• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggalan yang Berupa Penanggalan Dua Fonem Terakhir dalam Suatu Kata

BAB II POLA-POLA PEMBENTUKAN PENGGALAN DALAM TUTURAN ANAK

2.8 Penggalan yang Berupa Penanggalan Dua Fonem Terakhir dalam Suatu Kata

Kata

Penggalan yang berupa pengekalan dua fonem terakhir dalam suatu kata

merupakan pemendekan kata dengan cara menanggalkan dua fonem terakhir

dalam suatu kata. Berikut ini dikemukakan contohnya.

(85) P : Sapa yang jemput? MT : Maria deng Puput

(86) P : Sa malas skli deng ni bos di kantor. MT : Napa lagi?

P : Banyak skli tugas yang dikasi

MT : Jang omong begitu. Harus siap kerjakan tugas yang dikasi.

Pada contoh (85) dijumpai penggalan deng yang berasal dari bentuk

panjang dengan. Penggalan deng merupakan hasil pemendekan dengan cara

menanggalkan dua fonem terakhir –an dari kata dengan. Pada contoh (86)

terdapat penggalan jang yang berasal dari bentuk panjang jangan. Penggalan jang

merupakan hasil pemendekan dengan cara menanggalkan dua fonem terakhir –an

dari kata jangan. Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan penggalan (85)

deng dan jang (86) dengan bentuk panjangnya dengan dan jangan sebagaimana

terdapat pada contoh berikut.

(85a) P : Sapa yang jemput? MT : Maria dengan Puput

(86a) P : Sa malas skli deng ni bos di kantor. MT : Napa lagi?

P : Banyak skli tugas yang dikasih.

MT : Jangan omong begitu. Harus siap kerjakan!

Hal itu dapat dibuktikan dengan bentuk tabel berikut ini.

No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 deng jang dengan jangan    

BAB III

POLA-POLA PEMBENTUKAN KONTRAKSI

DALAM TUTURAN BERBAHASA INDONESIA ANAK MUDA

SUMBA TENGAH, NUSA TENGGARA TIMUR

3.1Pengantar

Dalam bab ini dibahas pola-pola pembentukan kontraksi dalam tuturan

berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Berdasarkan hasil analisis data

ditemukan lima pola pembentukan kontraksi, yaitu (i) kontraksi dengan

monoftongisasi dalam suatu kata, (ii) kontraksi dengan mengubah vokal tinggi

menjadi vokal rendah dalam suatu kata, (iii) kontraksi dengan meringkas dua

silabel pertama dalam suatu kata, (iv) kontraksi dengan meringkas silabel pertama

dalam suatu kata, (v) kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu

kata.

3.2Kontraksi dengan Monoftongisasi dalam Suatu Kata

Kontraksi dengan monoftongisasi dalam suatu kata merupakan

pemendekan kata dengan monoftongisasi dalam suatu kata menjadi satu vokal.

Berikut ini contohnya.

(87) P : Masih lama kita sampe?

MT : Ti lama lagi, 15 menit kita su sampe.

(88) P : Nanti malam Sabtu kita da acara makrab. Engko mo ikot? MT : Sa ti ikot.

(89) P : Rame yang nonton lomba paduan suara semalam? MT : Cukup rame.

(90) P : Kaka, kita pake motor pi pante?

MT : Kita pake mobil supaya bisa jangko tempatnya yang jauh.

(91) P : Engko pi mana besok?

MT : Sa pi di acara ulang tahunnya teman.

(92) P : Sa malas pake baju itam

MT : Ko cari warna laen! Begitu ja repot.

(93) P : Kaco semua kita pu rencana MT : Makanya laen kali jang gegabah!

(94) P : Kapan su selese ni rapat? Su lapar. MT : Sabar. Sa ju su lapar dar tadi.

(95) P : Duh maaf, saya terlambat. MT : Sante sa. Acara ju baru mulai.

(96) P : Kapan ko regis? MT : Besok. Ko? P : Ni hari.

MT : Ko deng sa su. Besok ato hari ini?

