BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Generalisasi Fitur Semantik Kosakata Bahasa Indonesia Anak
4.2.1 Penggelembungan Makna Kosakata Bahasa Indonesia
Pada umumnya pemerolehan kata dikaitkan dengan konsep
penggelembungan makna. Penggelembungan makna merupakan konsep yang digunakan untuk menentukan makna pada suatu kosakata dengan menerapkannya pada konsep lain yang sesuai dengan fitur bahasa menurut Dardjowidjojo (2005: 260).
Dalam mengklasifikasi ciri pembeda makna, peneliti harus memiliki acuan yang jelas dan berdasarkan pada pengalaman atau kenyataan yang ada. Ciri pembeda makna dapat ditambah sesuai dengan kenyataan dan tidak boleh menambah ciri pembeda makna lain jika ciri pembeda makna dimaksud tidak ada (Pateda, 2008: 264).
Penelitian ini menggunakan teknik gambar, cara ini digunakan untuk melihat pemerolehan dan pemahaman anak tentang pemerolehan kosakata, baik kosakata hewan, buah, kegiatan, penyakit, peralatan rumah tangga, peralatan elektronik, kendaraan, makanan, dan warna.
Nomina gambar yang digunakan ada 21 gambar nomina hewan, enam gambar nomina alat dapur, empat gambar nomina peralatan elektronik, empat gambar nomina buah, lima gambar nomina perabotan, empat nomina kendaraan, dua nomina penyakit, dua nomina perhiasaan, dan lima verba.
(4) Peneliti : “Miss, mau tunjukkan gambar sama Chio”
Sachio : “iya”
Peneliti : “ini gambar apa Chio?” (menunjuk gambar cacing)
Sachio : “ulal” (ular)
Peneliti : “ini gambar apa Chio?” (menunjuk gambar ulat)
Sachio : “ulal” (ular)
Dari data percakapan (4) diatas kata ular yang mampu diucapkan dan chio hanya mengenal kata ular pada jenis hewan melata yang memiliki ciri semantis tertentu. Sachio belum mampu membedakan antara bentuk cacing, ulat, dan ular. Ular, cacing, dan ulat memiliki bentuk yang mirip dan persamaan ciri semantis.
Komponen Makna Leksem
Cacing Ulat
Nomina + +
Berjalan dengan perut + +
Berbahaya (buas) - -
Berbisa - -
Serangga - +
(5) Peneliti: “Bang, ini apa ya?” (menunjuk gambar cacing) Michael : “Ual” ‘ular’
Dari percakapan di atas Michael menggelembungkan jenis hewan melata yang berjalan dengan perut adalah ular. Bukan hanya Michael, bandingkan dengan Cio yang menyebutkan ulat dengan ular. Fitur yang pertama ditangkap anak adalah panjang dan melata.
Komponen Makna Leksem
Ular Cacing
Hewan + +
Berjalan dengan perut + +
Berbahaya (buas) + -
Berbisa + -
Reptil + -
Menyuburkan tanah - +
(6) Peneliti : “Ini gambar apa dek?” (menunjuk gambar mobil)
Jonatan : “mobil”
Peneliti : “Kalau ini gambar apa?” (menunjuk gambar bus)
Jonatan : “mobil becang” (mobil besar)
Dari percakapan di atas, Jonatan menangkap fitur semantis yang berbeda antara mobil dan bus sehingga jonatan menggelembungkan semua jenis kendaraan menjadi mobil dan hanya dibedakan menurut ukurannya.
Komponen Makna Leksem
mobil Bus Nomina + + Beroda empat + 0 Biasanya mengangkut penumpang - + Kendaraan bermesin + +
(7) Peneliti : “Pernah lihat ini dek?”
Sachio : “ada umah cio ini”
Peneliti : “Ini gambar apa?” (menunjukkan kedua gambar)
Sachio : “Ini gelas, ini gelas” (menunjukkan kedua gambar)
Berdasarkan percakapan tersebut, Sachio hanya mengetahui satu makna untuk melambangkan gelas, yaitu sesuatu yang dia pakai untuk minum. Sachio menggelembungkan cangkir menjadi gelas berdasarkan kegunaanya.
