• Tidak ada hasil yang ditemukan

menggunakan software ERDAS IMAGINE 8.5 dan Arc View 3.3. Analisis spasial digunakan sebagai upaya memanipulasi data spasial. Analisis ini terfokus pada kegiatan investigasi pola-pola atribut atau gambaran di dalam studi kewilayahan dengan menggunakan pemodelan berbagai keterkaitan untuk meningkatkan pemahaman dan prediksi atau peramalan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

- Koreksi geometrik

Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan analisis penggunaan lahan adalah mengkoreksi geometrik. Akuisisi citra yang dipengaruhi oleh rotasi bumi, kelengkungan bumi, kecepatan scanning dan efek panoramik menyebabkan posisi setiap obyek di citra tidak sama dengan posisi geografis yang sebenarnya. Untuk itu perlu dilakukan koreksi terhadap distorsi geometrik tersebut dengan melakukan (1) transformasi koordinat citra ke koordinat bumi dan (2) resampling

citra. Transformasi koordinat dilakukan dengan bantuan titik control tanah

(Ground Control Point) yang didapat dari peta topografi (referensi), sedangkan

metode resampling menggunakan nearest neighbour

- Memotong Citra (Cropping)

Pemotongan citra dilakukan dengan memotong wilayah yang menjadi obyek penelitian. Sebagai acuan adalah peta administrasi yang sudah terkoreksi geometris, dimana batas wilayah yang akan dipotong dibuat dengan area of

interest (AOI) yaitu batas wilayah Kabupaten Bogor.

- Klasifikasi Penggunaan Lahan

Klasifikasi Citra IKONOS dan ALOS-AVNIR-2 ke dalam beberapa jenis penutup lahan menggunakan metode klasifikasi terbimbing yaitu klasifikasi kemungkinan maksimum (maximum likelihood classification). Klasifikasi terbimbing dilakukan berdasarkan area contoh (training area) yang telah ditentukan. Pada area contoh ditentukan berdasarkan keberadaan jenis penutupan lahan yang ada di dalam citra dan kesamaan warna obyek tersebut.

34

- Uji Akurasi

Keakuratan hasil klasifikasi dapat dihitung dengan cara membandingkan citra hasil klasifikasi dengan data referensi. Dimana data referensi yang akan digunakan disini adalah berasal dari pengecekan lapangan yang diambil secara acak pada areal yang dicakup oleh Citra IKONOS dan ALOS-AVNIR-2 untuk masing-masing kelas.

Pengolahan Peta-peta Tematik untuk Menghasilkan Basis Data Digital

Peta-peta tematik yang diperoleh sebagian berupa peta hardcopy, sebagian lagi berupa data atribut. Untuk itu harus dilakukan transformasi peta hardcopy agar dapat diperoleh bentuk peta digital dengan cara digitasi. Sedangkan untuk atribut dibuatkan peta tematiknya secara digital dengan memindahkan data atribut tersebut ke dalam peta dasar yang sudah terkoreksi secara geometrik. Peta-peta tematik digital ini membantu dalam melakukan interpretasi secara visual yang dikaitkan dengan hasil-hasil analisis secara statistik.

Analisis Konsistensi RDTRK/RUTRK

Tujuan analisis spasial adalah untuk mengetahui seberapa besar konsistensi dan tidak konsistensi yang terjadi pada penggunaan lahan dibandingkan dengan arahan pemanfataan lahan dari RDTRK/RUTRK.

Pada lokasi yang inkonsistensi tersebut merupakan sebagian dari lokasi contoh untuk mengetahui perbedaan NJOP antara lahan yang penggunaannya inkonsistensi dengan yang konsisten dengan arahan pemanfaatan lahan yang sudah ditetapkan.

Analisis ini menggunakan software Arc View 3.3. Pengolahan dilakukan dengan cara membuat kolom baru yang memberikan informasi mengenai jenis penutupan lahan yang berada pada kawasan-kawasan yang telah ditetapkan dalam RDTRK/RUTRK. Selanjutnya hasil olahan tersebut dikembalikan ke basis data SIG.