(97) P : Ko pu kaka masih kuliah? MT : Ti lagi. Su jadi pegawe negeri.

(98) P : Sa mo pi pante

MT : Pi su. Ko mo pi deng sapa? P : Deng pacar.

(99) P : Ni hari sapa yang piket pel lante? MT : Sa ti tau. Liat di jadwal.

(100) P : Jam 5 kita brangkat.

MT : Kalo jam 6 boleh? Sa masih kerja jam 5. P : Oke su.

(101) P : Panto trus orangnya supaya dia jang sembarangan. MT : Oke.

(102) P : Dasar ko pengaco! Ti puas liat orang susah. MT : Makanya jang buat diri inti!

Pada contoh (87) terdapat kontraksi sampe yang berasal dari bentuk

monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal /e/ dari kata sampai. Pada contoh (88)

dijumpai kontraksi mo yang berasal dari bentuk panjang mau. Kontraksi mo

merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal

/o/ dari kata mau. Pada contoh (89) terdapat kontraksi rame yang berasal dari

bentuk panjang ramai. Kontraksi rame merupakan hasil pemendekan dengan

monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal /e/ dari kata ramai. Pada contoh (90)

terdapat juga kontraksi jangko yang berasal dari bentuk panjang jangkau.

Kontraksi jangko merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [au]

menjadi fonem vokal /o/ dari kata jangkau.

Pada contoh (91) dijumpai kontraksi engko yang berasal dari bentuk

pendek kata engkau. Kontraksi engko merupakan hasil pemendekan dengan

monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kata engkau. Pada contoh (92)

terdapat kontraksi pake yang berasal dari bentuk panjang pakai. Kontraksi pake

merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal

/e/ dari kata pakai. Pada contoh (93) dijumpai kontraksi kaco yang merupakan

bentuk panjang kacau. Kontraksi kaco merupakan hasil pemendekan dengan

monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kacau. Pada contoh (94)

terdapat kontraksi selese yang berasal dari bentuk panjang selesai. Kontraksi

selese merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [ai] menjadi fonem

vokal /e/ dari kata selesai.

Pada contoh (95) terdapat kontraksi sante yang berasal dari bentuk

pendek kata santai. Kontraksi sante merupakan hasil pemendekan dengan

juga kontraksi ato yang berasal dari bentuk panjang atau. Kontraksi ato

merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal

/o/ dari kata atau. Pada contoh (97) terdapat kontraksi pegawe yang berasal dari

bentuk panjang pegawai. Kontraksi pegawe merupakan hasil pemendekan dengan

monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal /e/ dari kata pegawai.

Pada contoh (98) terdapat kontraksi pante yang berasal dari bentuk

panjang pantai. Kontraksi pante merupakan hasil pemendekan dengan

monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal /e/ dari kata pantai. Pada contoh (99)

dijumpai kontraksi lante yang berasal dari bentuk panjang lantai. Kontraksi lante

merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [ai] menjadi fonem vokal

/e/ dari kata lantai. Pada contoh (100) terdapat kontraksi kalo yang berasal dari

bentuk panjang kalau. Kontraksi kalo merupakan hasil pemendekan dengan

monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kata kalau. Pada contoh (101)

dijumpai kontraksi panto yang berasal dari bentuk panjang pantau. Kontraksi

panto merupakan hasil pemendekan dengan monoftongisasi [au] menjadi fonem

vokal /o/ dari kata pantau. Pada contoh (102) terdapat kontraksi pengaco dari

bentuk panjang pengacau. Kontraksi pengaco merupakan hasil pemendekan

dengan monoftongisasi [au] menjadi fonem vokal /o/ dari kata pengacau.

Hal itu dapat dibuktikan dengan menggantikan kontraksi (87) sampe,

(88) mo, (89) rame, (90) jangkau, (91) engko, (92) pake, (93) kaco, (94) selese,

(95) sante, (96) ato, (97) pegawe, (98) pante, (99) lante, (100) kalo, (101) panto,

engkau, pakai, kacau, selesai, santai, atau, pegawai, pantai,lantai, kalau, pantau, dan pengacau sebagaimana tampak pada contoh berikut.

