• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggarapan Bakat dan Pembinaan Intensif ―Saya sudah berlatih secara

Dalam dokumen Buku_STIFIn (Halaman 47-51)

maksimal, saya sudah berusaha tetapi mengapa koq masih belum juara juga‖. Mau pontang-panting seperti apapun berlatih selama prestasi belum bergerak itu namanya bukan berusaha. Itu hanya disebut bergaya.

Masih ingat rumus usaha dalam fisika. Usaha sama dengan gaya dikali jarak. Jadi kalau energi yang dikeluarkan tidak berhasil mencip-takan jarak masih disebut gaya. Makanya, kalau berusaha yang betul supaya prestasinya bisa bergerak. Kalau tidak, cuma bergaya saja. Sayang buang tenaga.

Terlalu banyak orang di dunia ini yang cuma bergaya dalam menja-lankan programnya. Tidak terkecu-ali orangtua yang mengikutkan anaknya dalam sebuah program yang intensif. Rumus fisika tadi adalah hukum alam yang terjadi kepada siapa saja. Berusaha yang

tidak disertai dengan ilmu seringkali kandas. Tidak menciptakan gerak prestasi.

Jadi bagaimana seharusnya yang dinamakan penggarapan dan pembinaan yang intensif? Maka sederhananya ikuti hasil kajian Malcolm Gladwell. Baru disebut intensif ketika siap menjalani program 10 000 jam yang deliberate

practice (atau mudahnya saya sebut

program latihan terdisain). Hal terpenting dalam melakukan latihan terdisain ini harus dimulai lebih dini dibimbing oleh coach yang berkualitas.

Usia dini berapa untuk memulai program intensif tergantung pada bidangnya dan mesin kecerdasan yang akan diprogramkan. Namun secara umum sudah bisa dimulai dari umur 6 tahun, karena anak-anak umur 6 tahun sudah bisa melihat jauh ke depan memproyeksi cita-citanya.

RH Serius Habis

RH yang masih berumur 16 tahun

memberikan kebanggaan kepada

bangsa Indonesia karena menjadi juara 1 pada Formula BMW Pacific di Sepang International Circuit, sebuah event peringkat dunia. Menginjak separuh musim 2009, pemuda kelahiran Solo keturunan China muslim itu sudah dua kali berhasil finis pertama. RH ditargetkan mulai bertarung di Formula 1 pada tahun 2014, ketika umurnya 21 tahun.

Untuk membina bakatnya secara intensif RH tinggal dan berlatih di Singapura. RH sibuk dengan sekolah dan latihan fisik guna menjaga stamina sebagai pebalap. Setiap hari RH berlari 10-12 kilometer dan berenang 4 kilometer, plus latihan beban. Program latihan fisiknya dibimbing pelatih fisik khusus asal Belanda.

Pebalap RH juga menjadi Duta Nasional Antinarkoba, panggilan sosialnya RH sebagai orang In. ”Saya bangga bisa terpilih,” kata RH seusai acara pengukuhan yang digelar pada peringatan Hari Antinarkoba Indonesia 2009 di Stadion Gelora Bung Karno,

Senayan, Jakarta.

Selain berlatih sebagaimana standarnya atlit peringkat dunia, ada hal yang harus difokuskan untuk dikembangkan pada RH yaitu respon dan insting. Kedua skill tersebut sudah ada secara alamiah pada diri RH, karena dia memiliki kecerdasan In. Jika kedua skill tersebut digali secara maksimal, maka RH sudah bisa bertarung di Formula 1 lebih cepat dari yang ditargetkan timnya.

Masalah RH yang dikaitkan dengan kepribadiannya, karena kelemahan tipe In seringkali kalau melakukan apa-apa tidak tuntas habis. Jadi tantangan terbesar RH adalah membina karakter habis-habisan. Dan tentu saja, hal ini tidak bisa dilakukan sendiri. Dia membutuhkan scaffolding (penggem-blengan hingga mampu „naik tangga‟). Jika dalam pembinaannya, akhirnya kepada RH mampu dihadirkan karakter habis-habisan (sebagai tradisi baru yang bukan datang dari bakat) dan jika digabungkan dengan pemaksimalan respon dan insting (yang datang dari bakat) maka jadilah dia calon juara dunia Formula 1.

Jadi rekomendasi saya untuk RH, cukup mengingat tiga kata: respon, insting, last part.

