• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi ketersediaan air bersih di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15-35% per kapita per tahun (Karliansyah dan Reliantoro 2012: 96). Oleh sebab itu diperlukan konservasi air. Berdasarkan hal tersebut, Sungai Musi sebagai sumber kebutuhan air baku PT Pusri Palembang perlu dijaga kelestariannya.

Metode yang digunakan dalam konservasi air pada PT Pusri Palembang adalah pengukuran back wash sand filter dan pemanfaatan treated water, yang kemudian dibandingkan dengan besarnya produksi. Metode ini mengacupada SNI 06-6989 mengenai Air dan Air Limbah.

Berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sumatera Selatan No. 227/PTSP-BPMD/III/2011 pemakaian air permukaan maksimal sebesar 2870 m3/jam.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di PT Pusri Palembang pada unit kerja Lingkungan Hidup. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara menelaah dokumen SML PT Pusri Palembang, mempelajari penerapan SML ISO 14001 di lapang, kemudian mengkaji sejauh mana efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT Pusri Palembang. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Mempelajari muatan setiap klausul atau elemen SML ISO 14001, dengan cara memahami siklus SML.

2. Mempelajari implementasi klausul 4.2 Kebijakan Lingkungan di lapangan dan membandingkan dengan SNI 19-14001-2005.

3. Mempelajari aspek lingkungan untuk mengetahui dampak lingkungan dari suatu kegiatan, produk atau jasa.

4. Mempelajari implementasi sistem dengan cara menelaah elemen-elemen manajemen untuk setiap aspek, seperti:

a. Prosedur, b. Rekaman,

c. Kompetensi SDM, d. Fasilitas,

e. Pedoman atau referensi perundangan, f. Program,

g. Teknologi.

5. Mempelajari efektivitas implementasi SML dari proses, pencapaian dan hasil. Untuk melihat efektivitas SML dapat menggunakan diagram kesesuaian efektivitas yang dapat dilihat pada Gambar 2.

9

Gambar 2. Diagram kesesuaian efektivitas

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Personal Computer (PC) atau laptop ASUS 1015PW (EEE PC Series) yang dilengkapi Microsoft Excel untuk mengolah data yang diperoleh serta penyusunan laporan hasil penelitian, kamera digital, alat tulis kerja dan buku-buku referensi.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain Data Primer yang didapat melalui observasi lapang dan kuisoner; dan Data Sekunder yaitu Dokumen SML ISO 14001:2004, Peraturan Perundangan dan Persyaratan lain, Dokumen Pengoperasian Pabrik dan Prosedur Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah ada sebelumnya, dan Dokumen AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL, RKL, RPL) PT Pusri Palembang. Seluruh dokumen tersebut digunakan sebagai petunjuk dalam mempelajari penerapan SML ISO 14001 di PT Pusri Palembang, sedangkan observasi lapang dan kuisoner dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan SML ISO 14001 di PT Pusri Palembang.

Prosedur Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi, sehingga prosedur analisis data dilakukan dengan cara mengkaji efektivitas dari penerapan SML ISO 14001 PT Pusri Palembang, agar dapat diketahui kinerja SML ISO 14001 yang tengah berjalan di PT Pusri Palembang.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan pengkajian efektivitas penerapan SML ISO 14001 yang mengacu pada Gambar 3. Kerangka Pemikiran. Tahap pertama adalah mempelajari muatan setiap klausul atau elemen SML ISO 14001. Tahap berikutnya mempelajari penerapan klausul kebijakan lingkungan di lapangan dan

Tidak Ya Mulai Efektivitas Pemeliharaan Selesai Telaah dokumen

Cek ulang elemen-elemen manajemen

10

membandingkan dengan SNI 19-14004-2005. Selanjutnya mengkaji aspek lingkungan serta penerapan sistem dengan cara menelaah elemen-elemen manajemen untuk setiap aspek. Tahap terakhir adalah mengkaji efektivitas penerapan SML ISO 14001. Jika efektivitas penerapan SML ISO 14001 telah sesuai, maka dilakukan pemeliharaan; sedangkan jika efektivitas penerapan SML ISO 14001 tidak sesuai, maka dilakukan pengkajian ulang terhadap elemen-elemen manajemen serta rekomendasi tindakan koreksi.