Komponen Makna Leksem
gelas cangkir
Nomina + +
Bertangkai + +
Bentuknya Silinder + -
Untuk minum + +
Terbuat dari kaca, plastik, keramik
+ +
Ukurannya lebih kecil - +
(8) Peneliti : “Ini gambar apa ya?” (menunjuk gambar tas) Brayan : “Tas”
Peneliti : “Benar, pintar sekali, Bang.” “Kalau yang disebelahnya, Bang.” Brayan : “Tas”
Bandingkan dengan percakapan Jonatan Peneliti : “Ini apa, Bang?” (menunjuk tas) Jonatan : “Tas”
Peneliti : “Ini gambar apa, ya?” Jonatan : “Kopel” ‘koper’
Dari kedua percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa Brayan belum mengenal kosakata koper dan menggelembungkan koper menjadi tas.
Komponen Makna Leksem
Koper Tas
Nomina + +
Bentuknya kotak + 0
Untuk mengangkut barang + +
Terbuat dari plastic dan kain + +
Ukurannya lebih kecil - +
(9) Peneliti: “Ini hewan apa dek?” (menunjuk gambar bebek) Elisabeth: “ebek” (bebek)
Peneliti: “Kalau yang ini hewan apa?” (menunjuk gambar angsa) Elisabeth: “ebek” (bebek)
Peneliti: “Ini sama-sama gambar bebek ya?”
Elisabeth: “iya, ini ebek (menunjuk gambar bebek), ini juga ebek (menunjuk gambar angsa)
Peneliti : “Ini bebek (menunjuk gambar bebek), ini angsa (menunjuk gambar angsa)
Dari hasil percakapan di atas, Elisabeth hanya mampu mengenali satu fitur yaitu “bebek” dan belum mengenal kosakata “angsa”.
(10) Peneliti: “Ini gambar apa, Bang?”
Jonatan: “Ini bebek (menunjuk gambar bebek), ini ‘aksa’ (angsa) (menunjuk gambar angsa)
Peneliti: “Ini gambarnya sama, atau tidak ya dek?” Jonatan: “Enggak sama.”
Dari percakapan di atas kita bisa membandingkan antara Elisabeth dan
Jonatan bahwa Jonatan sudah mampu membedakan angsa dan bebek, sedangkan Elisabeth belum mampu menangkap fitur-fitur semantik yang berbeda antara bebek dan angsa.
Komponen Makna Leksem
Bebek Angsa
Unggas + +
Memiliki selaput kaki + +
Ukurannya lebih besar - +
Memakan ikan kecil - +
Memiliki paruh + +
Dapat berenang + +
(11) Peneliti : “Ini gambar apa ya?” (menunjuk gambar ayam)
Chelsa : “Ebek” ‘bebek’ Peneliti : “Ayam”
Dari gambar diatas terlihat bahwa Chelsa belum mampu membedakan ciri semantis antara ayam dan bebek. Chelsa menggelembungkan makna ayam menjadi bebek.
Komponen Makna Leksem
Bebek Ayam
Unggas + +
Memiliki selaput kaki + -
Memiliki sayap + +
Memiliki paruh tajam - +
Memiliki paruh lebar + -
Dapat berenang + -
Berkokok - +
(12) Peneliti : “Ini gambar apa dek?” (menunjuk gambar burung) Brayan : “Ayam.”
Peneliti : “Burung, ini gambar burung.” (menunjuk gambar burung)
Dari percakapan tersebut terlihat bahwa Brayan belum mampu membedakan ciri semantis antara burung dan ayam. Jonatan menggelembungkan burung dengan ayam. Burung memiliki semantis yang hampir sama dengan ayam.