Penyanyi cilik mulai umur 3 tahun

Atlit mulai umur 4 tahun

Pecatur mulai umur 4 tahun

Olimpiade matematika mulai umur 8 tahun

Kreativitas mulai umur 6 tahun

Enterpreneurship mulai umur 7 tahun

Pedagang mulai umur 8 tahun

Ahli pidato mulai umur 5 tahun

Aktivis remaja mulai umur 9 tahun

Penting untuk diingat meskipun secara umum program terdisain itu sudah dapat dimulai dari umur 6 tahun (bahkan ada yang 3 tahun) jangan sampai anak-anak kehilangan masa bermainnya hingga umur 9 tahun. Bagaimanapun untuk pertumbuhan mentalnya mereka perlu mengecapi masa kanak-kanak yang cukup. Demikian juga ketika program terdisain dilanjutkan hingga usia remaja, jangan sampai anak kita kehilangan masa remajanya.

Program terdisain itu memang memerlukan dukungan yang memadai dari orang lain untuk memastikan program yang diberikan berjalan dengan baik tidak menimbulkan dampak negatif dan yang bersangkutan enjoy.

Pembagian peran yang utama diantara ketiganya adalah sebagai berikut: Anak Menghadirkan komitmen dan kesungguhan.

Orangtua Memastikan ketersediaan waktu dan pergaulan bagi anaknya untuk menikmati masa anak-anak/remaja.

Memotivasi anak agar memiliki komitmen dan kesungguhan melalui internalisasi cetak biru si anak.

Memberikan dukungan dan fasilitas yang diperlukan termasuk menyiapkan pelatih.

Bersama dengan pelatih untuk menjaga standar latihan dan gaya hidup si anak.

Pelatih Mengenali mesin kecerdasan si anak, agar tahu bagaimana men-treatment si anak.

Memiliki pengetahuan teknis terhadap program latihan terdisain untuk anak yang telah dikostumisasi dengan jenis kecerdasan

anak.

Telaten ‗memberi‘ perhatian, bukan ‗demanding‘, terhadap anak supaya anak merasa nyaman, agency cost-nya rendah (tidak bikin stres). Memastikan 10 000 jam itu tidak patah di tengah jalan.

Menghidupkan Standar

"Buat apa menyediakan Blackberry, sementara otak teknologi anda cuma sms?" Jadi benahi dulu orangnya, wawasannya, dan kelas standar prestasinya baru kemudian sediakan fasilitasnya.

Pengalaman saya yang paling susah adalah menghidupkan standar latihan dan gaya hidup sehari-hari. Metode anchoring (mengaitkan jangkar) ke masa depan anak sesuai cetak biru anak adalah cara yang paling umum dan dapat dilakukan kepada semua mesin kecerdasan. Anak yang mampu memvisualisasikan dengan kuat masa depannya dengan penuh keyakinan dan yang terpenting kemistrinya ‗ngeklik‘ atau nyangkut di jangkar masa depannya tersebut sudah merupakan 50% keberhasilan.

Dalam hal pelaksanaan standar, baik untuk latihan ataupun gaya hidup si anak, merupakan sesuatu yang tidak dapat dikompromikan. Tidak boleh longgar dan tidak boleh terjadi pengabaian atau pembiaran. Standar adalah mutlak. Janji Tuhan sangat berkait dengan standar yang kita hidupkan. Jika cita-cita anak mau dijadikan juara dunia maka standar yang akan dilakukan adalah standar seorang juara dunia. Sebenarnya tenaga yang dikeluarkan, modal yang digunakan, dan capek-hati yang dikorbankan hampir sama antara mau jadi juara dunia atau juara nasional. Bedanya hanya terletak kepada standar yang dihidupkan. Mau menjadi juara

nasional latihannya juga harus banyak dan capek. Mau menjadi juara dunia juga sama. Porsi latihan boleh jadi sama persis. Tapi kualitasnya yang berbeda. Pelatih (atau orangtua) juara nasional yang penting mengejar target. Jika tidak masuk target dievaluasi, dan diperbaiki metode latihannya atau ditambah porsinya agar kemudian masuk target. Sedangkan pelatih (atau orangtua) juara dunia mendisain program yang betul, dan dijalankan secara 100% hingga ke detil, mengurangi kesalahan sebanyak mungkin. Ketika mereka ikut kompetisi, bukan untuk dievaluasi mencari kesalahan, melainkan dijadikan peluang mendapatkan masukan untuk melihat kekuatan si anak. Perbedaan itu begitu tipis. Secara kasat mata penonton kebanyakan tidak akan mampu melihat perbedaannya. Yang satu menyiapkan prestasi, yang lainnya menyiapkan fondasi.

