• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

5.2.1 Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian responden berpengetahuan sedang (56,8%) dan berpengetahuan baik (43,2%) tentang kepadatan lalat dan sanitasi dasar. Seluruh responden mengetahui lalat dapat menularkan penyakit, tetapi

sebagian responden tidak mengetahui mengapa penyakit dapat ditularkan oleh lalat (54,5%), serta tempat-tempat dan hal-hal apa saja yang disukai oleh lalat. Selain itu, sebagian responden juga tidak mengetahui berapa jumlah lalat yang seharusnya ada pada tempat penyajian makanan (72,7%).

Tingkat pengetahuan responden ini kemungkinan disebabkan tingkat pendidikan responden yang cukup baik (63,6% tamat SMA) dan didukung oleh penelitian Handayani (2012) yang menyatakan orang dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang pendidikan formalnya lebih rendah, karena akan mampu memahami arti dan pentingnya kesehatan. Marsaulina (2004) menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat pendidikan penjamah makanan, dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuannya. Sesuai dengan Notoadmodjo (2003) yang menyatakan semakin tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik tingkat pengetahuannya.

Pengetahuan responden yang baik dan sedang tentang kepadatan lalat dan sanitasi dasar kemungkinan dipengaruhi jenis kelamin penjual makanan. Dimana sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (86,4%). Hal ini didukung oleh penelitian Wahyuni (2005) yang menyatakan pengetahuan dipengaruhi oleh jenis kelamin, sebab perempuan lebih berpengalaman dalam hal yang berhubungan dengan makanan.

Pengetahuan responden yang baik dan sedang tentang kepadatan lalat dan sanitasi dasar mungkin dipengaruhi oleh umur responden, dimana seluruh umur responden > 20 tahun. Usia responden yang telah matang dan dewasa biasanya sudah mengetahui hal-hal yang baik dan tidak baik dalam berjualan. Hal ini

didukung oleh penelitian Marsaulina (2004) yang menyatakan ada hubungan umur dengan pengetahuan dimana proporsi pengetahuan lebih tinggi pada penjamah

makanan yang berusia >20 tahun dibandingkan pada usia ≤ 20 tahun.

Pengetahuan responden yang baik dan sedang tentang kepadatan lalat dan sanitasi dasar juga mungkin dipengaruhi masa kerja responden yaitu sebagian besar dengan masa kerja 2-5 tahun (40,9%). Hal ini didukung oleh penelitian Marsaulina (2004) yang menyatakan pada masa kerja 1 tahun ke atas, proporsi pengetahuan meningkat ke arah yang baik terlebih lagi pada masa kerja di atas 2 tahun.

Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi pendidikan informal seperti media massa, percakapan harian, membaca dan sebagainya. Sehingga pengetahuan tentang kepadatan lalat perlu ditingkatkan lagi, meskipun tingkat pengetahuan responden tentang kepadatan lalat dan sanitasi dasar dalam kategori baik dan sedang. Hal ini dimaksudkan agar responden mau melindungi makanan dari lalat yang dapat mencemari makanan, sehingga penyakit yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang tercemar mikroorganisme dapat dihindari.

5.2.2 Sikap

Hasil penelitian menunjukkan responden bersikap baik tentang kepadatan lalat (70,5 %) dan bersikap sedang tentang kepadatan lalat dan sanitasi dasar (29,5%). Dimana sebagaian besar sikap responden masih ada yang telah sesuai seperti, sebagian responden setuju pada saat tidak melayani pembeli perlu menutup penyajian makanan (59,1), sampah yang berbau dibuang dengan segera (45,5%), sampah basah dan sampah kering diberi wadah yang terpisah (47,7%),

meja makan yang telah selesai dipakai segera dibersihkan (47,7%), perlu pengendalian terhadap tempat-tempat yang memiliki kepadatan lalat tinggi (54,5%), lalat dapat menyebarkan penyakit (54,5%), SPAL yang terbuka dapat mengundang lalat (43,2%) serta sebagian responden tidak setuju dengan pernyataan sampah basah tidak perlu dilapisi oleh plastik (59,1%), lalat yang berterbangan di sekitar tempat penyajian makanan dibiarkan saja (61,4%) dan air yang berserakan dibiarkan saja (56,8%)..

Hal ini mungkin dipengaruhi oleh pengetahuan responden yaitu berpengetahuan sedang (56,8%) dan berpengetahuan baik (43,2%) sehingga pengetahuan yang baik maka akan bersikap baik pula serta didukung oleh pernyataan Notoatmodjo (2003) yaitu pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam menentukan sikap dan Azwar (2003) yang menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi dimana apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, dan faktor emosional. Sehingga pengetahuan dan pengalaman diri dapat membentuk sikap seseorang.

5.2.3 Tindakan

Hasil penelitian menunjukkan responden bertindak sedang (34,1%) dan bertindak rendah (65,9%) tentang kepadatan lalat dan sanitasi dasar. Tindakan yang rendah dikarenakan kantin sekolah yang ada di Kecamatan Sidamanik masih ada yang tidak memiliki sanitasi dasar yang lengkap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Newcomb yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan adanya faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Selain itu, faktor dukungan dan pihak lain juga diperlukan.