(87a) P : Masih lama kita sampai?

MT : Ti lama lagi, 15 menit kita su sampai.

(88a) P : Nanti malam Sabtu kita da acara makrab. Engko mau ikot? MT : Sa ti ikot.

(89a) P : Ramai yang nonton lomba paduan suara semalam. MT : Cukup rame.

(90a) P : Kaka, kita pake motor pi pante?

MT : Kita pake mobil supaya bisa jangkau tempatnya yang jauh.

(91a) P : Engkau pi mana besok

MT : Sa pi di acara ulang tahunnya teman.

(92a) P : Sa malas pakai baju itam

MT : Ko cari warna laen! Begitu saja repot.

(93a) P : Kacau semua kita pu rencana MT : Makanya laen kali jang gegabah!

(94a) P : Kapan su selesai ni rapat? Su lapar. MT : Sabar. Sa ju su lapar dar tadi.

(95a) P : Aduh maaf, saya terlambat. MT : Santai sa. Acara ju baru mulai.

(96a) P : Kapan ko regis? MT : Besok. Ko? P : Ni hari.

MT : Ko deng sa su. Besok su e?

(97a) P : Ko pu kaka masih kuliah? MT : Tidak. Su jadi pegawai negeri.

(98a) P : Sa mo pi pantai

MT : Pi su. Ko mo pi deng sapa? P : Deng pacar.

(99a) P : Ni hari sapa yang piket pel lantai? MT : Sa ti tau. Liat di jadwal.

(100a) P : Jam 5 kita brangkat.

MT : Kalau jam 6 boleh? Sa masih kerja jam 5. P : Oke su.

(101a)P : Pantau trus orangnya supaya dia jang sembarangan. MT : Oke.

(102a) P : Dasar ko pengacau! Ti puas liat orang susah. MT : Makanya jang buat diri inti!

Hal itu dapat dibuktikan dengan tabel berikut ini.

No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 sampe mo rame pante jangko engko pake kaco selese sante ato pegawe pante lante kalo panto pengaco sampai mau ramai pantai jangkau engkau pakai kacau selesai santai atau pegawai pantai lantai kalau pantau pengacau

3.3Kontraksi dengan Mengubah Vokal Tinggi menjadi Vokal Rendah dalam

Suatu Kata

Kontraksi dengan cara mengubah vokal tinggi menjadi vokal rendah

dalam suatu kata merupakan pemendekan kata dengan cara mengubah vokal

tinggi menjadi vokal rendah dalam suatu kata. Berikut ini dikemukakan

(103) P : Sa bosan di kos!

MT : Ayo kita pi maen bola sa.

(104) P : Tolong ko ator dulu itu buku yang berhamburan di lante. MT : Ahhh!! Sa lagi malas ator- ator.

(105) P : Besok, kita seragam pake kaos bola. MT : Sa ti pu kaos bola. Sa pake kaos oblong sa.

(106) P : Ko dapat dar mana itu brosur pendaftaran? MT : Sa ambel di stan pendaftaran.

(107) P : Napa ko ti angkat ni pakian? Basah su kena ujan MT : Adoh! sa ti ingat. Maaf su.

(108) P : Sa minta aer. MT : Ambel di blakang.

(109) P : Lukas di mana?

MT : Pi sebar bibet di sawah.

(110) P : Kaka, sa ikot pi jalan- jalan e. MT : Ikot su.

(111) P : Ko tolong bawa ni buku. MT : Sa ti sanggop. Berat skli tu.

(112) P : Mari pi deng sa ke kebon. MT : Di kebon mana?

P : Kebon di blakang skolah.

(113) P : Besok ingat bawa kaen! MT : Oke bos.

Pada contoh (103) dijumpai kontraksi maen yang berasal dari bentuk

panjang main. Kontraksi maen merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengubah vokal tinggi /i/ menjadi vokal rendah /e/ dari kata main. Pada contoh

(104) dijumpai juga kontraksi ator yang berasal dari bentuk panjang atur.

