yang terbaik) bagi pendidikan anak.

6) Kebenaran melalui wahyu.

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi sebagai wahyu, bukan hasil penalaran atau penyelidikan manusia.

7) Kebenaran secara intuitif.

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran, dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.

8) Melalui jalan pikiran.

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

9) Berpikir induksi.

Berpikir secara induksi dalam pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang ditangkap oleh panca indra,

kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang mungkin seseorang bisa memahami suatu gejala.

10) Berpikir deduksi.

Aristoteles mengembangkan cara berpikir ini ke dalam suatu cara yang disebut silogisme. Silogisme merupakan bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih baik.

b. Cara ilmiah.

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih logis, sistematis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian.

4. Cara pengukuran pengetahuan.

Menurut Arikunto (2006) tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 4, yaitu baik (76-100% jawaban benar), Cukup (56-75% jawaban benar), Kurang (40-55% jawaban benar), dan tidak baik (<40% jawaban benar).

Nursalam (2003) menyatakan tingkat pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu :

a. Baik (76% - 100%)

b. Cukup (56% - 75%)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

2) Usia

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Seseorang yang mempunyai usia lebih tua cenderung mempunyai pengetahuan lebih banyak.

3) Pekerjaan

Menurut Thomas (1996) dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga.

b) Faktor Eksternal 1) Sosial budaya

Sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi cara dan sikap dalam menerima informasi (Nursalam, 2003).

2) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar area. Lingkungan ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok (Nursalam, 2003)

D. Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang akan kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya (Mubarak, 2011).

Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2011).

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004). b. Komponen sikap

Terdapat 3 komponen yang membentuk sikap menurut Baron dan Byrnes juga Myres dan Gerengun yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010) :

1. Komponen kognitif (komponen perceptual), adalah komponen yang berikatan dengan pengetahuan, pandangan dan keyakinan.

2. Komponen afektif (komponen emosional), adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek

3. Komponen konatif (komponen prilaku, atau action component), adalah komponen yang berhubungn dengan kecenderungan bertindak. c. Tingkat sikap

Menurut Notoatmodjo, (2010) terdapat 4 tingkatan sikap, yaitu: 1. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang (subjek) mau

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding), seperti memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap sesuatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapt ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian

dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2010).

d. Cara mengukur sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement) sikap (Azwar, 2011). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur sikap seseorang dengan skala likert. Menurut Risnita (2012) bahwa skala likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap atau respons seseorang terhadap suatu objek. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala Likert sangat popular di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala Likert yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala likert terbagi dalam lima kategori sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Langsung

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek.

2. Tidak langsung

Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Wawan dan Dewi, 2011).

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi (Azwar, 2011), yaitu:

a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favourable. b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif

harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif. Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana responden itu termasuk.

e. Faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2011) :

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman terjadi dalam situasi yang melibatkan emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang

yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita pada sesuatu.

3. Pengaruh kebudayaan

Hal ini berhubungan dengan budaya dan norma. Kebudayaan akan mewarnai sikap dalam masyarakat dan memberikan corak pengalaman individu-individu pada kelompok masyarakatnya.

4. Madia massa

Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Dengan adanya informasi baru akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Selain ditentukan oleh lingkungan sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Dokumen terkait