• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3. Penggolongan Retribusi

Pengertian penggolongan retribusi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah adalah pengelompokkan retribusi yang meliputi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Jasa Perizinan tertentu.:

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikanoleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Bentuk jasa umum yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat umum diwujudkan dalam jasa pelayanan.

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

c. Retribusi Jasa Perizinan tertentu

Retribusi jasa perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepadaorang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian linkungan.

24

4. Sifat – Sifat Retribusi

Direktorat Keuangan Jendral Pemerintah Dalam Negeri menjelaskan bahwa sifat Retribusi Daerah adalah :

a) Paksaan bersifat ekonomis

b) Adanya imbalan secara langsung kepada pembayar ;

c) Walaupun memenuhi persyaratan baik formal dan materil tetapi tetap ada alternatif untuk menolak atau menerima pembayaran ;

d) Dalam hal ini Retribusi Daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu tetapi dalam banyak hal retribusi tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

5. Jenis-Jenis Retribusi

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah dijelaskan jenis-jenis retribusi yang meliputi Jenis Retribusi Jasa Umum, Jenis Retribusi Jasa Usaha, Jenis Retribusi Jasa Perizinan Tertentu adalah sebagai berikut :

a. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah : 1. Retribusi Pelayanan Kesehatan ;

2. Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan ;

3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil ;

4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat ; 5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum ;

8. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ;

9. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran ; 10. Retribusi Pengganti Biaya Cetak Peta ;

11. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan ; b. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah : 1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ; 2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan ; 3. Retribusi Tempat Pelelangan ;

4. Retribusi Terminal ;

5. Retribusi Tempat Parkir Khusus ; 6. Retribusi Penitipan Anak ;

7. Retribusi Tempat Penginapan/Villa ; 8. Retribusi PenyedotanKakus ;

9. Retribusi Runah Pemotongan Hewan ; 10. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal ; 11. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga ; 12. Retribusi Penyebrangan di Atas Air ; 13. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair ;

14. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah ; c. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah: 1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ;

2. Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah ;

3. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol ; 4. Retribusi Izin Gangguan ;

26

5. Retribusi Izin Trayek ;

6. Retribusi Izin Pengambilan Hasil Hutan.

Dari uraian tentang jenis-jenis Retribusi diatas maka dapat dilihat bahwa Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan digolongkan dalam Retribusi Jasa Umum.

B.Analisis dan Pembahasan

1. Subjek /Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan (RPP/K) memiliki subbjek dan objek retribusi sebagai berikut :

1. Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memanfaatkan

fasilitas perlayanan persampah/kebersihan.

2. Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tetapi tidak semua jasa yang diberikan pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak untuk dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.

2. Potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Berdasarkan dari pengamatan, retribusi tidak bisa dipungut sesuai dengan potensi yang ada karena struktur tarif yang ada pada Perda tidak dilaksanakan sepenuhnya, yang dipakai adalah tarif minimum efektivitasnya , khususnya untuk obyek rumah tinggal dan toko padahal rumah tinggal merupakan

berhasil dipungut. Retribusi yang dipungut hanya bisa membiayai 7,28 % dari total pengeluaran untuk pengelolaan kebersihan.

Agar retribusi kebersihan dapat dipungut sesuai dengan potensi yang ada maka Dinas Kebersihan Kota Medan diminta mengambil alih pengutipan retribusi sampah yang selamai ini dilakukan kecamatan yang dianggap tidak efektif. karena tidak tercapainya target PAD dari retribusi sampah itu disebabkan sosialisasi perwal kurang maksimal. Karena itu, agar penanganan sampah dikembalikan seperti semula kepada dinas kebersihan. Sejak awal 2013 pengutipan sampah diserahkan ke kecamatan. Kebijakan ini diperkuat melalui Peraturan Wali Kota No 45/- 2012. Tapi hasilnya ternyata mengecewakan, tidak sampai 10%. Akibatnya, target PAD dari retribusi sampah dalam PAPBD terpaksa diturunkan.