Komponen Makna Leksem
Burung Ayam
Unggas + +
Memiliki selaput kaki + -
Memiliki sayap + +
Memiliki paruh tajam - +
Berkicau + -
Dapat terbang + -
(13) Peneliti : “ Ini gambar apa ya?” (menunjuk gambar kelinci) Elisabeth : “Kancil”
Peneliti : “Ini gambar kelinci”
Elisabeth menggelembungkan kelinci menjadi kancil. Elisabeth belum memeroleh kosakata kelinci dan lebih sering mendengar kata kancil dari cerita-cerita anak. Ciri-ciri semantis kancil dan kelinci adalah
Komponen Makna Leksem
Kancil Kelinci
Bertelinga panjang - +
Memilki empat kaki + +
Kemampuan melompat + +
Kaki depan lebih panjang - +
Pemakan sayuran + +
(14) Peneliti : “Gambar apa ini ya?” (menunjuk gambar beruang) Jonatan : “Ajing” ‘anjing’
Jonatan mengalami penggelembungan makna yang mengidentifikasi beruang dengan anjing. Ciri-ciri semantis kedua binatang ini, yaitu
Komponen Makna Leksem Beruang Anjing Mamalia + + Bertubuh besar + 0 Hidup di kutub + 0 Memakan daging + + Berbulu tebal + 0 Dapat berenang + + Mengonggong - +
(15) Peneliti : “Ini gambar apa ya, Chelse?” Chelse : “Lipat”
Peneliti : “Laptop, bukan lipat” “Mama punya laptop?” Chelse: (mengangguk-angguk)
Chelse belum mampu mengucapkan kata laptop dengan benar, Chelse mampu mengidentifikasi barang elektronik sebab di lingkungannya telah memiliki
barang tersebut. Chelse mengatakan lipat yang berbeda maknanya dari makna
yang ditangkap oleh orang dewasa, tetapi pelafalannya mendekati dengan kosakata yang benar.
(16) Peneliti: “Miss, mau tanya, ini gambar apa ya?” (menunjuk kedua gambar)
Elisabeth: “embel” (ember)
Peneliti: “Yang mana ember, yang ini atau yang ini?” (menunjuk kedua gambar)
Elisabeth: “Ni… ni… embel”. Ini… ini… ember. (sambil menunjuk-nunjuk gambar)
Peneliti: “Pintar kali ya kakaknya, ini ember (menunjuk gambar ember). Ini gambar baskom besar (menunjuk gambar baskom)
Dari percakapan di atas terlihat bahwa, Elisabeth menggelembungkan baskom menjadi ember, sehingga Elisabeth mengatakan baskom menjadi ember. Baskom dan ember pada gambar di atas memiliki ciri semantis yang sama terutama warna yang sama.
Komponen Makna Leksem
Baskom Ember
Nomina + +
Peralatan dapur + -
Peralatan kamar mandi - +
Digunakan menampung air + +
Memiliki pegangan besi - +
Terbuat dari bahan plastik + +
(17) Peneliti : “Jois, ini gambar apa? (menunjuk kain pel)
Peneliti : “Apa namanya?” Jois : “sapu”
Dari gambar di atas Jois hanya mengenali ciri semantis sapu yang lebih sering dilihatnya di rumah. Kosakata kain pel belum dimiliki oleh Jois, sehingga Jois menggelembungkan kain pel menjadi sapu.
Komponen Makna Leksem
Kain Pel Sapu
Nomina + +
Memiliki gagang + +
Membersikan debu - +
Membersihkan air + -
Terbuat dari ijuk - +
Terbuat dari kain + -
(18) Peneliti : “Ini gambar apa ya?” (menunjuk gambar kalung) Zahira : “kelabu” ‘kerabu’ (sambil memegang lehernya) Peneliti : “Yang dileher itu kalung.”
Pada peristiwa tersebut sebenarnya Zahira telah mampu menggambarkan kegunaan dari benda tersebut, tetapi dalam penyampainya belum mampu mengucapkan secara benar.
