• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghitungan PDRB menurut Penggunaan

PDRB menurut penggunaan terdiri dari komponen-komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta tidak mencari untung (nirlaba), konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori/ stok, ekspor dan impor barang dan jasa.

2.3.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup seluruh pengeluaran barang dan jasa dikurangi penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga selama satu tahun. Sumber data utama perkiraan nilai konsumsi rumah tangga adalah hasil pengolahan SUSENAS BPS Provinsi DIY. Sedangkan untuk harga setiap jenis bahan yang dikonsumsi (harga konsumen) diperoleh dari hasil pengolahan Survei Biaya Hidup (SBH) BPS Provinsi DIY.

Analisis Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009-2013 24

Dari hasil SUSENAS, diperoleh rata-rata konsumsi per kapita per minggu untuk bahan makanan dan rata-rata nilai konsumsi per kapita per bulan untuk non makanan. Untuk memperoleh nilai konsumsi bahan makanan sebulan dengan cara konsumsi per kapita per minggu dikalikan tiga puluh dibagi tujuh. Nilai konsumsi bahan makanan dan bukan makanan setahun diperoleh dengan cara nilai konsumsi per kapita per bulan dikali dua belas dikalikan jumlah penduduk pertengahan tahun (angka proyeksi). Perkiraan nilai konsumsi rumah tangga untuk tahun yang tidak tersedia data SUSENAS dengan menggunakan koefisien elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand) untuk kelompok konsumsi makanan dan untuk kelompok pengeluaran non makanan.

Untuk kelompok makanan, nilai konsumsi atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan nilai konsumsi dalam satuan kuantum dengan harga konsumen atau harga eceran. Sedangkan nilai konsumsi atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode revaluasi, artinya konsumsi dalam satuan kuantum dikalikan dengan harga tahun dasar PDRB. Nilai konsumsi rumah tangga untuk bukan makanan atas dasar harga konstan tahun 2009-2013 diperoleh dengan cara deflasi, yaitu membagi konsumsi harga berlaku dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sesuai. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini telah dilengkapi dengan perkiraan besarnya konsumsi makanan/minuman di luar rumah.

2.3.2 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta yang Tidak Mencari Untung (Nirlaba)

Lembaga swasta yang tidak mencari untung adalah lembaga swasta yang dalam operasinya tidak bertujuan mencari keuntungan. Lembaga swasta yang tidak mencari untung terdiri dari lembaga/badan swasta yang memberikan pelayanan atas jasa kepada masyarakat, seperti: organisasi serikat buruh, persatuan para ahli/persatuan profesi, organisasi politik, badan-badan keagamaan, lembaga penelitian, dan organisasi-organisasi kesejahteraan masyarakat yang tujuan dari kegiatan tersebut tidak mencari untung.

Perkiraan besarnya nilai konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung diperoleh dari hasil penghitungan Survei Khusus Lembaga Non-Profit (SKLNP). Sektor jasa ini meliputi jasa lembaga non-profit yang melayani rumah tangga dikategorikan sebagai lembaga swasta yang tidak mencari untung, seperti kegiatan panti asuhan dan tempat ibadah.

Dari hasil penghitungan Nilai Produksi Bruto menurut lapangan usaha, diperoleh perkiraan nilai konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000.

2.3.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan barang modal, dan belanja barang (termasuk belanja perjalanan, pemeliharaan, dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) dikurangi penerimaan dari produksi barang dan

Analisis Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009-2013 25

jasa yang dihasilkan. Pengeluaran konsumsi pemerintah tersebut meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Data mengenai belanja pegawai, belanja barang dan belanja rutin lainnya serta perkiraan belanja pembangunan yang merupakan belanja rutin diperoleh dari realisasi pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengeluaran pemerintah pusat diperoleh dari Kantor Perbendaharaan Negara (KPN), sedangkan untuk pengeluaran pemerintah daerah dalam hal ini daerah otonom tingkat provinsi, kabupaten/kota dan tingkat desa diperoleh dari daftar K1, K2 dan K3 dari BPS. Apabila diteliti lebih jauh maka pengeluaran pemerintah terdiri dari dua kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, subsidi dan pengeluaran lainnya. Dari kelompok pengeluaran rutin yang dihitung sebagai pengeluaran konsumsi pemerintah adalah belanja pegawai, belanja barang dan pengeluaran rutin lainnya. Subsidi tidak dimasukkan, karena pengeluarannya merupakan transfer.

