• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan sifat – sifat mikroba terhadap hospesnya akan berpengaruh pada media apa yang akan dipakai. Sifat mikroorganisme terhadap hospesnya dapat sebagai parasit obligat, parasit fakultatif, komensalis, saprofitis, dan lain sebagainya.(Utami, 2004)

Berdasarkan sumber karbon yang digunakan, mikroba terbagi menjadi 2 kelompok. Mikroba yang mensintesa semua komponen dari sel

25 karbon dioksida dinamakan ototrof. Sedangkan mikroba yang memerlukan satu atau lebih senyawa organik sebagai sumber karbon disebut heterotrof.

Namun disamping sumber karbon organik, heterotrof juga memerlukan sumber karbon dioksida.(Sumarsih, 2003)

Berdasrkan sifat keheterotrofannya, mikroba dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar medium, yaitu :

a. Media hidup

Media hidup umumnya dipakai dalam laboratorium virologi untuk pembiakan berbagai virus, sedangkan pada laboratorium bakteriologi hanya beberapa kuman tertentu dan terutama pada hewan percobaan.

b. Media mati

Pada media mati dikenal adanya media sintetis. Media sintetis merupakan media yang mempunyai kandungan dan isi bahan yang telah diketahui secara terperinci. Media ini sering digunakan untuk mempelajari sifat dan genetika mikroorganisme.senyawa – senyawa anorganik dan organik yang ditambah dalam media ini harus murni. Contoh media sintetik yaitu: cairan hanks, locke, thyrode, eagle. (Mokosuli, 2009)

1) Penggolongan media mati berdasarkan konsistensinya

Media mati berdasarkan konsistensinnya terbagi atas beberapa macam, yakni:

26 a) Media padat

Media padat merupakan media yang diperoleh dengan menambahkan agar – agar sebagai bahan pemadat. Media agar terbagi menjadi media agar miring dan media deep. Selain agar – agar, media padat juga dapat dibuat dengan menggunakan bahan organik alamiah dan anorganik. Media padat biasa digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni dan sebagai media untuk mengisolasi mikroorganisme tertentu. (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005)

b) Media setengah padat (semi solid medium)

Media setengah padat atau meia semi solid dibuat dengan bahan yang sama dengan media padat, akan tetapi yang berbeda adalah komposisinya bahan pemadatnya. Media ini biasa digunakan untuk melihat pergerakan kuman secara mikroskopik dan kemampuan fermentasinya. Media ini dalam keadaan dipanasi akan berbentuk cair dan padat dalam keadaan dingin. Berdasarkan keperluannya, media ini dapat dibuat tegak ataupun miring.

(Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005) c) Media cair

Secara umum media cair adalah media yang berbentuk cair.

Media cair digunkan untuk bebagai tujuan seperti pembiakan mikroba dalam jumlah besar, penelahan fermentasi, dan berbagai macam uji.(Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005)

27 2) Penggolongan media mati berdasarkan fungsinya

Media mati berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a) Media selektif elektif

Media ini dibuat dengan menambahkan zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lainnya. Contohnya yaitu pemeberian zat kimia kristal violet pada kosentrasi tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi pertumbuhan bakteri gram negatif.

Contoh lain yaitu media endo agar yang menyababkan bakteri E.

coli akan berwarna merah sedangkan koloni salmonella tidak

berwarna.(Lud, 2008) b) Media differensial

Media ini mengadung zat – zat kimia yang memungkinkan membedakan berbagai macam tipe mikroba. Media ini ditambah reagensia atau zat kimia tertentu yang menyebabkan suatu mikroba membentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat untuk membedakan tipe – tipenya. Contohnya yaitu media agar darah (Blood Agar Plate) yang dapat membedakan bakteri hemolitik dengan bakteri non hemolitik.(Lud, 2008)

c) Media eksklusif

Media eksklusif yaitu media yang hanya memungkinkan tumbuhnya satu jenis mikroba tertentu sedangkan mikroba lainnya

28 dihambat atau dimatikan. Contohnya yaitu media air pepton alkali yang dapat mematikan kuman lainnya, kecuali bakteri Vibrio sp.

Hal ini karena media tersebut memiliki pH yang sangat tinggi.

(Sumarsih, 2003)

d) Media diperkaya (enriched medium)

Media ini merupakan media yang ditambah zat – zat tertentu untuk menumbuhkan mikroorganisme heterotrof tertentu.

Zat – zat yang ditambahkan misalnya serum, darah, esktrak tumbuh – tumbuhan dan lain sebagainya.

e) Media khusus

Media ini merupakan media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroorganisme dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan – perubahan kimia tertentu.

f) Media persemaian (nutrient medium)

Media ini merupakan media yang sangat kaya akan zat makanan dan mempunyai susunan bahan sedemikian rupa sehingga hanya menyuburkan satu jenis mikroba yang dicari saja. Misalnya, media kauffmann untuk kuman Salmonella thypi.

g) Media universal

Media ini merupakan media yang paling umum digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Media ini dapat munumbuhkan pertumbuhan sebagian besar mikroba. Contohnya yaitu media kaldu nutrien.

