• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Antargenerasi MEU Terhadap Leksikon Tanaman Bambu

MASYARAKAT ETNIK USING

2. Konsep dan LandasanTeori 1 Konsep

4.2 Penggunaan Antargenerasi MEU Terhadap Leksikon Tanaman Bambu

pemahaman di atas 90%. Sebaliknya, untuk entitas acuan yang secara fisik jarang atau tidak ada lagi di lingkungan tempat tinggal MEU karena fungsinya sudah tergantikan oleh entitas yang terbuat dari logam atau plastik maka leksikonnya kurang dipahami oleh responden remaja khusunya. Hal ini ditemukan pada leksikon-leksikon, seperti golong/gunjo ‘tabung terbuat dari

ruas-ruas bambu untuk mengangkut air dari kali’ yang fungsinya digantikan

oleh ember atau jerigen plastik; kereneng ‘keranjang kecil untuk

membungkus buah-buahan’ yang fungsinya digantikan oleh kertas

pembungkus/tas plastik; berajag ‘bilah-bilah bambu yang salah satu

ujungnya diruncingi yang digunakan untuk penghalang’ yang fungsinya

diganti dengan jaring kawat besi atau jaring plastik; dan beranding ‘tali

yang terbuat dari sayatan-sayatan bambu’ yang namanya berubah menjadi tali saja atau tali jajang dengan tingkat pemahaman masing-masing di bawah 20%.

Mencermati fenomena di atas, tampaknya modernisasi telah memengaruhi konsepsi MEU pada leksikon-leksikon perbambuan mereka karena kurangnya interaksi, interelasi, dan interdependensi terhadap entitas-entitas acuannya.

4.2 Penggunaan Antargenerasi MEU Terhadap Leksikon Tanaman Bambu

Entitas bambu (Bambusa vulgaris) dengan mudah dapat ditemukan di lingkungan tempat tinggal MEU karena wilayah ini sangat kaya akan entitas bambu, baik dari segi jenis maupun kuantitas sehingga sangat banyak

147

leksikon perbambuan yang dimiliki BU. Karena ideologi dan kreativitas MEU terhadap bamu, maka terciptalah berbagai peralatan yang terbuat dari batang bambu yang turut memperkaya khazanah leksikon lingkungan alam BU khususnya tentang bambu. Akan tetapi, karena perubahan lingkungan sosial dan modernisasi yang melanda kehidupan MEU, walaupun masih dipahami dan dikenal, banyak leksikon perbambuan sudah tidak muncul lagi dalam komunikasi sehari-hari mereka, khususnya di kalangan responden remaja.

Jajang cemeng ‘bambu hitam’ adalah jenis bambu langka dan hampir punah. Bambu ini dianggap memiliki kekuatan magis bagi segelintir orang sehingga sering dicari oleh para dukun sehingga hanya muncul dalam percakapan orang-orang tertentu dan ecoregion tumbuhnya pun ditempat yang susah dijangkau orang. Keberadaan entitas ini didapat melalui wangsit setelah melakukan semedi (hasil wawancara dengan Bapak Seraj, di Desa Kemiren, pada bulan Desember, 2011). Sementara itu jajang watu ‘bambu yang sangat kuat dan sering dipakai mengangkut batu’ populasinya sangat sedikit sehingga interaksi dan interelasi MEU sangat kurang dengan entitas ini. Untuk mengetahui keberagaman leksikon jenis bambu dan peralatan yang terbuat dari bambu, serta tingkat penggunaan masing-masing responden terhadap leksikon-leksikon tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2

Penggunaan Antargenerasi MEU Terhadap Leksikon Tanaman Bambu

Leksikon BU Tingkat Penggunaan Leksikon BU Tingkat Penggunaan

Remaja (%) Dewasa (%) Tua (%) Remaja (%) Dewasa (%) Tua (%) Jajang 95,2 100 100 Galar 76,2 75 77,3 Jajang apus 4,8 10 18,2 Seseg 52,4 65 77,3 Jajang benel 14,3 25 45,5 Langkab - 40 40,1 Jajang peting 14,3 30 31,8 Lothek 62 70 77,3 Jajang petung 47,6 55 63,6 Kemarang 90,5 100 100 Jajang gabug - 5 4.5 Keranjang 52,4 90 100 Jajang kuning 19 40 54,5 Kereneng - 5 18,2

148

Jajang cemeng - 15 18,2 Kicir 14,4 65 77,3 Jajang wuluh 23,8 60 68,2 Nyiru 100 100 100

Jajang ori 42,9 65 68,2 Sawu - 5 22,7

Jajang pellet - 5 22,7 Seser 14,3 40 45,5 Jajang surat 47,6 40 63,6 Kukusan 90,5 100 100 Jajang tutul 33,3 50 59,1 Beronjong - 15 18,2 Jajang meluwuk - 10 13,6 Budhag - 45 54,5 Jajang tali 33,3 70 72,1 Tumbu 19 40 50