Kelompok pengeluaran pembangunan yang tujuan utamanya untuk peningkatan sarana dan prasarana fisik di segala bidang merupakan investasi pemerintah. Tetapi pembiayaan yang bersifat rutin, seperti pengeluaran untuk riset dan pengembangan ilmu pengetahuan, dimasukkan sebagai konsumsi pemerintah.

2.3.4 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)

Pembentukan modal tetap domestik bruto didefinisikan sebagai pengadaan, pembuatan, dan pembelian barang-barang modal baru yang berasal dari dalam negeri (domestik) dan barang modal baru ataupun barang bekas dari luar negeri termasuk luar wilayah/daerah. Barang modal adalah peralatan yang digunakan untuk berproduksi dan biasanya mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih.

Adapun PMTDB dapat dibedakan atas:

a. Pembentukan modal dalam bentuk bangunan/kontruksi.

b. Pembentukan modal dalam bentuk mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan. c. Pembentukan modal dalam bentuk alat angkutan/kendaraan.

d. Pembentukan modal untuk barang modal lainnya.

Ditinjau dari sudut kepemilikan, PMTDB dapat dihitung berdasarkan pengeluaran untuk pembelian barang modal oleh masing-masing pelaku usaha (9 sektor). Sementara kalau ditinjau dari jenis barang modal itu sendiri, maka pembentukan modal dapat dihitung berdasarkan arus barang (commodity flows).

Perkiraan nilai PMTDB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara menghitung nilai barang-barang modal yang masuk ke region dan barang modal yang masuk antar region atau antar pulau, ditambahkan dengan persentase tertentu terhadap nilai produksi bruto sektor konstruksi/ bangunan.

Analisis Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009-2013 26

Sedangkan perkiraan nilai PMTDB atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara mendeflate/ membagi nilai pembentukan modal tetap bruto (nilai barang impor) atas dasar harga berlaku dengan IHPB barang impor, dan dengan IHPB sektor indus-tri untuk barang modal antar pulau.

Data mengenai investasi diperoleh dari BI Yogyakarta dan Badan Kerjasama Penanaman Modal (BKPM) Pemda DIY.

2.3.5 Perubahan Inventori

Pengertian inventori adalah persediaan barang-barang pada akhir tahun baik berasal dari pembelian yang akan dipakai sebagai input pada suatu kegiatan ekonomi atau untuk dijual lagi, maupun barang yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang belum dijual, baik barang yang sudah jadi maupun yang sedang dalam proses.

Perubahan inventori/stok pada suatu tahun diperoleh dari seluruh nilai inventori/ stok pada akhir tahun dikurangi dengan seluruh nilai inventori/stok pada akhir tahun sebelumnya (pada awal tahun yang bersangkutan).

Perubahan inventori penghitungannya ditaksir sebagai residual karena tidak tersedianya data yang diperlukan untuk membuat perkiraan perubahan inventori. Dengan demikian, inventori merupakan sisa (termasuk diskrepansi statistik), yaitu PDRB yang telah dihitung menurut lapangan usaha dikurangi konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, PMTDB dan ekspor neto (ekspor - impor) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

2.3.6 Ekspor dan Impor

Ekspor dan Impor merupakan kegiatan transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu region dengan penduduk region lain atau dengan luar negeri. Kegiatan ekspor dan impor dirinci sebagai berikut:

a. Ekspor dan impor dengan negara lain. b. Ekspor dan impor antar region/provinsi.

Data yang tersedia mengenai kegiatan ekspor dan impor di tingkat region masih sangat terbatas. Kegiatan ekspor dan impor ditingkat region ini meliputi: kegiatan transaksi yang dilakukan langsung dengan luar negeri dan antar pulau atau antar provinsi. Dari nilai ekspor dan impor luar negeri maupun antar pulau masing-masing tahun diperoleh nilai ekspor dan impor atas dasar harga berlaku. Untuk memperoleh nilai ekspor atas dasar harga konstan 2000 dengan cara sebagai berikut; nilai ekspor di-deflate dengan IHPB umum ekspor tanpa minyak, dan nilai impor di-deflate dengan IHPB umum kelompok impor.

Nilai barang yang keluar antarpulau atau antarregion atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara men-deflate masing-masing dengan IHPB umum.

Analisis Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009-2013 27

Data mengenai ekspor dan impor luar negeri diperoleh dari statistik tahunan ekspor dan impor terbitan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Provinsi DIY. Sementara untuk barang yang keluar dan masuk antarpulau/provinsi diperoleh dengan cara rekonsiliasi antarseluruh komponen penggunaan PDRB.

Dokumen terkait