• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan cara modifikasi atmosfir (MA )

Penyimpanan menggunakan cara modifikasi atmosfir adalah dengan penggunaan komposisi udara CO2,O2 yang berbeda dengan komposisi udara normal (O2: 20,95%; CO2: 0,03% dan N2: 70,08%). Perbedaannya dengan Controlled Atmosphere (CA) adalah pengaturan komposisi gas untuk MA tidak secara tepat dikendalikan, tetapi diperoleh melalui efek kombinasi dari respirasi buah dan penggunaan kantong plastik semi permiabel yang tertutup (Abdullah, et al.,1990), yaitu low density polyethylene (LDPE) dengan ketebalan tertentu.

Penyimpanan buah-buahan dalam kantong plastik polietilen (PE) banyak dilakukan, karena jenis plastik ini fleksibel, harganya murah dan masih memungkinkan adanya pertukaran gas dari luar ke dalam kemasan atau sebaliknya. Dalam penyimpanan buah-buahan, penggunaan polietilen ditujukan untuk menciptakan kondisi atmosfir termodifikasi, yaitu suatu kondisi penyimpanan dengan komposisi udara yang berbeda dengan udara lingkungan normal. Kondisi yang diinginkan adalah peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan penurunan oksigen sampai batas tertentu. Diharapkan kadar CO2 yang lebih tinggi dalam kemasan akan menekan respirasi buah dan menghambat pematangannya. Pemilihan ketebalan kantong PE harus tepat, untuk menghindari akumulasi gas-gas yang justru menyebabkan terjadi kelainan fisiologis pada buah pisang. Buah pisang Barangan yang dibungkus dengan kantong PE dan disimpan pada ruangan dengan pendingin bersuhu 15,5oC dapat mempertahankan masa simpan hingga 25 hari dengan sebagian besar buah pisang berwarna kuning hijau atau indeks warna 4,12 (Napitupulu dan Sjaifullah, 1990). Masa simpan pada suhu 15oC dapat lebih panjang jika pembungkusan dengan kantong polietilen

dikombinasikan dengan aplikasi tekanan awal rendah atau pemvakuman.Dengan adanya vakum hingga plastik polietilen melekat pada buah, semua cadangan oksigen dikeluarkan, sehingga hanya plastik yang menjadi barrier terhadap udara luar. Buah pisang Raja Bulu dengan kemasan PE 0,04 mm, tekanan awal rendah (200-300 mmHg) dapat bertahan hijau, buah tetap mentah hingga 28 hari, dan buah dapat matang sempurna setelah dikeluarkan dari kemasan (Prabawati, et al., 1991). Kondisi penyimpanan tersebut dapat mempertahankan buah pisang tetap mentah tanpa memengaruhi komposisi kimia buah pisang ketika masih mentah, laju pematangan, laju respirasi serta komposisi kimianya setelah matang.Jika digunakan kantong PE yang lebih tebal, menyebabkan buah pisang tidak dapat matang akibat kelainan fisiologis yang berlangsung karena penimbunan gas yang cukup tinggi dalam kantong.

Cara menunda kematangan pisang Raja Bulu dalam bentuk tandan digunakan kantong plastik PE pada ketebalan 0,07 mm, dengan tiap sisir diberi pellet penyerap etilen dan pemberian 192 lubang jarum pada kantong (Sjaifullah dan Dondy, 1991). Cara tersebut, mampu menekan laju pematangan buah pisang hingga tiga minggu dibandingkan buah tanpa pengemasan yang menjadi matang dalam waktu satu minggu (Sjaifullah, et al., 1992).

Buah pisang termasuk buah tropis yang sensitif terhadap suhu penyimpanan yang rendah. Kerusakan demikian dikenal dengan chilling injury yang mengakibatkan kegagalan matang. Pisang Ambon mengalami kegagalan matang pada suhu 12-13oC (Pantastico, et al., 1990)

Etilen

Sayuran dan buahan pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi, tetapi rendah dalam kandungan protein dan lemak. Komposisi setiap sayuran dan buah berbeda, tergantung pada varietas, cara panen, pemeliharaan tanaman, keadaan iklim, tingkat kematangan, kondisi selama proses pematangandan kondisi ruang pematangan (Pantastico, et al., 1990).

Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethane Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas Etilen tidak berwarna, tidak berbau dan etilen memiliki sifat mudah menguap

(Pantastico,1990).

Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan diproduksi pada tumbuhan tingkat tinggi, Etilen sering dimanfaatkan oleh para distributor dan importir buah.Buah dikemas dalam bentuk belum masak saat diangkut pedagang buah.Setelah sampai untuk diperdagangkan, buah tersebut diberikan etilen. Dalam pematangan buah, etilen bekerja dengan cara memecahkan klorofil pada buah muda, sehingga buah hanya memiliki xantofil dan karoten. Dengan demikian, warna buah menjadi jingga atau merah (Winanto, 2002).

Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup, pada waktu-waktu tertentu senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian

(Winanto, 2002).

Etilen adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses pematangan. Disebut hormone karena dapat memenuhi persyaratan sebagai hormone, yaitu dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobil dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik. Secara tidak disadari, penggunaan etilen pada proses pematangan sudah

lama dilakukan, jauh sebelum senyawa itu diketahui nama dan perananya (Arman,1989)

Meskipun sekarang sudah ada bukti-bukti yang cukup meyakinkan yang mendukung pandangan bahwa C2H4 (etilen) itu sesungguhnya merupakan hormon pematangan, namun dalam penelitian dijumpai beberapa kesukaran, diantaranya: selama ini orang belum berhasil menghilangkan seluruh C2H4 (etilen) yang ada dalam jarigan untuk menunjukkan bahwa proses pematangan akan tertunda apabila C2H4 (etilen) tidak ada (Pantastico, 1989). Usaha-usaha untuk mengungkapkan atau mengetahui lebih lanjut tentang biogenesis pembentukan etilen terus berlangsung dengan dimulai penelitian-penelitian oleh para pakar, kali ini penelitian-penelitian dengan memenfaatkan etilen itu sendiri dengan aktifitas yang khas pada jaringan beberapa buah-buahan yang kemungkinan akan dapat menjelaskan suatu tanda Tanya berkaitan dengan biogenesis pembentukan (Kartasapoetra, 1994).

Penentuan Alat Degreening

Penguningan (degreening) merupakan proses perombakan pigmen hijau (klorofil) pada kulit buah. Penguningan biasanya menggunakan zat perangsang metabolis berupa gas alifatis tidak jenuh yang disebut etilen. Etilen sulit diperoleh

di Indonesia,sebagai pengganti dapat digunakan asetilen (karbit) dan ethrel (asam 2 kloroetilfosfonat). Penguningan dengan etilen dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu the “shot” method, trickle degreening, dan tents or room (SARI, 2004). Namun prinsipnya sama, yaitu gas etilen dengan dosis tertentu dimasukkan ke dalam suatu ruangan yang tertutup rapat/bersirkulasi berisi buah yang mau dikuningkan dengan mengatur suhu dan kelembaban optimum agar proses penguningan dapat berjalan lancar.

Ritenou et all. (2004) merekomendasi beberapa kondisi dalam penguningan (dengan etilen), yaitu: suhu, konsentrasi etilen, kelembapan relatif ventilasi dan sirkulasi udara. Suhu 82 – 83 oF (28 -29 oC) adalah suhu optimumdalam penguningan. Suhu diatas atau dibawah suhu tersebut cenderung memperlambat proses penguningan dan dapat dijaga dengan steam or peneumatic atomizing nozzles yang mencampur air dengan udara.

Prinsip proses penguningandengan asetilen sama dengan etilen karena bentuknya sama, yaitu gas. Hasil penguningan terbaik diperoleh dari penggunaan 2000 ppm asetilen ke pisang selama 11 jam pemeraman pada kondisi ruangan yang bersuhu 29 – 32 oC dengan kelembapan relatif 80 – 90% selama 4 hari. Penampakan berubah secara drastis dari warna kulit hijau menjadi kuning (Broto et all., 1990).

Proses penguningan dengan ethrel sangat sederhana. Buah dibersihkan dengan kain lap basah, dianginkan, kemudian dicelupkan dalam larutan ethrel dengan konsentrasi dan selama waktu tertentu. Penggunaan 1000 ppm ethrel 40 PGR (dengan waktu pencelupan 30 detik) merupakan dosis optimal yang efektif mengubah warna kulit buah (Winanto, 2002).

Pada Trubus,(2008) proses penguningan buah sangat sederhana. Sebelumnya buah dicuci dengan air mengalir sehingga bersih dari debu yang menempel.Selanjutnya direndam dalam larutan Benlate 500 ppm selama 30 – 60 detik. Kemudian disusun dalam rak degreening tanpa dikeringkan terlebih dahulu. Selanjutnya rak degreening ditutup dengan plastik film.Setiap ujung-ujung plastik seluruhnya tercelup dalam bak air agar tak bocor. Kemudian dialirkan gas asetilen melalui selang karet kedalam rak sebanyak 1 – 2 liter per m3ruangan kosong selama 8 jam. Setelah waktu pemeraman tercapai, sungkup dibuka dan dibiarkan terbuka selama 30 – 60 menit. Tujuannya agar kadar CO2 dalam ruangan tidak terlalu tinggi sehingga tak menghambat proses degreening dan dilakukan secara terus menerus. Menurut Wisnu dan Retno degreening biasanya memakan waktu 2 hari sampai warna buah benar bagus.

37

Dokumen terkait