Dinas Kebersihan merupakan salah satu penyumbang PAD Kota Medan. Salah satu sektor yang bisa diandalkan yakni retribusi sampah dari warga Kota Medan, Retribusi ini harus dimaksimalkan dengan potensi yang meningkat hingga dapat jadi penyumbang bagi pembangunan Kota Medan. Pasalnya, target saat ini yang tercantum di R-APBD Kota Medan 2014 yakni Rp21 miliar dinilai belum maksimal mengingat besarnya potensi PAD di dinas tersebut. namun banyaknya dari para anggota dewan menghendaki agar perolehan PAD Dinas Kebersihan dimaksimalkan dengan potensi “Sektor retribusi sampah yang merupakankan salah satu penyumbang PAD andalan Kota Medan.

Saat ini jumlah Potensi Wajib Retribusi Sampah (WRS) Kota Medan telah meningkat jadi 102ribu KK, sebelumnya pada 2012 hanya 89 ribu KK. Dikatakannya juga, untuk R-APBD TA 2014, Dinas Kebersihan ditargetkan

28

PAD sebesar Rp21 miliar, jumlah ini sama dengan target P-APBD 2013 senilai Rp21 miliar setelah direvisi dari target awal di R-APBD yakni Rp70 miliar. “Hingga Oktober 2013 lalu, PAD telah tercapai 70% lebih. Untuk diketahui, pada R-APBD 2014, Dinas Kebersihan mendapat anggaran untuk belanja langsung sebesar Rp110 miliar lebih termasuk untuk biaya BBM dan gaji honorer yang mencapai seribuan orang lebih. Sedangkan untuk belanja tidak Langsung mencapai Rp89 miliar. Tidak tercapainya target PAD dari retribusi sampah itu disebabkan sosialisasi perwal kurang maksimal.

Untuk mendukung optimalisasi tersebut disusun suatu strategi, dan hasilnya menunjukkan bahwa kelemahan dan ancaman dalam pengelolaan persampahan dapat diatasi oleh kewenangan dan kebijakan yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota Medan.

3. Realisasi

Penerimaan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Tahun 2014.

Pengertian Realisasi merupakan salah satu komponen keuangan pemerintah yang menyajikan

Berdasarkan hasil pengamatan dalam pengumpulan data sesuai dengan waktu penerimaan pada tiap jadwal realisasi penerimaan retribusi sampah. dapat dilihat pada Tabel 3.1

informasi tentang realisasi secara tersanding untuk suatu periode tertentu.

30

4. Sistem Potensi Pemunggutan Sampah Dinas Kebersihan Kota Medan Dalam Penerimaan Retribusi.

Sesuai dengan peraturan Daerah Kota Medan tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan hal-hal pokok dalam pelaksanaan pemunggutan RPP/K adalah :

1. Penyetoran

retribusi di lakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang di tunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditetapkan.

2. Apabila penyetoran

dilakukan ditempat lain yang ditunjuk , hasil penerimaan retribusi harus di setor ke Kas Daerah oleh penjabat yang di tunjuk, selambat – lambatnya 1 x 24 jam.

3. Apabila penyetor

retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan sebagaimana maka akan dikenakan sanksi administrasi bunga sebesar 2%.

4. Penyetoran

retribusi harus dilakukan secara tunai.

5. Walikota dapat

memberi izin kepada wajib retribusi untung mengasur retribusi terutang.

6. Setiap penyetoran

retribusi diberikan tanda bukti.

Berdasarkan kenyataan dilapangan sistem potensi pemunggutan RPP/K masih kurang sesuai :

1. Penyetoran hasil retribusi ke Kas Daerah 1 X 24 jam tidak berlaku.

2. Sanksi penyetoran

sesudah leawat batas waktu yang ditentukan sebesar 2% tidak berlaku.

3. Pemberian izin

wajib retribusi terutang untuk mengasur retribusi jarang sekali dilakukan dan hampir tidak ada.