Kebijakan Lingkungan Perencanaan

Penerapan & Pengoperasian Pemeriksaan & Koreksi Kaji Ulang Manajemen

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Penggunaan Air Bak Penampung

Limbah (MPAL)

Kaji ulang manajemen Kebijakan lingkungan

Aspek lingkungan

Tujuan dan sasaran

Program manajemen lingkungan

Peraturan perundang -undangan

Pengendalian dan operasi

Struktur peran dan tanggung jawab Pelatihan kepedulian, dan kompetensi Pemantauan dan pengukuran Ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan

pencegahan

Penggunaan Energi (Gas Alam dan Listrik)

Penampungan Larutan Urea Situasi eksternal Situasi internal Audit SML 11

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan Lingkungan

Berdasarkan ISO 14001 pada Klausul 4.2 Kebijakan Lingkungan disebutkan bahwa:

“Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan

memastikan bahwa kebijakan dalam ruang lingkup sistem manajemen

lingkungannya…”

Dari hasil pengkajian untuk Klausul 4.2 Kebijakan Lingkungan telah sesuai dengan standar ISO 14001, dimana kebijakan lingkungan tersebut mencakup komitmen pucuk pimpinan dan tiga komitmen fundamental ISO 14001. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan lingkungan PT Pusri Palembang yang berisi:

“…PT Pusri Palembang akan berusaha meminimalisir dampak yang ditimbulkan dengan memenuhi semua peraturan dan perundang-undangan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat dan Daerah tentang Lingkungan Hidup. Untuk maksud itu diatas PT Pusri Palembang bertekad melaksanakan pencegahan pencemaran dari sumbernya dan melakukan perbaikan terus menerus untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan menghemat penggunaan Sumber Daya Alam…

…Kebijakan ini didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, dikomunikasikan

kepada seluruh karyawan PT Pusri Palembang dan masyarakat yang memerlukan.”

Gambar 4. Kutipan Kebijakan Lingkungan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang Seluruh poin yang disebutkan dalam ISO 14001 tercantum dalam kebijakan lingkungan PT Pusri Palembang, yang dilihat pada Gambar 4. Kebijakan lingkungan ini tentunya tidak terlepas dari komitmen pucuk pimpinan, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Kebijakan lingkungan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, dimana kebijakan lingkungan tersebut ditandatangani langsung oleh Direktur Utama, yaitu bapak Eko Sunarko. Hal ini menunjukkan komitmen pucuk pimpinan perusahaan untuk pencegahan polusi, penaatan terhadap undang-undang yang berlaku dan perbaikan berkesinambungan. Kebijakan lingkungan juga telah didokumentasikan, diterapkan, dipelihara, dikomunikasikan kepada seluruh karyawan PT Pusri Palembang dan terbuka untuk umum.

Penetapan Aspek Lingkungan Penting

Berdasarkan ISO 14001 pada klausul 4.3.1 Aspek Lingkungan disebutkan bahwa:

“Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur untuk: a) mengidentifikasi aspek lingkungan kegiatan, produk dan jasa dalam lingkup sistem manajemen lingkungan, yang dapat dikendalikan dan yang dapat dipengaruhi dengan memperhitungkan pembangunan yang direncanakan atau baru;

13

kegiatan, produk dan jasa yang baru atau yang diubah; dan

b) menentukan aspek yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak penting terhadap lingkungan (yaitu aspek lingkungan penting).

Organisasi harus mendokumentasikan informasi ini dan memelihara kemutakhirannya. Organisasi harus memastikan bahwa aspek lingkungan penting diperhitungkan dalam penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen

lingkungannya.”