29 E. Pati Sagu

Pati sagu merupakan hasil ekstraksi empulur pohon sagu (Metroxylon sp) yang sudah tua (berumur 8-16) tahun. Komponen terbesar yang terkandung dalam sagu adalah pati. Pati sagu tersusun atas dua fraksi penting yaitu amilosa yang merupakan fraksi linier dan amilopektin yang merupakan fraksi cabang. (McClatchey dkk, 2006) Pati adalah karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk persediaan bahan makanan. Komposisi kimia dalam 100 gram pati sagu yaitu :

Tabel 2. Komponen dari pati sagu

Komponen Pati Sagu

Kalori (kal) 353

Protein ( g ) 0,7

Lemak ( g ) 0,2

Karbohihrat ( g ) 84,7

Air ( g ) 14,0

Fosfor (mg ) 13

Kalsium (mg ) 11

Besi (mg ) 1,5

(Sumber : Haryanto, 2004)

Karbohidrat merupakan polimer alami yang dihasilkan oleh tumbuhan dan sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan. Karbohidrat dikenal juga dengan nama sakarida, yang berarti gula.Karbohitrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah sakarida yang dikandungnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.

Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri atas banyak monosakarida. Polisakarida merupakan senyawa polimer alam dengan monosakarida sebagai monomernya.(Haryanto, 2004)

30 Pati merupakan butiran atau ganula berwarna putih mengkilat, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Ganula pati mempunyai bentuk dan ukuran yang beranekaragam, tetapi pada umumya berbentuk elips atau bola. Pati sagu berbentuk elips (prolate ellipsoidal), mirip pati kentang dengan ukuran 5 – 80 mm dan relatif lebih besar dari pati serealia. Pada dasarnya pati merupakan polimer glukosa dengan ikatan 1,4 glukosa. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya. Pati terdapat dalam dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi yang larut dalam air disebut amilosa dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin. Struktur dari amilosa dan amilopektin adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Amilosa (atas), amilopektin (bawah)

Perbandingan jumlah amilosa dan amilopektin ber beda- beda dalam setiap jenis pati. Pati sagu mengandung sekitar 27% amilosa dan sekitar 73% amilopektin rasio amilosa dan amilopektin akan mempengaruhi sifat-sifat pati itu sendiri. Apabila kadar amilosa tinggi maka pati akan bersifat kering, kurang lekat dan cenderung meresap air lebih banyak.(Suryana, 2004)

31 Hidrolisis amilum (Pati) dapat menghasilkan oligosakarida yang dinamakan dekstri. Jika Dekstrin ini dihidrolisis, akan memperoleh maltosa (disakarida). Hidrolisis lebih lanjut disakarida ini akan menghasilkan D – glukosa (monosakarida)

Amilum H 2O

Dekstrin H2O

Maltosa H2O

Glukosa (Polisakarida) (Oligosakarida) (Disakarida) (Monosakarida)

Sifat pati tidak larut dalam air, namun bila suspensi pati dipanaskan akan terjadi gelatinasi setelah mencapai suhu tertentu (suhu gelatinasi). Hal ini disebabkan oleh pemanasan energi kinetik molekul-molekul air yang menjadi lebih kuat dari pada daya tarik- menarik antara molekul pati dalam ganula, sehingga air dapat masuk kedalam pati tersebut dan pati akan membengkak (mengembang). Ganula pati dapat membengkak luar biasa dan pecah sehingga tidak dapat kembali pada kondisi semula. Perubahan sifat inilah yang disebut Gelatinasi. Suhu pada saat butir pati pecah disebut suhu gelatinitasi.

Peningkatan suhu menyebabkan pemutusan ikatan lemah antar rantai polisakarida, termasuk ikatan glikosida dalam polisakarida serat pangan pun akan rusak. Oleh sebab itu terjadinya peningkatan viskositas selama gelatinitas disebabkan oleh yang sebelumnya berada diluar granula dan bebas bergerak sebelum suspensi dipanaskan, kini sebagian sudah berada dalam butir -butir pati dan tidak bergerak bebas lagi karena terikat gugus hidroksil dalam molekul pati. Apabila suhu dinaikkan, maka viskositas pasta/gel berkurang. suhu gelatinasi pati sagu

32 sekitar 60 - 72º C tetapi menurut tetapi menurut sumber yang lain mengatakan, suhu gelatinasi pati sagu sekitar 72- 90º C.(Suryana, 2004)

Sifat pati sagu tersebut ditunjukkan pada Tabel 3. Sifat amilografi pati sagu dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan komposisi kimia pati sagu

Gelatinisasi Granula Pecah Viskositas (BU) Suhu

33 Tabel 5. Komposisi Kimia Pati Sagu

Komponen Jumlah (%)

Dokumen terkait