5. Tarif Retribusi

Pelayanan Persampahan/Kebersihan Kota Medan

Prinsip dan sasaran dalam penetapan dan struktur besar tarif retribusi dimaksudkan untuk menutupi biaya penyelenggaraan. pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. dasar penetapan struktur tarif berdasarkan pelayanan yang diberikan, jenis, volume sampah yang dihasilkan serta kemampuan masyarakat.

6. Pelaksanaan

Pendataan, Penetapan Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan

a. Pelaksanaan

Pendataan

Proses pelaksanaan pendataan Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi untuk calon Wajb RPP/K yang menurut peraturan daerah kota Medan dapat digolongkan obyek retribusi. Dalam proses ini seksi pendaftaran dan pendataan melakukan kerja sama dengan berbagai

32

instansi pemerintah baik kecamatan, keluruhan maupun pihak RT/RW setempat tempat calon wajib retribusi terdaftar.

b. Pelaksanaan

Penetapan Wajib RPP/K

Proses pelaksanaan wajib RPP/K dilakukan oleh seksi penerbitan surat ketetapan Dinas Pendapatan Daerah. pelaksanaan proses ini didasarkan pada data-data calon retribusi yang dikumpulkan sebelumnya dan ditetapkan dengan menerbitkan surat RKK/P.

7. Upaya

Peningkatan Penerimaan Pendapatan Retribusi Dalam Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan persampahan, diperlukan peningkatan yang kongkrit :

a. Peningkatan

Retribusi

Dalam rangka melaksanakan pola pembiayaan cost recovery, upaya peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan harus diikuti dengan perbaikan sistem penarikan retribusi. Perbaikan tersebut meliputi perbaikan tarif dan pola penarikan retribusi. Kedua hal tersebut akan sangat mendukung dalam penyediaan biaya pengelolaan persampahan suatu kota.

1). Tarif Retribusi.

Retribusi merupakan salah satu bentuk nyata partisipasi masyarakat didalam membiayai program pengelolaan persampahan. Retribusi harus disiapkan dengan seksama serta mempunyai landasan yang kokoh, agar masyarakat dapat

menerima kenyataan bahwa untuk hidup sehat diperlukan biaya dan masyarakat dapat percaya bahwa uang yang dibayarnya benar-benar digunakan untuk pengelolaan persampahan .

Komponen yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan penentuan tarif. retribusi adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan biaya pengelolaan per tahun

2. Tingkat pelayanan / jumlah sampah yang dikelola 3. Jumlah timbulan sampah masing-masing sumber 4. Pengelompokan wajib retribusi

5. Pola subsidi silang

6. Kemampuan Pemda mensubsidi

7. Kemampuan dan kemauan masyarakat membayar retribusi (ditinjau dari tingkat penghasilan masyarakat berpendapatan tinggi, menengah dan rendah serta urgensi pelayanan yang dituntut oleh masyarakat).

Pengelompokan wajib retribusi harus memperhatikan jenis aktifitas atau usaha apakah bersifat komersial atau sosial, dapat juga dilakukan pengelompokan kualitas seperti kelas atas, menengah dan rendah. Pengelompokan tersebut terdiri dari :

1. Kelompok Perumahan

2. Kelompok Komersial (toko, pasar, salon, bioskop, hotel, restoran dan lain-lain)

3. Kelompok Fasilitas umum (perkantoran, sekolah, rumah sakit dan lain-lain) 4. Kelompok Fasilitas sosial (tempat ibadah, panti asuhan dan lain-lain)

34

Pembedaan kelompok dan kelas tersebut didasarkan pada keinginan menerapkan konsep subsidi silang antar wajib retribusi, dengan prinsip produsen mensubsidi konsumen ataupun status ekonomi kuat mensubsidi yang lemah.