Dari hasil pengkajian untuk penerapan klausul 4.3.1 Aspek Lingkungan telah sesuai dengan standar ISO 14001. Hal ini dapat dilihat dari adanya dokumen induk dan dokumen terkendali mengenai prosedur penetapan aspek lingkungan dengan nomor dokumen No.2 SML 014. Dokumen tersebut memiliki judul, nomor dokumen, penanggung jawab, tanggal penerbitan dan tanggal revisi yang selalu diperbaharui sesuai dengan perubahan terakhir dan dapat diakses oleh seluruh unit kerja penerap sesuai dengan kepentingannya. Selain itu, dokumen yang diterbitkan juga telah disetujui pada tanggal 5 Juli 2011 oleh Manajer K3&LH selaku penanggung jawab. Salinan asli prosedur penetapan aspek lingkungan PT Pusri Palembang dapat dilihat pada Lampiran 2.

Prosedur penetapan Aspek Lingkungan Penting (ALP) juga telah dijelaskan secara rinci, dimana penetapannya memiliki ketentuan umum, yaitu:

1. Setiap unit bekerja sama dengan Departemen K3&LH mengidentifikasi aspek lingkungan dari kegiatan produk dan jasa, dan dicatat dalam dokumen 4 PPL 068.

2. Identifikasi aspek lingkungan yang dibuat harus mencakup kegiatan operasi yang bersifat:

a. Normal, apabila kegiatan/operasi sedang berjalan normal.

b. Tidak normal, apabila kegiatan/operasi pada kondisi tidak normal atau kegiatan khusus (TA/Shutdown) yang berbeda dengan kegiatan normal. c. Darurat, apabila terjadi kondisi yang tidak terduga yang memerlukan

penanggulangan khusus dan berdampak luas. Identifikasi aspek darurat yang berkaitan dengan potensi kecelakaan (kebakaran, ledakan, bocoran, tumpahan, banjir, dan sebagainya) mengacu pada 2 SMK3-009.

3. Setiap Departemen/Bagian/Unit kerja mengumpulkan data tentang semua kondisi peralatan/operasi/kegiatan yang sedang berlangsung maupun yang berpotensi untuk berinteraksi dengan lingkungan yang mencakup:

a. Emisi/buangan gas ke udara b. Buangan cair dan padat c. Pencemaran tanah

d. Penggunaan Sumber Daya Alam e. Pembuangan air

f. Penggunaan energi

g. Limbah dan produk samping

Prosedur mengenai penetapan ALP ini mengacu kepada peraturan dan perundang-undangan, yaitu:

1. ISO 14001:2004

2. Kep. Men. LH No.122 tahun 2004 tentang Perubahan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995

14

4. PP 18 tahun 1999 jo PP 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

5. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan 6. Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan 7. Kepdal No.01 s/d 05/BAPEDAL/09/1995

8. PP RI No.41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Berdasarkan prosedur penetapan ALP yang ada, diketahui bahwa terdapat empat ALP pada PT Pusri Palembang, yaitu penampungan larutan urea, bak penampung limbah (Minimasi Pemisah Air Limbah), penggunaan energi (gas alam dan listrik) dan penggunaan air. Rekaman penetapan ALP, kriteria evaluasi, skala dampak dan kriteria penilaian ALP PT Pusri Palembang dapat dilihat pada Lampiran 3-Lampiran 6.

1. Penampungan larutan urea

Penampungan larutan urea berasal dari kegiatan produksi pada tahap kedua; dimana pada tahap produksi terdapat enam tahapan, yaitu Sintesa Unit, Purification Unit, Crystallization Unit, Prilling Unit, Recovery Unit dan Condensat Processing Treatment Unit. Penampungan larutan urea menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran air dan pencemaran udara. Berdasarkan hal tersebut, maka PT Pusri Palembang mengeluarkan Kebijakan Konservasi Air dan Kebijakan Pengurangan Pencemaran Udara yang dapat dilihat pada Lampiran 7. dan Lampiran 8.

