• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggalangan Kesepakatan bersama antar SKPD Penggerak dan SKPD pelayanan publik, melalui diskusi kelompok dengan metode “take and give”:

GENDER DAN STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER

Langkah 6: Penggalangan Kesepakatan bersama antar SKPD Penggerak dan SKPD pelayanan publik, melalui diskusi kelompok dengan metode “take and give”:

1. Fasilitator menyiapkan kertas plano dengan judul masing-masing, sebagai berikut:

I. Komitmen Badan Administrasi Keuangan Daerah (BAKD) terkait percepatan PUG

II. Komitmen Bappeda terkait percepatan PUG III. Komitmen Badan/Biro Pemberdayaan Perempuan

IV. Komitmen SKPD pelayanan publik terkait percepatan PUG.

2. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 (empat) kelompok atau sesuai kelompok yang sudah terbentuk dan kepada masing-masing kelompok diberikan spidol warna yang berbeda.

3. Masing-masing kelompok membahas topik yang sama seperti tertera pada kertas plano (4 topik), tetapi dari sisi yang berbeda.

4. Hasil diskusi kelompok dituliskan di atas kertas plano dengan menggunakan spidol warna kelompok.

5. Setelah putaran I selesai, kelompok I bergeser ke kelompok II, kelompok II ke tempat yang tadi dikerjakan kelompok III, dan kelompok III pergi ke kelompok IV dan kelompok IV ke tempat yang tadi ditempati kelompok I.

6. Demikian dilakukan sampai 4 (empat) putaran, sehingga dalam waktu singkat akan ada akumulasi jawaban dengan topik yang sama, bahasan dari sudut berbeda.

Langkah 6. Memahami landasan hukum terkait dengan PUG dan PPRG

1. Fasilitator menggali pengetahuan peserta tentang landasan hukum yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan strategi PUG dengan metode diskusi kelompok dengan pertanyaan sesuai dengan LK III.7.4 sebagai berikut:

a. Identifikasi landasan hukum yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan PUG.

b. Sebutkan inti dari peraturan/perundang-undangan tersebut. c. Sebutkan sasarannya (Pusat/KL atau Daerah).

2. Fasilitator meminta masing-masing kelompok menuliskan hasil diskusi di kertas plano dan secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya.

3. Fasilitator meminta kelompok lain menanggapi dan memberikan saran/masukan. 4. Fasilitator menutup sesi ini dengan memaparkan landasan hukum terkait dengan

PUG.

Bahan bacaan:

Lembar Kerja Curah Gagasan PUG dan Pemberdayaan Perempuan

Contoh program dan kegiatan terkait PUG dan pemberdayaan perempuan

Nama Kegiatan Urusan wajib pemberdayaan perempuan Pengarusutamaan gender/ tanggungjawab SKPD lain 1. Pemberian beasiswa pendidikan

menengah dan tinggi bagi perempuan berprestasi

2. Fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan

Urusan wajib, BPP

3. Pelatihan penyusunan data pilah gender bidang pendidikan

Urusan wajib BPP (pelayanan internal) 4. Penyusunan data pilah gender

bidang pendidikan

PUG, Dinas Pendidikan 5. Sosialisasi dan advokasi kebijakan

penghapusan buta aksara perempuan (PBAP)

PUG, Dinas Pendidikan

6. Peningkatan kesertaan ber KB bagi pria

PUG, BKKBN 7. Peningkatan pelayanan kesehatan

ibu dan anak

PUG, Dinas kesehatan

Pendekatan WID atau Perempuan Dalam Pembangunan, adalah: • Kesejahteraan

• Kesetaraan (Equity) • Mengatasi Kemiskinan • Efisiensi

• Pemberdayaan (Empowerment )

Kesejahteraan (Welfare): Fokus pada perempuan miskin, terutama peran perempuan sebagai istri/ibu, sebelum tahun 1980-an.

Kesetaraan (Equity): Fokus pada persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam menikmati manfaat pembangunan.

Kemiskinan: Perempuan adalah yang termiskin dari kelompok “masyarakat yang miskin”, terkait dengan peningkatan pendapatan dan akses terhadap sumberdaya ekonomi menengah/kecil.

Efisien: Penekanan pada perlunya partisipasi perempuan untuk mencapai pembangunan yang lebih baik, dengan asumsi peningkatan pendapatan akan meningkatkan kesejahteraan. Pemberdayaan perempuan melalui partisipasi perempuan dalam bidang ekonomi akan berdampak pada tercapainya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam menikmati pembangunan.

Pemberdayaan (Empowerment): Fokus pada peningkatan kapasitas perempuan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan taraf hidup perempuan di bidang sosial, terutama terkait dengan Hak Asasi Perempuan.

