• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.1. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang hamil diluar nikah lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 64 orang (60,4%) dan lebih sedikit baik sebanyak 42 orang (39,6%). Berdasarkan hasil tersebut dapat kita lihat pengetahuan remaja tentang hamil diluar nikah masih tergolong sangat rendah, keadaan ini perlu mendapat informasi tentang kehamilan diluar nikah dengan jalan penyuluhan dari tenaga kesehatan atau penambahan materi pelajaran sebagai menambah wawasan dari siswi.

Remaja yang berpengetahuan baik terjadi mungkin karena remaja mendapat sumber informasi tentang kehamilan diluar nikah atau remaja mau berusaha mencari informasi atau sumber-sumber yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi terutama kehamilan. Sedangkan remaja yang berpengetahuan buruk tentang kehamilan diluar nikah terjadi karena remaja tidak mendapat informasi tentang kehamilan diluar nikah dan tidak mau mencari sendiri yang berhubungan dengan kehamilan diluar nikah untuk menambah pengetahuannya.

Keadaan ini remaja perlu mendapat informasi atau mendapat penyuluhan tentang kehamilan diluar nikah agar remaja lebih mengetahui segala apa yang berhubungan dengan kehamilan diluar nikah.

Menurut Widyastuti (2009), pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya kehamilan diluar nikah sangat penting agar remaja memiliki sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. Pembekalan pengetahuan tentang kehamilan diluar nikah untuk memberikan pemahaman serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya tentang kehamilan diluar nikah.

Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini disebabkan karena berbagai hal yang terkait dengan pengetahuan seseorang terutama yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba-coba dalam bidang seks merupakan hal yang sangat rawan, karena akan membawa akibat yang sangat buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja wanita.

Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para orangtua merasa khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks. pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya (Dewi, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sonya Lidya tahun 2009, melakukan penelitian di Kecamatan Guguak Panjang Bukittinggi menyatakan bahwa sebanyak 15 orang (48,4%) memiliki pengetahuan tinggi dan 16 (51,6%) memiliki pengetahuan rendah. Dimana dalam jumlah tersebut terdapat 20 orang (64,5%) bisa mengalami hamil pada usia muda dan 11 orang (35,5%) tidak bisa mengalami hamil pada usia muda.

Menurut analisis peneliti bahwa pengetahuan sangat berpengaruh terhadap masa depan remaja, khususnya remaja putri. Adanya kemudahan dalam menemukan berbagai macam informasi termasuk informasi yang berkaitan dengan masalah seks, merupakan salah satu faktor yang bisa menjadikan sebagian besar remaja terjebak dalam perilaku seks yang tidak sehat. Berbagai informasi bisa diakses oleh para remaja melalui internet atau majalah yang disajikan baik secara jelas dan secara mentah yaitu hanya mengajarkan cara-cara seks tanpa ada penjelasan mengenai perilaku seks yang sehat dan dampak seks yang berisiko. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang seperti pengalaman, keyakinan, fasilitas dan sosial budaya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang tergolong rendah, karena tingkat pendidikan berpengaruh dalam menerima dan memahami informasi yang baru.

5.2. Kerentanan Hamil Diluar Nikah

Hasil penelitian diperoleh bahwa kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan lebih banyak

dengan tidak rentan sebanyak 70 orang (66,0%) dan lebih sedikit dengan rentan sebanyak 36 orang (34,0%). Berdasarkan hasil tersebut dapat kita lihat kerentanan remaja hamil diluar nikah masih tergolong tinggi karena mencapai 34.0%. Keadaan ini perlu mendapat informasi tentang kerentanan kehamilan diluar nikah perlu dijauhi dari remaja agar tidak terjadi kehamilan diluar nikah.

Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan. Kehamilan bisa menjadi dambaan, tetapi juga dapat menjadi suatu malapetaka apabila kehamilan itu dialami oleh remaja yang belum menikah. Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena pada masa remaja ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya. Kehamilan di luar nikah membuktikan bahwa seorang remaja tidak dapat mengambil keputusan yang baik dalam pergaulannya. Salah satu dampak negatif dari remaja yang hamil di luar nikah adalah putus sekolah. Umumnya, remaja tersebut tidak memperoleh penerimaan sosial dari lembaga pendidikannya, sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Selain itu, masyarakat akan mencemooh, mengisolasi atau mengusir terhadap remaja yang hamil di luar nikah (Romauli, 2011).

Hal ini sesuai dengan penelitian Meri (2013) bahwa didapatkan remaja putri yang rentan hamil diluar nikah sebanyak 26 orang (47,3%) dan 29 orang (52,7%) tidak rentan mengalami hamil diluar nikah dari jumlah remaja putri yang pengetahuannya tinggi atau rendah sebanyak 55 orang. Penelitian lain yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sonya Lidya tahun 2009 menyatakan bahwa

sebanyak 20 orang (64,5%) bisa mengalami hamil pada usia muda dan 11 orang (35,5%) tidak bisa mengalami hamil pada usia muda.

Menurut analisis peneliti bahwa remaja putri sangat mudah sekali mengalami hamil diluar nikah, jika mereka tidak menjaga diri sebaik-baiknya. Dalam melakukan hubungan seksual, sebagian remaja banyak yang tidak memikirkan dampak dari dua kemungkinan yang dapat terjadi yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki dan penyakit hubungan seksual. Kehamilan yang tidak dikehendaki dapat terjadi setiap saat sebab mereka biasanya hanya memikirkan kesenangan dan kenikmatan sesaat saja tanpa memikirkan akibatnya yang sangat merugikan remaja putri. Jika dibandingkan dengan remaja putra, remaja putri paling rentan dalam menghadapi masalah kesehatan sistem reproduksinya.

