• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMANAS AGREGAT (BURNER) PADA ASPHALT MIXING

IV.1. Penggunaan Pemanas Agregat Berbahan Bakar Batubara pada

Tipe AMP yang digunakan adalah tipe takaran (Batching Plant NAP 600), dengan pulverized coal burner model MP500 buatan Hamada tahun 1981 yang mampu memproduksi 25 – 30 Ton / jam. AMP berbahan bakar batubara ini sebelumnya telah dimodifikasi setelah dilakukan percobaan berkali-kali guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dari penggunaan bahan bakar batubara. Berikut adalah spesifikasi pulverized coal burner yang digunakan pada AMP ini.

MODEL MP500 Kapasitas Agregat 30 Ton/jam

Sistem Combustion Pulverized Coal Burner Kapasitas Maksimal Pulverizer 500 Kg/jam

Thermal Heat Value 3.25M Kcal/jam Ukuran Input Batubara 0-10 mm

Ukuran Output Batubara 0.08 mm Nilai Kalori Batubara 6.200 Kcal/Kg Temperatur Pembakaran 800-1.100 0C Temperatur Akhir Agregat 150-170 0C

System Kontrol Honeywell UDC 3300

Pulverizer Power 15 KW

Space Requirement 7 x 12 m

Tabel IV.1. Spesifikasi Pulverized Coal Burner MP500

Sumber: brosur Hamada PCB-AMP

Batubara yang digunakan diperoleh dari Padang dan berdasarkan Sertifikat Analisis No. 05975/AGACAC yang dikeluarkan oleh PT. SUCOFINDO Tanggal 1 September 2009 tentang hasil uji kandungan batubara yang digunakan pada AMP Adhi Karya, maka dapat dilihat bahwa batubara yang digunakan sesuai dengan persyaratan yang ada.

PARAMETER SATUAN HASIL PERSYARATAN

KESIMPULAN SESUAI TIDAK SESUAI Nilai Kalori Kadar Air Kandungan Abu Sulphur (Total) Karbon Indeks Kekerasan Kcal/kg % % % % - 6048 11,36 9,38 0,76 44,21 48 >5500 <20 ≤15 ≤ 0,80 38 – 46 45 - 60 √ √ √ √ √ √ Tabel IV.2. Kandungan batubara pada AMP Adhi Karya

Sumber: Sertifikat Analisis No. 05975/AGACAC yang dikeluarkan oleh PT. SUCOFINDO Tanggal 1 September 2009

Setelah melakukan pengamatan batubara yang digunakan, peneliti kemudian melakukan pengamatan melalui pemeriksaan teknis komponen peralatan AMP dalam kondisi dihidupkan dan tidak dihidupkan.Dan diperoleh hasil bahwa semua peralatan dalam keadaan baik/lancar.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh peneliti dari pihak AMP Adhi Karya, adapun yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan burner batubara adalah sebagai berikut:

- Sehubungan dengan semakin besarnya potensi penggunaan batubara sebagai bahan bakar pemanas agregat sebagaimana yang dianjurkan pemerintah dalam hal diversifikasi bahan bakar dengan ketersediaan deposit yang terjamin.

- Pertimbangan pada segi ekonomi. Batubara lebih hemat dibandingkan dengan solar, walaupun investasi awal (dalam hal ini pihak Adhi Karya menyebutkan investasi awal sebesar 450 juta pada tahun 2006) lebih besar dibandingkan dengan solar namun dengan pengembalian investasi yang cepat serta biaya bahan baku yang lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan bakar solar (harga 1 liter solar = Rp. 8.600, harga 1 kg batubara = Rp. 940) maka bahan bakar batubara dianggap lebih ekonomis dibanding solar.

Di samping dua hal tersebut, pemilihan bahan bakar yang akan digunakan sebagai bahan bakar pemanas agregat tetap berpedoman pada kontrak yang telah ditetapkan. Jika dikaitkan dengan proyek-proyek yang tidak mengijinkan menggunakan batubara sebagai bahan bakar pemanas agregat, sebagai contoh Jasa Marga dan Angkasa Pura dengan pertimbangan bahwa pengeringan agregat menjadi kurang sempurna jika menggunakan batubara sehingga menurunkan kinerja campuran aspal, maka pihak AMP Adhi Karya menjawab keraguan tersebut dengan memodifikasi yang dilakukan sehingga permasalahan-permasalahan yang timbul dapat diatasi. Modifikasi yang dilakukan antara lain combustion yang awalnya tidak bergerak kini dimodifikasi menjadi berputar. Pengumpul debu (dust collector) yang awalnya hanya ada satu buah kemudian dimodifikasi menjadi dua.

Adapun mengenai pemeliharaan yang dilakukan, AMP Adhi Karya melakukan pemeliharaan sebagai berikut:

- Combustion. Dilakukan maintenance pada batu tahan api - Cerobong asap. Dilakukan dengan mengganti plat tahan korosi

- Pompa yang sering aus dan dilakukan maintenance setiap tiga bulan sekali. - Diadakan uji Bapedal setiap enam bulan sekali

IV.2. Penggunaan Pemanas Agregat Berbahan Bakar Batubara Pada Base Camp Stone Crusher & AMP PT. Karya Murni Perkasa Pasar V Patumbak

Selain AMP Adhi Karya, terdapat beberapa AMP di daerah yang sama, salah satunya adalah AMP Karya Murni Perkasa. Lokasinya tidak jauh dari AMP Adhi Karya.Tipe AMP yang digunakan adalah tipe menerus (AZP 1000).Sedangkan untuk pemanas agregat (burner) batubara yang digunakan adalah merk MRQ80 Coal Burner buatan China.