Komponen Makna Leksem Kalung Anting Nomina + + Perhiasan wanita + - Digunakan di leher + - Digunakan di telinga - + Bentuknya beragam + +
Terbuat dari bahan plastik, perak, dan emas
+ +
(19) Peneliti: “Ini gambar apa dek?” (menunjuk kedua gambar) Chilla: “orang cakit” (orang sakit)
Peneliti: “Kalau ini gambar orang sakit apa ya?” (menunjuk gambar sakit flu)
Chilla: “Orang hacim, hacim” (hacim, hacim menandakan suara yang keluar ketika seseorang sedang flu)
Peneliti: “Kalau ini Chilla, gambar orang sakit apa ya?” (menunjuk gambar sakit batuk)
Chilla: “Hacim, hacim”. (Hacim, hacim menandakan suara yang keluar ketika seseorang sedang flu)
Dari percakapan diatas, antara peneliti dan Chilla dapat disimpulkan bahwa Chilla belum mampu membedakan fitur semantik antara sakit flu dan batuk. Chilla menggeneralisasi antara flu dan batuk menjadi tanda-tanda yang sama dengan mengidentifikasi suara yang keluar, yaitu hacim. Chila belum mengenal kosakata batuk dan flu sehingga hanya mampu mengidentifikasi suara yang sering didengarnya.
(20) Peneliti : “Mana gambar kecoak?”
Zahira : “Ini… Ini…” (sambil menujuk kedua gambar)
Peneliti : “Yang pernah Zahira lihat yang mana?”
Zahira : “Ini, ini, kakak gigit ini mandi”
‘Ini, ini, kakak pernah digigit waktu mandi’
(sambil kembali menujuk kedua gambar)
Dari data percakapan () di atas menunjukkan bahwa ‘kecoak’ dan ‘jangkrik’ merupakan binatang yang sama. Ciri-ciri semantik yang terdapat pada kecoak dan jangkrik juga hampir sama dan berasal dari kategori serangga. Zahira
belum mampu menyatakan gambar kecoak dengan tepat. Zahira menyamakan bentuk gambar kecoak dan jangkir.
Komponen Makna Leksem
Jangkrik Kecoak
Mampu terbang + +
Serangga + +
Memiliki antena + +
Memiliki tiga pasang kaki berbulu + +
Biasanya terdapat di dalam rumah - +
Berwarna kecoklatan - +
Mampu mengeluarkan suara + -
(21) Peneliti : “Oliva, ini gambar apa ya dek?” (menunjuk gambar belalang)
Olivia : “Gak tau” ‘tidak tahu’
Peneliti : “Kalau ini gambar apa?” (menunjuk gambar jangkrik)
Olivia : “Coak” (kecoak)
Percakapan di atas menunjukkan bahwa ternyata Olivia belum mampu menyampaikan makna secara tepat. Olivia belum menguasai kosakata jangkrik
dan menggelembungkan jangkrik menjadi kecoak. Ciri semantis dari belalang dan jangkrik adalah
Komponen Makna Leksem
Jangkrik Belalang
Mampu melompat jauh + +
Serangga + +
Memiliki antena + +
Memiliki tiga pasang kaki berbulu + +
Biasanya terdapat di rerumputan + +
Berwarna kecoklatan - -
Mampu mengeluarkan suara + -
(22) Peneliti : “Bang, ini hewan apa ya?”
Michael : “Ni inga.”
Peneliti : “Yang mana, Bang?”
Michael : “Ni, ni” (sambil menunjuk keduanya)
Michael belum mampu menangkap ciri-ciri yang berbeda antara singa dan harimau, sehingga Michael menggelembungkan singa menjadi harimau.
Komponen Makna Leksem Singa Harimau Mamalia + + Binatang buas + + Pemakan daging + + Memiliki belang - +
Bulu dikepala lebih panjang + -
Memiliki kumis + +
Memiliki taring + +
(23) Peneliti: “Ini gambar apa dik?” (menunjuk gambar angkot)
Elisabeth: “mobil”
Jonatan: “ancot” ‘angkot’
Dari hasil percakapan di atas disimpulkan bahwa Elisabeth hanya mampu menangkap fitur-fitur semantik yang melekat pada mobil, sedangkan Jonatan
sudah mengenal kosakata angkot yang sudah sering didengarnya dari
Perbedaan ciri semantis antara angkot dan mobil terlihat pada tabel berikut:
Komponen Makna Leksem
Mobil Angkot
Kendaraan roda empat + +
Ukurannya sama + +
Kendaraan bermesin + +
Menggangkut penumpang - +
Sandaran bangku + -
Peneliti membawa pensil warna kepada anak-anak lalu bertanya dan meminta anak menunjuk warna yang benar.