Kendala yang dihadapi oleh pelatih dan orangtua dalam menghidupkan standar, disajikan pada tabel di bawah ini:

Jenis Tantangan Menghidupkan Standar

Stimuli Positif Si Fighting spirit mengalahkan

kecerdikannya

Ajari teknik terbaik melalui

sparring-nya

Se Petir sesekali kekuatannya muncul Beri insentif yang memunculkan petir kekuatannya

Ti Kecerdikannya mengalahkan

keuletannya

Kemandirian mengejar detil-detil melalui cicilan insentif

Te Haus kemenangan instan Mengendalikan tahapan dengan

berbagai jenis recognition

Ii Perfeksionis yang ke-pede-an Proses penting dikencangkan, yang tidak penting dilonggarkan Ie Optimisme yang meremehkan

persiapan

Penjabaran big picture menjadi tahapan-tahapan komitmen Fi Nafsu besar mengalahkan fokus Memberi sentuhan emosi kepada

fokusnya Fe Semangat menyala yang mudah

layu

Menghadirkan mood dengan pujian, belaian, dan didampingi

In Keserba-bisaannya tidak

dituntaskan

Mengajak tuntas program yang realistis dengan scaffolding Memilih pelatih

Pelatih yang paling diperlukan oleh si anak adalah pelatih yang memiliki kualifikasi teknis pada bidangnya dan pada saat yang sama kemistrinya nyambung. Pembahasan tentang kualifikasi teknis pelatih tidak dibahas dalam buku ini. Adapun tentang kemistri pelatih dengan anak kita dapat dirancang lebih awal. Sebenarnya hal ini sangat tergantung kepada jenis kecerdasan tiga pihak, si anak, orang tua, dan pelatih. Mesin kecerdasan anak dan orang tua sudah given, sedangkan pelatih masih bisa kita pilih sesuai dengan keperluan program kita. Berikut ini jenis kecerdasan pelatih yang diperlukan si anak.

Jenis Pelatih yang Diutamakan Pelatih yang Disegani Si Anak

Si Fe Ie Se Fi Ii Ti Se Fe Te Si Fi Ii In Te Ie In Ti Fi Ie In Fe Ii In In Ti atau Te Si atau Se Memaksimalkan Bakat

Pada bab ini lebih banyak berbicara bagaimana kita memaksimalkan bakat atau kekuatan alamiah (nature) kita sendiri. Sedangkan pembahasan tentang pembangunan habitat yang kondusif agar potensi bakatnya keluar (pendekatan nurture) akan dibahas pada bab berikutnya.

Jika anda punya anak dengan kriteria seperti hasil penelitian di atas mengapa harus berpikir panjang untuk mencarikan profesi yang lain buatnya. Mulailah program dari sekarang. Mulailah periode 10 000 jam yang menyenangkan untuk mengejar cita-cita anak kita yang sudah 'dekat‘ tersebut.

Para ilmuwan dari Cambridge University menemukan bahwa para pialang yang bekerja di bursa-bursa saham memiliki jari manis lebih panjang dari pada jari telunjuk. Ini menunjukkan bahwa mereka lebih pintar mencari uang. Sang peneliti, John Coates dan timnya melaporkan, temuan ini disimpulkan berdasar pada penelitian atas 44 pria pialang di London. Beberapa di antaranya dapat menghasilkan pemasukan lebih dari 4 juta poundsterling setahun. Lebih dari 20 bulan para pialang dengan jari manis lebih panjang ini 'mencetak' uang sebelas kali daripada yang jari manisnya relatif lebih pendek.

Ilmuwan Belgia justru menemukan bahwa pria dengan jari manis lebih panjang cenderung kurang memiliki rasa sosial. Mereka lebih pelit. Sebaliknya, mereka yang jari manis lebih pendek cenderung lebih mudah bagi-bagi uang.

Ketua peneliti, Kobe Millet mengatakan," Hasil temuan ini menyatakan bahwa kondisi sejak lahir tersebut mempengaruhi seluruh perilaku manusia sepanjang hidupnya." Kompas.com, 16 Januari 2009 (Sumber: BBC)

Bab 8 INVESTASI PADA HABITAT MEMBANGUN

Dalam dokumen Buku_STIFIn (Halaman 47-51)