Gambar 5. Kutipan Kebijakan Konservasi Air PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

Gambar 6. Kutipan Kebijakan Pengurangan Pencemaran Udara PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

Prosedur kegiatan penampungan larutan urea tertuang pada Prosedur Pengendalian Operasional No. 2 SML 015 (Lampiran 9), Instruksi Kerja Analisa Limbah Cair No. 3 PPL 001 (Lampiran 10), Instruksi Kerja Analisa Limbah Gas No. 3 PPL 002 (Lampiran 11) dan Instruksi Kerja Pemantauan dan Pengukuran Air Limbah, Udara Emisi, Ambien dan Tingkat Kebisingan No. 3 PPL 034 (Lampiran 12).

Pengukuran kadar NH3 pada Outlet Kolam Limbah (OKL) dilakukan dengan cara menganalisa sample air limbah di laboratorium, sedangkan pengukuran kadar NH3 di udara dilakukan dengan tiga alat serta metode yang

15

berbeda, yaitu drager, impinger dan amoniak detector. Pengukuran menggunakan impinger dilakukan rutin satu minggu sekali, sedangkan pengukuran menggunakan drager dilakukan sebagai pembanding. Dalam keadaan darurat dimana terjadi indikasi kebauan, pengukuran kadar NH3 dilakukan menggunakan drager dan amoniak detector karena lebih cepat untuk mendapatkan hasil kadar NH3 tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa limbah cair, nilai NH3 yang berada pada penampungan larutan urea masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) dan Baku Mutu Limbah Cair (BMLC), KepMen LH No. 122/2004 dan Pergub Sumatera Selatan No. 18/2005.

Tabel 2. Kadar amoniak (NH3) pada kanal dari penampungan larutan urea Standar

Hasil Analisa Laboratorium Baku Mutu Beban Pencemaran Beban Pencemaran Outlet Kolam Inlet Outlet ST-1 50 mg/L 706,5 mg/L 25 mg/L 17,6 mg/L Maks. 0,75 kg/ton 0,037 kg/ton

Gambar 7. Kadar amoniak (NH3) dari penampungan larutan urea 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Outlet ST-1 K ada r a m oni ak (N H3 ) (m g /L )

Penampungan larutan urea

Hasil analisa laboratorium Baku mutu limbah cair amoniak (NH3) (mg/L)

16

Gambar 8. Beban pencemaran amoniak (NH3) dari penampungan larutan urea

Gambar 9. Hasil pengujian kualitas udara emisi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

Tabel 3. Pengurangan emisi gas CO2 di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang No. Kegiatan Pengurangan

Emisi

Satuan Tahun

2009 2010 2011

1 Penanaman pohon Ton/tahun 46.028 82.525 90.635 2 Uji emisi kendaraan

(solar)

Kendaraan - - 61,02

3 Uji emisi kendaraan (bensin)

Kendaraan - - 74,07

4 Purge Gas Recovery Unit Kg/tahun 42.634 41.253 28.802 5 Pabrik dry ice m3/tahun 10.000.000 11.000.000 11.880.000 6 Penggantian sponge iron m3/tahun 2000 3000 4000

0 0.2 0.4 0.6 0.8 B eba n P enc em ara n N H3 (kg /t on) Outlet 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 K ua li ta s uda ra (m g /N m 3 )

Lokasi pengujian kualitas udara emisi

SO2 NO2 CO Partikel NH3 Debu urea Penampungan larutan urea

Hasil analisa laboratorium Baku mutu beban

pencemaran NH3 (kg/ton)

Baku mutu NO2

Baku mutu SO2

Baku mutu partikel Baku mutu NH3

17

Tabel 4. Program, tujuan dan sasaran penanganan ALP penampungan larutan urea

No Program Tujuan Sasaran

1 Melakukan

penyempurnaan IPAL

Menurunkan kualitas dan kuantitas limbah cair di outlet kolam limbah sehingga sesuai dengan PergubSumatera Selatan No. 18 tahun 2005