Istilah konsistensi dan tidak konsistensi RDTRK/RUTRK digunakan karena memiliki pengertian yang lebih longgar dalam hubungannya dengan tenggang waktu.

35

Jangka waktu RDTRK/RUTRK adalah 10 tahun yakni masing-masing RDTRK Cibinong dari tahun 1998 sampai dengan 2008 sedangkan RUTRK Cileungsi dari tahun 2002 sampai dengan 2012. Hal ini berarti baru berjalan beberapa tahun. Sehingga istilah lain seperti penyimpangan cukup riskan untuk digunakan, mengingat masa pelaksanaan RDTRK Cibinong dan RUTRK Cileungsi masih berjalan beberapa tahun lagi. Hal ini menunjukkan upaya-upaya pencapaian target yang ditetapkan dalam RDTRK dan RUTRK masih dalam proses pencapaian.

Selain itu digunakan juga model logika efektivitas tata ruang (Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, 2002). Dari model logika ini dapat diketahui bahwa alih fungsi lahan menjadi ruang terbangun memiliki sifat irreversible, dimana ruang yang telah digunakan untuk terbangun hampir tidak mungkin untuk dikembalikan kepada pemanfaatan ruang sebelumnya (kawasan lindung, kawasan pertanian). Selain itu, bahwa jenis penutupan lahan dapat berpengaruh terhadap kemampuan penyerapan air (lihat Tabel 6).

Tabel 6 Matriks konsistensi antara arahan pemanfaatan ruang dengan penggunaan lahan di Kecamatan Cibinong dan Cileungsi

Penggunaan Lahan Eksisting (Tahun 2006) Klasifikasi Arahan Pemanfaatan Ruang Klasifikasi Pemanfaatan Ruang Menurut RTRW ∞ Badan r A ir Tam an .

Sawah Belukar Semak

TPU Industr Kawasan

i Kebun Cam pur an Per d agangan & Jasa Per m ukim an L ahan Kosong KAWASAN LINDUNG

Kawasan Lindung/ Resapan Air, Sempadan/ Terbuka

Hijau ♦ ♦ × ♦ × × × × × ×

Kawasan Perdagangan

dan Jasa ♦ ♦ × ♦ ♦ × × ♦ × ×

Kawasan Taman Pemakaman

Umum ♦ ♦ × ♦ ♦ × ♦ × × ♦ Kawasan Pertanian ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ × × × × Kawasan Industri ♦ ♦ × ♦ ♦ ♦ × × × Kawasan Pariwisata ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ × ♦ ♦ × × KAWASAN BUDIDAYA Kawasan Permukiman ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ × ♦ ♦ ♦ ×

Sumber : Hasil olahan dari Lembaga Penelitian IPB (2002).

36

Menururt UU No 26 tahun 2007, kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sedangkan kawasan budidaya adalah kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Sedangkan untuk mengetahui secara spasial pola dari penggunaan lahan pada masing-masing kecamatan, maka digunakan model spasial secara kuantitatif yaitu menandai masing-masing poligon dengan cara pengkodean raster dari penggunaan lahan (lihat Gambar 5) kemudian dengan menggunakan model logika maka secara deskriptif dapat dijelaskan pola penggunaan lahannya (lihat Tabel 7).

pengkodeaan raster penyajian data

Gambar 5 Proses mengetahui bentuk kemungkinan hubungan spasial

Tabel 7 Matrik pola penggunaan lahan

Jenis Penggunaan

Lahan

Desa/

Kelrurah Luas (Ha) Σ Poligon Jarak Poligon

Pola Penggunaan Lahan Masing- masing jenis penggunaan lahan (hasil interpretasi citra) Luas berdasarkan penjumlahan data atribut Banyaknya poligon pada data atribut - dekat - jauh berdasarkan interpretasi pada peta - terkonsentrasi - menyebar - bergerombol Total Total 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 1 mengelompok

Mengikuti jaringan jalan

Dokumen terkait