Hasil penelitian juga menunjukkan responden merasa tidak perlu melakukan pengendalian terhadap kepadatan lalat (54,5%) seperti perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, pengendalian fisik dan pengendalian kimia. Pengendalian sederhana yang dapat dilakukan adalah menutup etalase atau penyajian makanan dengan rapat (43,2%), tetapi responden masih ada yang tidak memberi penutup pada etalase (6,7%). Responden yang tidak peduli dan merasa penutup etalase mempersulit saat melayani pembeli meskipun mereka tahu makanan harus tertutup rapat. Hal ini dikarenakan selama ini tidak pernah terjadi masalah berupa peyakit akibat memakan makanan yang tidak tertutup rapat.

Pengendalian sederhana lainnya yaitu penyediaan tempat sampah yang sesuai dengan syarat kesehatan, dimana hasil penelitian menunjukkan responden hanya sekedar menyediakan tempat sampah tanpa memperhatikan konstruksi tempat sampah yang seharusnya tertutup, kedap air, dilapisi plastik (13,6%) dan ada pemisahan sampah basah dan kering (9,1%). Serta hanya sebagian reponden yang bertindak membersihkan meja makan pada saat siswa-siswi selesai makan (15,9%) dan membersikan lantai kantin pada saat makanan/minuman berserakan (9,1%). Berbeda dengan sikap responden tentang kepadatan lalat dan sanitasi dasar yang baik dan sedang. Hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian responden

terhadap higiene dan sanitasi serta responden merasa tidak terganggu dengan keberadaan lalat di sekitar tempat sampahnya.

5.3 Kepadatan Lalat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kantin sekolah di Kecamatan Sidamanik terlihat bahwa pengukuran angka kepadatan lalat pada setiap kantin sekolah rata-rata sama tingkat kepadatan lalatnya. Pengukuran kepadatan lalat dilakukan dibeberapa tempat pada masing- masing kantin sekolah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan fly grill yang tidak dicat. Hal ini disesuaikan dengan penelitian Jannah (2006) menyatakan lalat tidak suka dengan warna biru, hitam, dan merah. Sedangkan, warna yang disukai lalat adalah warna alami kayu (kayu yang tidak di cat) dan warna kuning.

Pengukuran pertama dilakukan di dekat etalase atau penyajian makanan, dimana dari seluruh kantin sekolah di Kecamatan Sidamanik yang memiliki etalase hanya 1 kantin yang kepadatan lalatnya memenuhi syarat kesehatan dan sisanya (99%) dalam kategori rendah (0-2). Kedatangan lalat kemungkinan dikarenakan makanan yang dijual mengeluarkan bau yang disukai oleh lalat. kepadatan lalat pada tempat yang berhubungan dengan makanan dan minuman harus sesuai dengan KMK. No.1098 tentang persyaratan hygiene dan sanitasi rumah makan dan restoran, dimana tempat penyimpanan makanan jadi harus terlindung dari debu, bahan berbahaya, serangga, tikus dan hewan lainnya. Ini artinya etalase atau penyajian makanan harus bebas dari lalat.

Angka kepadatan lalat pada meja makan kantin sekolah di Kecamatan Sidamanik dilakukan pada 14 kantin sekolah yang memiliki meja makan. Dimana angka kepadatan lalat termasuk dalam kategori rendah (29,5%) dan sedang

(2,3%). Kategori rendah diartikan bahwa tidak menjadi masalah (Depkes, 1995). Hal ini mungkin dikarenakan pada meja makan masih ada terdapat makanan berserakan dan bekas makanan dan minuman yang tumpah meski telah dibersihkan pada saat penelitian.

Angka kepadatan lalat pada seluruh tempat sampah kantin sekolah di Kecamatan Sidamanik termasuk dalam kategori rendah (0-2). Kategori rendah diartikan bahwa tidak menjadi masalah (Depkes, 1995). Dimana angka kepadatan lalat minimum 0,4 (15,9%) dan maksimum 2,4 (6,8%). Kondisi tempat sampah kantin sekolah yang masih tidak tertutup dan tidak kedap air dapat mengundang lalat karena sampah makanan dan bungkus makanan yang ada di dalam tempat sampah mengeluarkan bau makanan yang disukai oleh lalat.

Jamban dan SPAL kantin sekolah yang hanya terdapat pada 15 kantin sekolah di Kecamatan Sidamanik masih memenuhi syarat. Dimana angka kepadatan lalat sebesar 0 (34,1%). Hal ini mungkin dikarenakan jamban dalam kondisi bersih dan SPAL tidak mengeluarkan bau meskipun terlihat tidak bersih pada saat observasi dan masih ada yang tidak tertutup. Kepadatan lalat pada seluruh sumber air bersih kantin sekolah di Kecamatan Sidamanik telah memenuhi syarat.

Tempat yang berhubungan dengan makanan dan minuman harus memiliki kepadatan lalat 0. Karena lalat merupakan vektor mekanik yang dapat menularkan penyakit melalui makanan yang dihinggapinya sebab tubuh lalat membawa mikroorganisme penyakit yang dapat berasal dari sampah, kotoran binatang atau manusia. Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat yaitu diare, dosentri, tipus

dan penyait lainnya yang berhubungan dengan keadaan sanitasi lingkungan yang buruk (Depkes, 1992).

Dokumen terkait