Memenuhi standar untuk amoniak= 500 ppm dan di outlet kolam limbah sehingga sesuai dengan Pergub

Sumatera Selatan No. 18 tahun 2005

2

Menjual larutan urea cair dari Dissolving Tank ke pihak ke-3

Menurunkan kualitas dan kuantitas limbah cair di bak MPAL dan tanki penampungan larutan urea di

masing-masing pabrik sesuai standar dan baku mutu

Memenuhi standar untuk amoniak= 500 ppm dan untuk urea= 1500 ppm, yang akan diolah di IPAL, dan keluaran kolam limbah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair, Kepmen LH No. 122/2004 dan Pergub Sumatera Selatan No.18/2005

3

Membuat saluran pipa dari Tanki Karbamat (FA-402) ke mobil tanki

Menurunkan kualitas dan kuantitas limbah cair di bak MPAL dan Tanki Penampungan Larutan Urea di masing-masing pabrik sesuai standar dan baku mutu

Memenuhi standar untuk amoniak= 500 ppm dan untuk urea= 1500 ppm, yang akan diolah di IPAL, dan keluaran kolam limbah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair, Kepmen LH No. 122/2004 dan Pergub Sumatera Selatan No.18/2005 4 Pemasangan Continuous Emission Monitoring System (CEMs) Mengukur emisi secara terus menerus

Memenuhi standar untuk menyediakan cerobong emisi dan sarana pendukung, alat ukur pemantauan (CEM) sesuai Kepmen LH No. 133/2004

5

Mengganti bahan penyerap gas H2S di D-201, dari sponge iron menjadi unicat

Menurunkan

konsentrasi H2S dan CO2 yang terbuang ke udara

Menurunkan emisi udara 10-15% dari NAB

6 Pemasangan flare di area pabrik

Mengatasi venting gas amoniak dari pabrik

Menurunkan kadar gas emisi dari cerobong

7 Penanaman pohon Mengurangi CO2 di

18

Berdasarkan hasil pengujian kualitas udara emisi, diketahui bahwa:

1. Konsentrasi (kadar) gas (NO2 dan SO2) dan partikel dari sumber (emisi) Waste Heat Boiler, Package Boiler dan Primary Reformer Pusri IB dan Pusri II masih di bawah Baku Mutu Emisi (Kep. 133/MENLH/2004 lampiran II A)

2. Konsentrasi (kadar) amoniak dan debu urea dari sumber emisi Prilling Tower Pusri IB dan Pusri II masih di bawah Baku Mutu Emisi (Kep. 133/MENLH/2004 lampiran II A)

3. Konsentrasi (kadar) gas (NO2 dan SO2) dan partkel dari sumber (emisi) Waste Heat Boiler, Package Boiler dan Primary Reformer Pusri III dan Pusri IV masih di bawah Baku Mutu Emisi (Kep. 133/MENLH/2004 lampiran II A)

4. Konsentrasi (kadar) amoniak dan debu urea dari sumber emisi Prilling Tower Pusri III dan Pusri IV masih di bawah Baku Mutu Emisi (Kep. 133/MENLH/2004 lampiran II A)

Kompetensi SDM dalam menangani ALP penampungan larutan urea dibuktikan dengan adanya sertifikat pelatihan pengendalian pencemaran air dan kualitas udara emisi yang dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.

Setelah dilakukan kajian melalui telaah dokumen, dapat disimpulkan bahwa penerapan SML ISO 14001 pada ALP penampungan larutan urea sudah sepenuhnya efektif karena telah sesuai dengan standar SML ISO 14001, dimana tersedia prosedur serta rekaman kegiatan dengan ALP tersebut. Program yang dibuat dengan menggunakan fasilitas dan teknologi yang sesuai, membuat tujuan dan sasaran tercapai, sehingga memenuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Kondisi yang telah baik dan sesuai dengan standar ISO SML 14001 ini harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. 2. Bak penampung limbah (MPAL)

Bak penampung limbah (MPAL) menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran air. Prosedur kegiatan bak penampung limbah tertuang pada Prosedur Pengendalian Operasional No. 2 SML 015, Instruksi Kerja Analisa Limbah Cair No. 3 PPL 001 dan Instruksi Kerja Pemantauan dan Pengukuran Air Limbah, Udara Emisi, Ambien dan Tingkat Kebisingan No. 3 PPL 034.