AMP ini mampu memproduksi 40-50 Ton per jam, dijelaskan oleh pihak Karya Murni bahwa banyaknya campuran aspal yang mampu diproduksi per jamnya tergantung dari kandungan air pada material. Kandungan air pada material pun berpengaruh terhadap jumlah batubara yang digunakan sebagai bahan bakar pemanas agregat.

Pengolahan batubara menjadi bahan bakar pemanas agregat pada AMP Karya Murni melalui proses langsung (direct process). Batubara yang digunakan setiap satu ton sampuran aspal sebanyak lebih kurang 20 kg, sedangkan untuk solar sebanyak 12 liter per satu ton campuran aspal.Adapun batubara yang digunakan berasal dari Muara Bungo dengan nilai kalori sekitar 6000 kCal.

Untuk pemilihan batubara yang digunakan sangat diperhatikan mutu dari batubara tersebut.Kandungan yang terdapat di dalamnya sesuai dengan persyaratan yang ada.Saat ditanya mengenai mutu dari batubara yang digunakan, pihak Karya Murni menjelaskan bahwa pemilihan batubara dapat dilihat secara visual, di samping mengetahui kandungan yang terdapat di dalamnya.Berdasarkan pengamatan, ada beberapa jenis batubara yang berkalori tinggi namun terdapat kandungan biji besi di dalamnya yang nantinya dapat merusak burner.Berikut adalah contoh batubara beserta kandungan biji besi yang terdapat di dalamnya.

Gambar IV.1. Contoh batubara (kiri) dengan kandungan biji besi yang dibawanya (kanan)

Sumber: AMP Karya Murni

Mengenai pengoperasian AMP dengan bahan bakar burner batubara, pihak Karya Murni menjelaskan beberapa hal yang menjadi perhatian.Yang pertama adalah mengenai persyaratan butir batubara (min. 80% lolos saringan no. 200). Dijelaskan bahwa hingga saat ini belum bisa diketahui cara untuk memastikan butir batubara min. 80% lolos saringan no.200. Sehingga dikhawatirkan ada butir batubara yang tidak sesuai dengan persyaratan tersebut dan masuk ke dalam campuran aspal yang nantinya dapat merusak kinerja campuran aspal.Namun pihak Karya Murni

mengatakan bahwa untuk unit yang baru dengan masa pakai ± 1(satu) tahun, persayaratan tersebut dapat terpenuhi.

Saat ditanya mengenai permasalahan-permasalahan yang timbul akibat penggunaan bahan bakar batu bara, pihak AMP Karya Murni menerangkan beberapa masalah yang pernah mereka alami. Mulai dari pengnonaktifan salah satu unit AMP berbahan bakar batubara yang dianggap tidak dapat beroperasi dengan baik, kemudian peralatan pada AMP berbahan bakar batubara yang sering mengalami korosi sehingga diperlukan pemeliharaan rutin guna mengatasi masalah tersebut mulai dari melakukan penambalan pada bagian yang rusak hingga penggantian elemen-elemen peralatan AMP.

Permasalah lain yang ditanya oleh peneliti mengenai temperatur campuran yang cepat turun sehingga merusak kinerja aspal apabila menggunakan bahan bakar batubara, pihak AMP Karya Murni mengatakan bahwa selama penggunaan batubara pada AMP tersebut, mereka tidak mengalami masalah dengan temperatur campuran aspal. Untuk mengatasi turunnya temperatur campuran aspal mereka menaikkan temperatur apabila daerah penghamparan aspal jauh dari AMP namun tetap berkisar antara 1500C-2000C.Atau apabila temperatur pada burner tidak mencapai temperature yang disyaratkan, maka kapasitas campuran aspal dikurangi hingga temperatur mencapai batas.

Selain masalah tersebut, peneliti juga menanyakan pandangan mereka tentang beberapa pihak yang tidak mengijinkan penggunaan batubara sebagai bahan bakar pemanas agregat untuk campuran aspal yang digunakan dalam

proyek-proyek mereka, pihak AMP Karya Murni mengatakan bahwa pihak-pihak tersebut tidak mengijinkan karena permasalahan batubara yang tidak benar-benar hancur sesuai dengan persyaratan yaitu lolos saringan no.200 (min 80%), sehingga tidak terbakar sempurna dan masuk ke campuran aspal lalu akhirnya merusak campuran aspal. Namun demikian mereka tetap mengikuti kesepakatan pada kontrak apakah menggunakan bahan bakar solar atau batubara.Namun apabila dalam kontrak tidak disebutkan jenis bahan bakar yang digunakan maka mereka memilih menggunakan batubara dengan alasan penghematan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan solar.

IV.3. Penggunaan Batubara Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pemanas Agregat

Dokumen terkait