• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Response time Perawat Terhadap Pasien Gawat Darurat 54

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Pengetahuan Response time Perawat Terhadap Pasien Gawat Darurat 54

Informan 4 mngetakan pembagian triage berdasarkan kondisi pasien dimana yang pasien gawat terlebih dahulu yang harus ditangani. Hal ini sesuai dengan ungkapan Brooker, (2008). Dalam prinsip triage diberlakukan sistem prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan: 1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit, 2) Dapat mati dalam hitungan jam, 3) Trauma ringan, 4) Sudah meninggal.

5.2 Pengetahuan response time perawat terhadap pasien gawat darurat.

5.2.1 Pengertian response time.

Informan 1, 2, dan 3 mengungkapkan bahwa pengertian response

time waktu tanggap untuk menangani pasien sampai dipindahkan ke

bangsal. Hal ini belum sesuai dengan Kepmen, (2003) kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat (responsif). Pelayanan adalah suatu bagian atau urutan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain, sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Pelayanan cepat menentukan kepuasan pasien. Pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

55

Informan 4 mengungkapkan bahwa response time itu adalah kecepatan melakukan tindakan. Hal ini sesuai dengan WHO, (1998) pengertian response time adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di IGD, Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat/emergency response time rate.

5.2.2 Waktu tanggap menurut prioritas warna.

Informan 3 dan 4 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas warna merah harus dilakukan tindakan secepatnya. Informan 2, 3 dan 4 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas warna kuning bisa menunggu informan 2 mengatakan waktu tunggu 10-15 menit, informan 4 mengatakan waktu tunggu 5-10 menit. Informan 4 menyebutkan bahwa prioritas warna hijau tidak terlalu diprioritaskan karena sifatnya tidak gawat dan tidak darurat dan penanganannya ditunda selama setengah jam pun tidak apa-apa. Informan 4 menyatakan bahwa warna hitam itu adalah prioritas paling akhir dilakukan karena warna hitam itu menandakan pasien sudah meninggal. Hal ini sesuai dengan prioritas

triage menurut Mosby, (2008) yang menyatakan bahwa: prioritas pertama

/ immediate (MERAH) korban membutuhkan stabilisasi segera dan atau dalam keadaan kritis.

Informan tiga menyebutkan warna kuning bisa menunggu 10-15 menit dan warna kuning mengancam. Informan empat menyebutkan warna

56

kuning gawat tetapi tidak darurat dan memiliki waktu tunggu 5-10 menit. Hal ini sesuai dengan prioritas triage menurut Mosby, (2008) yang menyatakan bahwa: prioritas kedua / delayed (KUNING) korban membutuhkan pertolongan dan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda sementara selama 10 menit.

Informan 3 menyebutkan bahwa warna hijau tidak begitu prioritas dilakukan triage dan bisa menunggu, informan 4 menyebutkan bahwa warna hijau tidak gawat dan tidak darurat jika dilakukan penundaan penanganan selama 1 jam pun tidak apa-apa. Hal ini sesuai dengan prioritas triage menurut Mosby, (2008) yang menyatakan bahwa: prioritas ke tiga / minimal (HIJAU) korban yang masih mampu berjalan, pemberian pengobatan dapat ditunda selama 60 menit dan atau tidak memerlukan pengobatan. Berbeda dengan pernyataan informan 2 menyebutkan warna hijau bisa santai dan tidak sesuai teori.

Informan 2 menyebutkan bahwa warna hitam pasien sudah meninggal, informan 3 menyebutkan bahwa warna hitam bisa menunggu dan nilai triage hitam nol, dan untuk informan 4 menyebutkan bahwa warna hitam itu adalah pasien yang sudah meninggal dan penangananya terakhir sendiri. Hal ini sesuai dengan prioritas triage menurut Mosby, (2008) yang menyatakan bahwa: prioritas keempat / nol / expectant (HITAM) kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif.

57

Hasil observasi didapatkan response time penanganan pasien di IGD dari pasien datang sampai selesai ditangani lebih dari 30 menit. Perawat sangat berperan penting dalam response time dalam penanganan gawat darurat di ruang triage, karena salah satu peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan.

5.2.3 Waktu tanggap menurut prioritas kegawatan.

Informan 1 menyebutkan bahwa waktu tanggap menurut prioritas kegawatan yaitu Emergency kurang dari 5 menit Urgent itu ada toleransi lebih dan sebisa mungkin harus ditangani segera. Pernyataan informan sesuai dengan pernyataan Dewi Kartikawati N. (2011) Sistem klasifikasi

triage mengidentifikasi tipe pasien yang memerlukan berbagai level

perawatan. Prioritas didasarkan pada pengetahuan, data yang tersedia, dan situasi terbaru yang ada. Huruf atau angka yang sering digunakan antara lain sebagai berikut:

a. Prioritas 1 atau emergency. b. Prioritas 2 atau urgent. c. Prioritas 3 atau nonurgent. 5.2.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Menurut informan 1, 2, 3 dan 4 menyatakan bahwa pendidikan, pengalaman, informasi, dan budaya itu sangat berpengaruh terhadap pengetahuan perawat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Menurut Sitorus (2011), bahwa meskipun untuk lulusan Program Diploma III disebut juga sebagai perawat profesional pemula yang sudah memiliki sikap

58

profesional yang cukup untuk menguasai ilmu keperawatan dan ketrampilan profesional yang mencakup ketrampilan teknis, intelektual, dan interpersonal dan diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan profesional berdasarkan standar asuhan keperawatan dan etik keperawatan. Namun pendidikan keperawatan harus dikembangkan pada pendidikan tinggi sehingga dapat menghasilkan lulusan yang memiliki sikap, pengetahuan dan ketrampilan profesional agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai perawat professional, maka pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan.

Hal ini berbeda dengan penelitian Vitrise Maatilu dkk (2014) faktor-faktor yang berhubungan dengan response time perawat pada penenganan pasien gawat darurat di IGD RSUP Prof. dr. R. D. Kandau manado yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara pendidikan perawat dengan response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrohadiwiryo (2002), bahwa semakin lama seseorang bekerja semakin banyak kasus yang ditanganinya sehingga semakin meningkat pengalamannya, sebaliknya semakin singkat orang bekerja maka semakin sedikit kasus yang ditanganinya, maka pengalaman atau lama bekerja sangat mempengaruhi pengetahuan.

Hal ini berbeda dengan penelitian Vitrise Maatilu dkk (2014) faktor-faktor yang berhubungan dengan response time perawat pada penenganan pasien gawat darurat di IGD RSUP Prof. dr. R. D. Kandau

59

manado yang menyebutkan bahwa tidak adanya hubungan antara lama bekerja perawat (pengalaman perawat) dengan response time perawat pada penanganan pasien gawat darurat.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan menambah pengetahuan menjadi lebih luas, maka informasi sangat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan, maka budaya sangat mempengaruhi pengetahuan.

BAB VI PENUTUP

Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian yang menjelaskan kesimpulan dan saran. Simpulan yang dibuat berdasarkan kategori yang ada dan tema-tema yang telah ditemukan dalam penelitian tentang engetahuan perawat tentang triage dan pengetahuan response time perawat terhadap pasien gawat darurat. Saran pada bab ini dibuat bagi rumah sakit, institusi pendidikan, peneliti lain, peneliti dan perawat.

Dokumen terkait