Pengolahan limbah cair pada PT Pusri Palembang dilakukan dengan mengoperasikan beberapa unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), mendaur ulang atau mengolah agar memenuhi Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Menteri N0.122/2004. Sistem pengolahan limbah cair secara terpadu terdiri dari Unit Pemisah Minyak, Unit Daur Ulang Limbah Amoniak dan Urea, Unit Pengolah Limbah Cair dan Unit Pengolahan Limbah Aerasi. Diagram pengolahan limbah PT Pusri Palembang dapat dilihat pada Lampiran 15.

Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa limbah cair, seluruh parameter beban pencemaran outlet kolam masih dibawah NAB dan Baku Mutu Limbah Cair (BMLC), KepMen LH No. 122/2004 dan Pergub Sumatera Selatan No. 18/2005. Hasil pengukuran dan analisa limbah cair menunjukkan kadar COD= 106,9 mg/L, TSS= 21 mg/L, minyak dan lemak= 15,6 mg/L, temperatur=

19

38.4o C dan debit= 114,3 L/detik. Kelima parameter yang masuk ke inlet tersebut berada dibawah NAB dan BMLC. Selain lima parameter tersebut, terdapat tiga parameter yang berada di atas NAB dan BMLC. Kadar NH3-N yang masuk ke inlet sebesar 706,5 mg/L, TKN 852 mg/L dan pH 8. Setelah melalui pengolahan limbah cair, ketiga parameter tersebut berada dibawah NAB dan BMLC, yaitu NH3-N 25 mg/L, TKN 86,9 mg/L dan pH 6,8. Data hasil pengujian air limbah dapat dilihat pada Lampiran 16.

Tabel 5. Hasil perhitungan beban pencemaran outlet kolam No. Parameter Uji Satuan Beban Pencemaran Outlet

Kolam

Baku Mutu Beban Pencemaran

1 COD kg/ton 0,056 Maks. 3,0

2 TSS a) kg/ton 0,007 Maks. 1,5 3 Minyak dan Lemak a) kg/ton 0,001 Maks. 0,3 4 NH3-N kg/ton 0,037 Maks. 0,75 5 TKN a) kg/ton 0,127 Maks. 1,5 6 pH (Lapangan) a) - - 6-9 7 Temperatur (Lapangan) o C - - 8 Debit (Lapangan) L/det - -

Tabel 6. Program, tujuan dan sasaran ALP bak penampung limbah (MPAL)

No. Program Tujuan Sasaran

1 Melakukan penyempurnaan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Menurunkan kualitas dan kuantitas limbah cair di outlet kolam limbah sehingga sesuai dengan Pergub Sumatera Selatan No. 18 tahun 2005

Memenuhi standar untuk amoniak= 500 ppm dan urea= 1500 ppm yang akan diolah di IPAL, dan keluaran kolam limbah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair, Pergub Sumatera Selatan No.18 tahun 2005

20

Gambar 10. Penurunan beban limbah dengan penyempurnaan IPAL

Berdasarkan hasil pengujian kualitas limbah cair, diketahui bahwa kadar seluruh parameter air limbah yang diuji masih berada dibawah NAB dan BMLC sehingga sesuai dengan Pergub Sumatera Selatan No. 18 tahun 2005.

Kompetensi SDM dalam menangani ALP bak penampung limbah (MPAL) dibuktikan dengan adanya sertifikat Pelatihan Teknologi Pengolahan Air Bersih dan Limbah Cair yang dapat dilihat pada Lampiran 17.