Kontraksi atur merupakan hasil pemendekan dengan cara mengubah vokal tinggi

yang berasal dari bentuk panjang kaus. Kontraksi kaos merupakan hasil

pemendekan dengan cara mengubah vokal tinggi /u/ menjadi vokal rendah /o/ dari

kaus.

Pada contoh (106) terdapat kontraksi ambel yang berasal dari bentuk

panjang ambil. Kontraksi ambel merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengubah vokal tinggi /i/ menjadi vokal rendah /e/ dari kata ambil. Pada contoh

(107) terdapat juga kontraksi adoh yang berasal dari bentuk panjang aduh.

Kontraksi adoh merupakan hasil pemendekan dengan cara mengubah vokal tinggi

/u/ menjadi vokal rendah /o/ dari kata aduh. Pada contoh (108) dijumpai kontraksi

aer yang berasal dari bentuk panjang air. Kontraksi aer merupakan hasil

pemendekan dengan cara mengubah vokal tinggi /i/ menjadi vokal rendah /i/ dari

kata air.

Pada contoh (109) terdapat kontraksi bibet yang berasal dari bentuk

panjang bibit. Kontraksi bibet merupakan hasil pemendekan dengan cara

mengubah vokal tinggi /i/ menjadi vokal rendah /e/ dari kata bibit. Pada contoh

(110) terdapat juga kontraksi ikot yang berasal dari bentuk panjang ikut. Kontraksi

ikot merupakan hasil pemendekan dengan cara mengubah vokal tinggi /u/ menjadi

vokal rendah /o/ dari ikut. Pada contoh (111) dijumpai kontraksi sanggop yang

berasal dari bentuk panjang sanggup. Kontraksi sanggop merupakan hasil

pemendekan dengan cara mengubah vokal tinggi /u/ menjadi vokal rendah /o/ dari

kata sanggup. Pada contoh (112) dijumpai kontraksi kebon yang berasal dari

bentuk panjang kebun. Kontraksi kebon merupakan hasil pemendekan dengan cara

(113) terdapat kontraksi kaen yang berasal dari bentuk panjang kain. Kontraksi

kaen merupakan hasil pemendekan dengan cara mengubah vokal tinggi /i/

menjadi vokal rendah /e/ dari kata kain.

Beberapa hal di atas dapat dibuktikan dengan menggantikan kontraksi

(103) maen, (104) ator, (105) kaos, (106) ambel, (107) adoh, (108) aer, (109)

bibet, (110) ikot, (111) sanggop, (112) kebon dan (113) kaen bentuk panjangnya

dari main, atur, atur, kaus, ambil, aduh, air, bibit, ikut, sanggup, kebun, dan kain

sebagaimana tampak pada contoh berikut.

(103a) P : Sa bosan di kos!

MT : Ayo kita pi main bola sa

(104a) P : Tolong ko atur dulu itu buku yang berhamburan. MT : Ahhh!! Sa lagi malas atur- atur.

(105a) P : Besok, kita seragam pake kaus bola e. MT : Sa ti pu kaus bola. Sa pake kaus oblong sa.

(106a) P : Ko dapat dar mana itu brosur pendaftaran? MT : Sa ambil di stan pendaftaran.

(107a) P : Napa ko ti angkat ni pakiaan? Basah su kena ujan MT : Aduh! sa ti ingat. Maap su.

(108a) P : Sa minta air. MT : Ambel di blakang.

(109a) P : Lukas di mana?

MT : Pi sebar bibit di sawah.

(110a) P : Kaka, sa ikut pi jalan- jalan. MT : Ikut su.

(111a) P : Ko tolong bawa deng saya ni buku. MT : Sa ti sanggup. Berat skli tu.

(112a) P : Mari pi deng sa ke kebun. MT : Di kebon mana?

(113a) P : Besok ingat bawa kain! MT : Oke bos.

Hal itu dapat dibuktikan dengan tabel berikut ini.

No Bentuk Pendek Bentuk Panjang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 maen ator kaos ambel adoh aer bibet ikot sanggop kebon kaen main atur kaus ambil aduh air bibit ikut sanggup kebun kain

Dokumen terkait