Perempuan dan Pembangunan /Women And Development Approach (WAD) Awal:

Perubahan berawal dari adanya teori “modernisasi” atau “kebebasan tentang hak” sekitar pertengahan tahun 1970-an

Fokus:

Perempuan adalah bagian dari pembangunan, oleh karena itu perlu keterlibatan perempuan dalam proses pembangunan merupakan sesuatu keharusan (“myth”). Jadi fokus kegiatan diarahkan pada relasi antar perempuan dan proses pembangunan. Sedangkan pendekatannya adalah:

Kontribusi:

• Disadari bahwa perempuan merupakan salah satu “aktor ekonomi” di dalam lingkungan/masyarakat.

• Perempuan dalam kegiatan publik dan rumah tangga merupakan pusat ketahanan struktur-sosial.

• Keberadaan perempuan yang terintegrasi dalam pembangunan akan berdampak dalam tumbuhnya pembangunan yang berkelanjutan.

Pendekatan Gender and Development -1 (GAD) Awal:

Pendekatan GAD sebagai alternatif lain disamping fokus pada WAD yang berkembang sekitar tahun 1980-an.

Fokus:

Pandangan secara menyeluruh “holistics” di segala bidang pembangunan dalam kehidupan perempuan dan penekanan pada peran-peran gender.

Kontribusi

• Solidaritas perempuan tidak secara eksklusif menimbulkan kecemburuan laki-laki yang sensitif atas kemajuan perempuan.

• Mengakui kontribusi perempuan di dalam ekonomi rumah tangga maupun di ranah publik.

Isi dari Stranas percepatan PUG Melalui PPRG berdasarkan Surat Edaran Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor: 270/M.PPN/11/2012, Nomor: SE-33/MK.02/2012, Nomor: 050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011 tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG).

1. Pelaksanaan PUG melalui PPRG setiap Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penanggung jawab pelaksanaan PPRG sekaligus penggerak PPRG adalah: Kementerian PPN/Bappenas (Bappenas), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA).

2. Pembagian peran dan tanggung jawab keempat penggerak mengacu pada tugas pokok dan fungsi dari instansi masing-masing, sesuai Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, seta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, dan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Strategi Nasional Percepatan PUG melalui PPRG).

3. Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah agar menggunakan Strategi Nasional Percepatan PUG melalui PPRG sebagai dasar dalam berkonsultasi mengenai PPRG.

4. Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah agar melaksanakan PPRG dalam penyusunan RKA-K/L dan RKA-SKPD dengan tetap mengacu pada peraturan yang berlaku.

5. Dalam melaksanakan PPRG, Kementerian/Lembaga agar:

a. Mengutamakan program-program prioritas pembangunan nasional, sebagaimana tersebut pada Buku I RPJMN 2010 -2014;

b. Memberikan konfirmasi kepada Kementerian PPN/Bappenas dengan memilih/menentukan program utama untuk dimasukkan dalam PPRG Tahun 2012 dan tahun berikutnya;

c. Menyerahkan dokumen PPRG yang ditunjuk dengan GBS (Gender Budget Statement) Tahun 2012 yang telah disusun, kepada Kementerian Keuangan cq Direktur Jenderal Anggaran, dan salinan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas dan KPP dan PA dan tahun berikutnya.

6. Dalam melaksanakan PPRG yang dibiayai oleh APBD, Pemerintah Daerah agar: a. Mengutamakan program-program prioritas pembangunan daerah yang

mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional dan target-target MDGs, dengan mengacu kepada RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan RKA SKPD;

b. Memilih/menentukan program utama untuk dimasukkan pada awal penerapan PPRG; serta

c. Menyerahkan dokumen PPRG yang ditunjukkan dengan GBS (Gender Budget Statement) yang telah disusun kepada BAKD (Badan Administrasi Keuangan Daerah), dan salinan kepada Menteri Dalam Negeri cq Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah.

Himpunan dokumen PPRG yang disampaikan kepada keempat Menteri tersebut di atas menjadi dasar acuan dalam mengukur capaian pelaksanaan PUG dalam administrasi pemerintahan, dan akan digunakan dalam pengukuran capaian RPJMN 2010 – 2014.

2. Lembaga driver dalam POKJA Daerah

Dalam Anggota POKJA dikenal dua peran: Peran Driver dan Peran Services. 1. Driver terdiri dari Bappeda, Badan PP&KB atau sejenisnya, Badan Keuangan

Daerah, dan Inspektorat Daerah;

 Bappeda sebagai lembaga yang mengkoordinasikan perencanaan;

 Badan PP&KB sebagai penggerak dan bantuan teknis substansi PUG;

 BKD selaku koordinasi dan supervisi penganggaran;

 Inspektorat sebagai lembaga supervisi dan evaluasi kegiatan

2. Services adalah SKPD-SKPD yang mempunyai kegiatan langsung kepada

sasaran inti.

3. Koordinasi dan sinkronisasi PUG dan PPRG paling utama ada pada lembaga driver yang menggerakkan POKJA

3. Anatomi Tim Penggerak PPRG di Daerah Berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah jo Permendagri No. 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

BAPPEDA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah.

 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

 Fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan;

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dipimpin oleh kepala badan.

 Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah.

BIRO KEUANGAN