Setelah dilakukan kajian melalui telaah dokumen, dapat disimpulkan bahwa penerapan SML ISO 14001 pada ALP bak penampung limbah (MPAL) sudah sepenuhnya efektif karena telah sesuai dengan standar SML ISO 14001, dimana tersedia prosedur serta rekaman kegiatan dengan ALP tersebut. Program yang dibuat dengan menggunakan fasilitas dan teknologi yang sesuai, membuat tujuan dan sasaran tercapai, sehingga memenuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Kondisi yang telah baik dan sesuai dengan standar SML ISO 14001 ini dapat ditingkatkan lagi apabila wetland yang tidak berfungsi sejak 2011 dapat difungsikan kembali. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman penyerap limbah yang lebih baik dari eceng gondok untuk digunakan pada wetland.

3. Penggunaan energi (Gas Alam dan Listrik)

Pemakaian gas alam menimbulkan dampak negatif berupa pengurangan Sumber Daya Alam (SDA). Prosedur kegiatan pemakaian gas alam tertuang pada Prosedur Pengendalian Operasional No. 2 SML 015. Dalam Kebijakan Energi Nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006, salah satu kebijakan utamanya adalah konservasi energi. Berdasarkan hal tersebut, maka PT Pusri Palembang melakukan audit energi (internal dan eksternal) sebagai langkah awal, yang dilanjutkan dengan membuat program, tujuan dan sasaran konservasi energi.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 2009 2010 2011 B eba n pe nc em ara n li m ba h ca ir (kg /t on) Tahun Penurunan beban limbah dengan penyempurnaan IPAL

21

Tabel 7. Program, tujuan dan sasaran konservasi energi

No. Program Tujuan Sasaran

1 Penggantian PGRU P IV (Purge Gas Recovery Unit) Mengganti PGRU P IV untuk meningkatkan

produksi dan efisiensi pemanfaatan purge gas dari pabrik P II/ P III/ P IV

Meningkatkan

produksi dan efisiensi sebesar 3,5% dan menurunkan konsumsi gas bumi sebesar 5%

2 Revitalisasi pabrik P II

Merevitalisasi P II dengan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan

Menurunkan konsumsi pemakaian gas bumi dari 33,98

MMBTU/ton urea menjadi 26

MMBTU/ton urea 3 Perbaikan steam

trap dan isolasi yang rusak

Mengganti steam trap dan isolasi yang sudah rusak

Menghemat steam sebesar 2,07 ton per jam atau setara dengan 6,42 MMBTU/jam 4 Optimalisasi

pemanfaatan tail gas dan Heavy Hydro Carbon (HHC)

Optimalisasi

pemanfaatan tail gas dan Heavy Hydro Carbon sebagai tambahan fuel di reformer

Menghemat

penggunaan gas alam sebesar 1393,34 MMBTU/hari

Realisasi konsumsi energi pada Pusri IB 35,13 MMBTU/ton amoniak dan Pusri II 45,31 MMBTU/ton amoniak dapat dikatakan cukup baik bila dibandingkan dengan RKAP 2012 yaitu Pusri IB 35,93 MMBTU/ton amoniak dan Pusri II 45,35 MMBTU/ton amoniak. Namun bila dibandingkan dengan desain, yaitu Pusri IB 31,4 MMBTU/ton amoniak dan Pusri II 38,19 MMBTU/ton amoniak, maka masih ada peluang untuk dilakukan perbaikan. Peluang yang dapat dilakukan untuk penghematan energi adalah dengan cara: 1. Menaikkan rate produksi jika tidak ada kendala dari bahan baku gas alam

dan kendala dari sisi proses, yaitu kebocoran 101-C/102-C

2. Konsumsi fuel per ton amonia yang cukup tinggi dapat diturunkan, antara lain dengan memanfaatkan tail gas untuk fuel gas

3. Mengganti insulasi dan steam trap yang rusak.

Keadaan yang berbeda terjadi pada Pusri III dan Pusri IV, dimana kedua pabrik tersebut memiliki realisasi konsumsi energi yang lebih besar

Dokumen terkait