Konsep subsidi silang adalah :

1. Mensubsidi, berarti tarif retribusi lebih besar dari rata-rata biaya satuan 2. Netral, berarti retribusi sama dengan rata-rata biaya satuan Disubsidi, berarti retribusi lebih kecil dari rata-rata biaya satuan

Langkah-Iangkah perhitungan retribusi : 1. Tentukan jumlah penduduk kota

2. Tentukan jumlah penduduk yang dilayani

3. Tentukan pendapatan rata-rata rumah tangga per bulan (tinggi, menengah dan rendah) .

4. Tentukan timbulan sampah tiap sumber yang dilayani digunakan untuk subsidi silang). Pembobotan untuk pemukiman didasarkan pada pendapatan per KK dan untuk non permukiman didasarkan pada perperkiraan volume sampah per klasifikasi sumber. Untuk kelompok komersil disetarakan dengan golongan perumahan tinggi, fasilitas umum setara dengan golongan menengah 5. Tentukan biaya pengelolaan per tahun

6. Tentukan efisiensi retribusi tertagih

7. Tentukan jumlah bobot pada masing-masing pelanggan (pembobotan dan fasilitas sosial setara dengan golongan perumahan rendah.

8. Tentukan tarif dasar dengan cara :

Jumlah bobot retribusi

9. Besarnya tarif retribusi dihitung dengan cara : tarif dasar dikaiikan dengan masing-masing bobotnya.

b. Pola Penarikan Retribusi

Metoda yang digunakan dalam penarikan retribusi adalah sebagai berkut: 1. Penarikan retribusi secara mandiri, dan

2. Penarikan retribusi dilakukan langsung oleh petugas dari organisasi pengelola sampah.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang di lakukan tentang Kajian Potensi dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Persampahan Dinas Kebersihan. maka dapat ditarik kesimpulan :

1.

2. Besar penerimaan realisasi wajib retribusi sampah (WRS) tergantung dari bagaimana wajib retribusi tepat waktu dalam memenuhi pembayaran kewajibannya.

Potensi penerimaan Wajib Retribusi Sampah (WRS) Kota Medan pada tahun

2014 meningkat dari 89 ribu KK menjadi 102ribu KK. Untuk R-APBD TA

2014, maka potensi yang meningkat seharusnya menjadikan target PAD dari retribusi sampah dapat di sosialisasikan kepada perwal yang mesti di maksimalkan agar peningkatan terus terjadi.

3. Penerimaan Retribusi berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan, masih

kurang sesuai, dikarenakan Kemampuan dan kemauan masyarakat membayar retribusi masih belum dalam keadaan menyadari bahwa perlunya pembayaran WRS untuk menghasilkan PAD dari retribusi sampah Kota Medan.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan potensi pemunggutan sampah, Dinas Kebersihan

diharapkan dapat mengubah system pengelolaan dalam penerimaan pendapatan retribusi sampah agar salah satu sumber dari Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang digolongkan ke dalam Retribusi Jasa Umum

ini dapat menjadi penyumbang PAD Kota Medan yang akan jadi

38

DAFTAR PUSTAKA

Ismail.Munawir.2001 . Pendapatan Asli Daerah Dalam Otonomi Daerah. Jurnal

Ekonomi Mananjemen dan Akuntansi Volume II No.1

Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. Penerbit

Citra Umbara : Jakarta.

Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Penerbit Citra Umbara: Jakarta Sofyan. Rangkuti.2014. Pendapatan Realisasi Retribusi Dinas Kebersihan Kota

Medan : Medan

Kaho, Josef Riwu.2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada ; Jakarta.

Republik Indonesia. 2000. Undang–undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak

dan Retribusi Daerah.

Republik Indonesia 1999. Undang–undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Sumber

– sumber Pendapatan Daerah dalam UU No.25/1999.

Republik Indonesia 1997. Undang–undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah

Republik Indonesia 2001. Nomor 65 Tahun 2001 dan Nomor 20 Peraturan

Pemerintah RI Retrbusi Daerah

Republik Indonesia 2009. Undang-Undangn Nomor 28 Tahun 2000 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah

Nurcholis. 2007. Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Penerbit Pustaka Bnagsa

Press : Jakarta

Merdiasmo. 2003. Otonomi Daerah, Perpajakan dan Manajemen Keuangan

Dokumen terkait