Jajang watu - - 4,5 Tedhok - 60 59,1

Jajang ampel - 20 31,8 Tenong 62 70 95,5

Bagian-bagian dari pohon bambu Golong/ gunjo - 10 9,1 Barongan 71,4 75 77,3 Katir 9,6 50 59,1 Celumpring 42,9 55 63,6 Kentongan 76,2 70 77,3 Ebung 81 85 90,9 Berajag - 15 22,7 Serit 42,7 60 68,2 Beranding - 55 54,5 Peralatan terbuat dari batang bambu Cokop 14,3 50 50 Kelakah 9,6 35 40,1 Cantuk 62 100 100 Geladhag 23,8 30 31,8 Singkek 100 100 100 Irig 81 85 86,4 Penguluran 52,4 70 72,7 Pada tabel di atas terlihat bahwa dari 18 jenis bambu yang tumbuh di lingkungan tempat tiinggal MEU, hanya empat jenis bambu dengan rerata tingkat penggunaan di atas 50%, yakni jajang petung dengan tingkat penggunaan masing-masing 47,6%, 55%, dan 63,6%, jajang ori sebesar 42,9%, 65%, dan 68,2%, jajang surat sebesar 47,6%, 50%, dan 63,6%, serta jajang tali sebesar 33,3%, 70%, dan 72,1%. Tingginya kemunculan jenis bambu di atas karena adanya interaksi, interelasi, dan interdependensi, serta fungsinya yang banyak bagi kehidupan MEU. Misalnya, jajang petung dikenal luas dan diakrabi oleh MEU karena entitas ini banyak digunakan untuk tiang rumah atau bangunan lainnya karena batangnya yang lurus dan kokoh; jajang ori yaitu bambu berduri dan ruasnya berdinding tebal banyak dimanfaatkan untuk pagar dan rumpunnya sering dipakai untuk penahan erosi karena perakarannya yang kuat dan rapat; jajang surat, bambu yang memiliki guratan-guratan pada batangnya merupakan bahan dasar untuk pembuatan kursi tamu atau berbagai barang kerajinan yang bernilai seni

149

tinggi; dan jajang tali adalah jenis bambu dengan ruas agak panjang berdinding sedang namun kuat yang merupakan bahan dasar untuk berbagai jenis tali, di antaranya termasuk tali untuk mengikat hewan peliharaan seperti sapi dan kerbau sebelum dikenalnya tali plastik yang lebih kuat dan praktis.

Sementara itu, leksikon barongan ‘sekumpulan pangkal batang rumpun bambu’ dengan tingkat penggunaan 71,4%, 75% dan 77,3% dan

leksikon ebung ‘rebung atau bakal batang bambu yang masih sangat muda’

dengan tingkat penggunaan 81%, 85%, dan 90% merupakan dua leksikon bagian-bagian pohon bambu yang diakrabi oleh responden karena adanya interaksi yang tinggi di samping karena populasinya cukup banyak dan juga sebagai salah satu jenis sayur yang sering dikonsumsi MEU, khususnya entitas rebung.

Dari tiga puluh leksikon peralatan terbuat dari batang bambu yang dikenal MEU, hanya sebelas leksikon dengan rerata tingkat penggunaan responden di atas 60%, sedangkan yang lainnya tingkat penggunaannya sangat rendah. Leksikon-leksikon yang masih sering muncul dalam percakapan sehari-hari MEU, di antaranya irig ‘wadah berbentuk bulat yang

berlubang-lubang yang terbuat dari anyaman bambu’ dengan tingkat

penggunaan 81%,85%, dan 86,4%; galar ‘bilah-bilah bambu yang dirangkai

dengan tali untuk dipakai alas dipan’ sebesar 76,2%, 75%, dan 77,3%;

cantuk ‘pangkal batang bambu yang dipakai untuk menggerus bumbu’

sebesar 62%, 100%, dan 100%; serta cingkek/singkek ‘alat pikul terbuat dari

bilahan bambu yang bagian depan dan belangnya berbentuk segi tiga untuk

menempatkan barang bawaan’ sebesar 100%, 100%, dan100%. Tingginya

tingkat kemunculan le k sik on -le ks ik on te r seb ut dala m kom un ika si s eh ari -ha ri GT BU k ar ena ent ita s -enti ta s ac uan n ya ma si h

150

d en gan mu dah dite mu kan ka rena b an ya k fu n gsi n ya , kh u su s n ya singkek ya n g dimili ki ole h se tiap k elua r ga.

5. Faktor-faktor Penyebab Perbedaan Tingkat Pemahaman dan

Dokumen terkait