(24) Peneliti : “Coba intan tunjukkan warna pink?”
Intan : “Ini” (menunjukkan warna biru)
Dari percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa intan belum mengenal warna pink dengan baik. Bandingkan Bryan yang sudah mampu mengenal warna dengan baik.
(25) Peneliti : “Mana warna pink?”
Brayan : “Ni, miss” (menunjukkan waran pink dengan benar)
Percakapan tersebut membuktikan bahwa perkembangan pemerolehan bahasa anak-anak berbeda-beda, meskipun umur yang kedua anak sama, tetapi
pemerolehan bahasa Intan dan Brayan berbeda terlihat Intan belum mampu membedakan warna, sedangkan Brayan sudah.
(26) Peneliti menunjukkan beberapa pensil warna kepada Zahira, yaitu
kuning, biru, pink, dan coklat.
Peneliti: “Zahira, yang mana warna kuning?”
Zahira (menunjuk warna kuning)
Peneliti: “Pintarnya” (menunjukkan apresiasi kepada Zahira agar merasa senang)
Peneliti: “Mana warna biru?”
Zahira: (mengambil warna kuning kembali)
Peneliti: “Yang benar ini.” (sambil menunjuk warna biru)
Dari percakapan di atas menunjukkan Zahira belum memeroleh kosakata yang benar tentang berbagai jenis warna. Anak tersebut menggelembungkan
kuning menjadi biru, sehingga terjadi penggelembungan makna.
Peneliti memberikan dua benda yang berbeda pada Zahira, yaitu pensil warna dan pensil tulis.
(27) Peneliti : “Yang mana pensil tulis?” (sambil memegang keduanya)
Zahira : (menunjukkan pensil warna)
Zahira menggelembungkan pensil tulis dengan pensil warna sehingga makna yang dihasilkan tidak sesuai dengan makna sebenarnya.
Pada saat kegiatan mewarnai di kelas, peneliti mewawancarai Chila dan Brayan yang sedang mewarnai. Chila dan Brayan duduk bersampingan.
(28) Peneliti : “Chila, lagi apa?”
Chila : “Warna” ‘mewarnai’
Peneliti : “Kalau sinaga warna apa?”
Chila : “Singa, walna ores” (Singa, warna oranye)
(29) Peneliti : “Bang Brayan, apa warna singanya?”
Brayan : “Bilu” ‘biru’
Bandingankan dengan percapakapan Chila.
Chila : “Singa warnanya ores bukan biru”
Peneliti : “Yang warna biru itu apa?
Chila : “awan”
Dari hasil percakapan tersebut terlihat bahwa Chila telah menguasai jenis-jenis warna dengan benar dan mengidentifikasikan dengan benar pada singa dan awan. Bandingkan dengan Brayan yang belum mampu menyesuaikan warna singa yang sesuai. Brayan mengalami penggelembungan makna karena belum mampu menyesuaikan warna dengan tepat.
(30) Peneliti: “Zahira, mana gambar nyamuk ya?
Zahira: “Ni.” (menunjuk lebah)
Peneliti: “Ini lebah”
Pada percakapan tersebut Zahira belum mampu membedakan ciri semantik antara nyamuk dan lebah. Zahira menggelembungkan nyamuk menjadi lebah yang berasal dari kategori yang sama.
Mawrine juga memiliki memiliki memerolehan yang sama dengan Zahira yang belum mampu membedakan lebah dan nyamuk.
(31) Peneliti: “Yang mana gambar nyamuk, Mawrine?”
Mawrine : (Menunjuk gambar lebah)
Komponen Makna Leksem
Lebah Nyamuk
Serangga + +
Menghasilkan madu + -
Menghisap darah manusia - +
Mampu terbang + +
Hidup berkelompok + -
(32) Peneliti: “Mawrine, yang mana gambar belalang?”