5.3. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri dengan Kerentanan Hamil Diluar Nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 orang remaja dengan pengetahuan baik terdapat tidak rentan hamil diluar nikah sebanyak 39 orang (92,9%) dan rentan terhadap hamil diluar nikah sebayak 3 orang (7,1%). Sedangkan diantara tingkat pengetahuan buruk ada terdapat tidak rentan hamil diluar nikah sebanyak 31 orang (48,4%) dan rentan terhadap hamil diluar nikah sebanyak 33 orang (51,6%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan remaja putri dengan kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan.

Mengacu pada hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi pengetahuan remaja putri tentang seks dan kehamilan diluar nikah maka akan menurunkan kerentanan kehamilan diluar nikah, dan sebaliknya semakin rendah pengetahuan remaja putri tentang seks dan kehamilan diluar nikah maka akan semakin tinggi kerentanan kehamilan diluar nikah.

Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan sesorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja ini dapat ditingkatkan dengan pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai dari usia remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi di usia remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diharapkan atau kehamilan beresiko tinggi (Intan, dkk. 2012).

Hubungan seks di kalangan para remaja merupakan masalah yang semakin hari semakin mencemaskan. Ada dugaan bahwa terdapat kecenderungan hubungan seks para remaja semakin meningkat tidak hanya di kota-kota besar, melainkan juga di kota-kota kecil. Hal ini ditunjukkan hasil 26% dan 29% anak muda berusia 20 sampai 24 tahun telah aktif seksual. Beberapa remaja yang hamil di luar nikah terpaksa diungsikan jauh dari keluarga untuk menutupi rasa malu keluarga. Meskipun

tindakan tersebut tidak menyelesaikan masalah, namun cara ini dipandang lebih bijaksana dan memadai dibandingkan membiarkannya menjadi cemoohan tetangga dan lingkungan (Dewi, 2011).

Kasus kehamilan yang tidak diinginkan tidak hanya terjadi pada remaja di daerah perkotaan, tapi juga terjadi pada remaja di daerah pedesaan. Remaja-remaja tersebut ada yang masih duduk di bangku SMU, perguruan tinggi, dan ada pula yang bekerja akibat tak mampu meneruskan pendidikan. Dilihat dari segi umur, remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan paling rendah 16 tahun dan maksimal 20 tahun. Namun, secara nasional yang pernah dicatat kisaran berumur 13 tahun. Dari data konseling terhadap remaja yang mengalami kehamilan tidak dinginkan, beberapa orang di antaranya melanjutkan ke jenjang pernikahan dan melanjutkan kehamilannya (BKKBN, 2010).

Adanya kemudahan dalam menemukan berbagai macam informasi termasuk informasi yang berkaitan dengan masalah seks, merupakan salah satu faktor yang bisa menjadikan sebagian besar remaja terjebak dalam perilaku seks yang tidak sehat. Berbagai informasi bisa diakses oleh para remaja melalui internet atau majalah yang disajikan baik secara jelas dan secara mentah yaitu hanya mengajarkan cara-cara seks tanpa ada penjelasan mengenai perilaku seks yang sehat dan dampak seks yang berisiko, misalnya penyakit yang diakibatkan oleh perilaku seks yang tidak sehat (Intan, dkk. 2012).

Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Sonya Lidya tahun 2009 yang judulnya hubungan pengetahuan remaja dan aktifitas kelompok sebaya

dengan kehamilan usia muda di Kecamatan Guguak Panjang Bukittinggi, menyatakan dari 16 responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 1 responden (6,3%) tidak akan mengalami hamil pada usia muda dan 15 responden (93,8%) bisa mengalami hamil pada usia muda. Sedangkan 15 responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi terdapat 10 responden (66,7%) tidak akan mengalami hamil pada usia muda dan 5 responden (33,3%) bisa mengalami hamil pada usia muda. Dengan hasil uji statistic menggambarkan bahwa nilai p = 0,002 (p <0,05) artinya ada hubungan antara pengetahuan terhadap kehamilan usia muda.

Menurut analisis peneliti, kehamilan yang tidak dikehendaki dapat terjadi setiap saat sebab mereka biasanya hanya memikirkan kesenangan dan kenikmatan sesaat saja tanpa memikirkan akibatnya yang sangat merugikan remaja putri. Dalam melakukan hubungan seksual, sebagian remaja banyak yang tidak memikirkan dampak dari dua kemungkinan yang dapat terjadi yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki dan penyakit hubungan seksual. Jika dibandingkan dengan remaja putra, remaja putri paling rentan dalam menghadapi masalah kesehatan sistem reproduksinya. Secara anatomis remaja putri lebih mudah terkena infeksi dari luar karena bentuk dan letak organ reproduksinya yang dekat dengan anus. Dari segi fisiologis, remaja putri akan mengalami menstruasi, kehamilan di luar nikah, aborsi, dan perilaku seks di luar nikah yang berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Selain itu dari segi sosial, remaja putri sering mendapatkan perlakuan kekerasan seksual dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini disebakan karena remaja putri hanya berada pada tingkat tahu dan belum sampai memahami,

mengaplikasikan, menganalisa, mensintesis dan mengevaluasi terhadap suatu materi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang hamil diluar nikah. Jadi, semakin rendahnya pengetahuan remaja putri terhadap hamil diluar nikah, maka akan mudah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Jika pengetahuan remaja putri hanya sebatas sedang, maka perilaku remaja putri tersebut akan mudah untuk coba-coba dalam hal yang berbau seks.

BAB VI

Dokumen terkait