Mawrine: “Ini” (sambil menunjuk gambar kecoak)
Dalam percakapan di atas, Mawrine belum mampu menunjukkan dengan tepat gambar belalang. Mawrine belum memeroleh kosakata belalang sehingga Mawrine menggelembungkan serangga yang memiliki ciri semantis sama dengan kecoak. Dalam aktivitas sehari-hari Mawrine menyebut kecoak dengan ipos.
Komponen Makna Leksem
Kecoak Belalang Serangga + + Berwarna coklat + 0 Pembawa penyakit + 0 Berwarna hijau - + Mampu terbang + - Mampu melompat - + Bersayap + -
(33) Brayan : “Ini kodok” (menunjuk gambar belalang)
Peneliti : “Kalau ini gambar apa, Bang?” (menunjuk gambar katak)
Brayan : “Gak ahu” ‘tidak tahu’
Percakapan di atas menunjukkan bahwa Brayan menangkap fitur belalang
menjadi katak, sehingga menggelembungkan belalang menjadi katak dan belum mampu mengenal gambar katak dengan jelas. Ciri Semantis katak dan belalang, yaitu
Komponen Makna Leksem
Katak Belalang Serangga - + Berwarna hijau + + Amfibi + - Hidup di darat + + Hidup di air + - Mampu melompat + + Bersayap - -
(34) Peneliti : “Ini buah apa Chio?” (Menunjukkan gambar Melon)
Cio : “Bimbing” ‘belimbing’
Peneliti : “Buka n Cio tapi melon.”
Percakapan di atas menunjukkan bahwa Cio menganggap bulan melon menjadi belimbing. Cio mengalami penggelembungan makna karena mengidentifikasi ciri semantis yang sama antara melon dan belimbing yaitu warnanya. Ciri semantis melon dan belimbing yaitu
Komponen Makna Leksem
Melon Belimbing
Berbentuk bulat + -
Berbentuk bintang - +
Berwarna kehijauan 0 0
Berkeping dua + +
(35) Peneliti: “Mana jari manis ya, Jo?
Jonatan : “Ni” (sambil menunjuk jari tengah)
Jonatan : (Berusaha menunjukkan jari manis)
Jonatan belum mampu mengenali antara jari tengah dan jari manis, tetapi setelah ditanya jari jempol, telunjuk, dan kelingking anak tersebut sudah mampu menyebutkannya dengan tepat. Jonatan menggalami penggelembungan karena masih sulit membedakan jari tengah dan jari manis. Jari tengah [+ lebih panjang].
(36) Peneliti : “Yang mana bahu dek?”
Brayan : “Ini” (menunjuk dada)
Dari percakapan di atas brayan belum mampu menunjukkan dengan benar antara bahu dan dada.
(37) Peneliti : “Kalau ini gambar apa ya, Dek?”
Jonatan : “Tor-tor”
(38) Peneliti : “Kalau ini gambar apa, Bang?”
Jonatan dan Brayan menanggapi gambar yang sama dengan respon yang berbeda. Jonatan sudah mampu menangkap dengan benar makna gambar tersebut, yaitu para wanita yang sedang menari. Jonatan berasal suku Batak, sehingga adat-istiadatnya menari disebut tor-tor. Brayan mengidentifikasi gambar dengan orang yang sedang berpesta, karena menggunakan perhiasan dan pakaian yang dipakai juga berbeda dengan pakaian sehari-hari.
Ciri-Ciri semantis menari adalah [+ pakaian tari], [+perhiasan tari], [gerakan], [+ riasan wajah], [+perempuan], [+laki-laki].
Dari penelitian ini diketahui bahwa penggelembungan makna terjadi disebabkan oleh fitur-fitur semantik banyak memiliki persamaan antara dua gambar yang dibandingkan. Anak menyampaikan makna suatu kosakata ditentukan juga oleh faktor lingkungan di sekitarnya. Fitur-fitur semantik dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, warna, aktivitas, dan suara yang dihasilkan dari suatu aktivitas.