• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembebanan atau pengikatan jaminan fidusia melalui beberapa tahapan sesuai dengan peraturan yang berlaku yang dimaksud dengan tahapan-tahapan pengikatan atau pembebanan fidusia adalah rangkaian perbuatan hukum dari dibuatnya perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit atau perjanjian utang, pembuatan akta jaminan fidusia sampai dilakukan pendaftaran di Kantor Pendaftaran fidusia sampai mendapatkan sertifikat jaminan fidusia. Adapun tahap-tahap pengikatan (pembebanan) jaminan fidusia sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Tahap Pertama (Pembuatan Perjanjian Pokok)

Tahap pertama didahului dengan dibuatnya perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit atau perjanjian utang. Perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit dapat dibuat dengan akta di bawah tangan artinya dibuat oleh Kreditur dan Debitur sendiri atau akta otentik artinya dibuat oleh dan di hadapan Notaris.41 Didahuluinya pembuatan perjanjian pokok yang berupa perjanjian kredit ini sesuai sifat accessoir dari Jaminan Fidusia yang artinya pembebanan Jaminan Fidusia merupakan ikutan dari perjanjian pokok. Pasal 4 Undang-Undang Fidusia menegaskan Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.42

41 Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Permasalahan Hukum Hak Jaminan, Makalah disampaikan dalam Seminar Sosialisasi UUNo.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, diselenggarakan oleh BPHN Departemen Hukum dan Perundang-undangan RI Bekerjasama dengan PT. Bank Mandiri (Persero), Jakarta, 9-10 Mei 2000, hal. 3-4.

42 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Alumni, Bandung, 2007, hal. 6

Perjanjian jaminan sebagai perjanjian ikutan (tambahan) dimaksudkan untuk mendukung secara khusus perjanjian terdahulu yaitu perjanjian pokok (perjanjian kredit) yang telah disepakati dan yang hanya memiliki sifat relatif. Menurut Mochamad Isnaeni: Pada umumnya diakui bahwa segala sesuatu yang memperoleh dukungan akan menjadi lebih kokoh ketimbang saat sebelumnya ketika tidak ada pendukungnya. Begitu pula kalau perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok bermula sekedar memiliki sifat relative, sehingga krediturnya hanya berposisi sebagai kreditur konkuren, kalau kemudian didukung oleh perjanjian jaminan (tambahan) yang bersifat kebendaan, mengakibatkan kreditur yang bersangkutan berubah posisi menjadi kreditur preferen dengan hak-hak yang lebih istimewa.43

b. Tahap Kedua (Pembuatan Akta Jaminan Fidusia)

Tahap kedua berupa pembebanan benda dengan jaminan Fidusia yang ditandai dengan pembuatan Akta Jaminan Fidusia ditandatangani Kreditur sebagai penerima Fidusia dan pemberi Fidusia (debitur atau pemilik benda tetapi bukan debitur). Dalam Akta Jaminan Fidusia selain dicantumkan hari dan tanggal pembuatan juga dicantumkan mengenai waktu atau jam pembuatan akta tersebut. Bentuk Akta Jaminan Fidusia adalah akta otentik yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris. Pengikatan atau pembebanan fidusia dilakukan dengan menggunakan instrument yang disebut “Akta Jaminan Fidusia”. Akta jaminan fidusia ini haruslah dibuat dengan akta Notaris (Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 42 Tahun 1999).

Sejalan dengan ketentuan yang mengatur Hipotik dan Hak Tanggungan, maka Akta Jaminan Fidusia harus dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang berwenang, yaitu Notaris. Pasal 1870 KUH Perdata menyatakan bahwa Akta Notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau para pengganti haknya. Itulah sebabnya mengapa Undang-Undang Fidusia (Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999) menetapkan perjanjian Fidusia harus dibuat dengan Akta Notaris.

Menurut Ratnawati W. Prasadja, alasan Undang-Undang menetapkan bentuk perjanjian pembebanan jaminan fidusia dengan akta notaris adalah : Pertama, akta notaris adalah akta otentik, sehingga memiliki kekuatan pembuktian sempurna; Kedua, obyek jaminan fidusia umumnya adalah benda bergerak; Ketiga, Undang-Undang melarang adanya fidusia ulang. Kewajiban pembebanan jaminan fidusia dengan akta notaris, adalah merupakan norma yang bersifat memaksa (dwingenrecht). Sudah tentu apabila dibuat hanya dengan akta di bawah tangan, perjanjian jaminan fidusia itu tidak memiliki eksistensi dan konsekuensinya tidak dapat didaftarkan untuk memenuhi azas publisitas sebagaimana dikehendaki oleh Undang-Undang.44

Secara teoritis fungsi akta adalah untuk kesempurnaan perbuatan hukum (formalitas causa), dan akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian lahir sesuai

44 Ratnawati W. Prasadja, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2012, hal. 76

azas “acta publica proban seseipsa”. Bila dibandingkan dengan akta di bawah tangan tidak mempunyai kekuatanpembuktian lahir karena tanda tangan pada akta di bawah tangan masih dapat dipungkiri oleh para pihak. Dengan demikian, akta notaris mempunyai kekuatan hukum dan kepastian hukum yang lebih besar dan sempurna dibandingkan akta di bawah tangan.45

Akta jaminan fidusia sebagaimana dimaksud, haruslah berisikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut :

1) Identitas pihak pembeli fidusia, berupa : a) Nama lengkap,

b) Agama,

c) Tempat tinggal atau tempat kedudukan, d) Tempat lahir,

e) Tanggal lahir, f) Jenis kelamin, g) Status perkawinan, h) Pekerjaan.

2) Identitas pihak penerima fidusia, yakni tentang data seperti tersebut di atas.

3) Haruslah dicantumkan hari, tanggal dan jam pembuatan akta fidusia. 4) Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia.

5) Uraian mengenai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, yakni tentang identifikasi benda tersebut, dan surat bukti kepemilikannya. Jika bendanya selalu berubah-ubah seperti benda dalam persediaan (inventory), haruslah disebutkan tentang jenis, merek, dan kualitas dari benda tersebut.

6) Berapa nilai penjaminannya.

7) Berapa nilai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. c. Tahap Ketiga (Pendaftaran Jaminan Fidusia)

Pelaksanaan pendaftaran Jaminan Fidusia adalah suatu perbuatan hukum yang waib dilaksanakan oleh bank selaku kreditur untuk mendapatkan sertipikat Jaminan Fidusia yang menandai berlakunya ketentuan – ketentuan yang termuat di dalam UUJF No. 42 Tahun 1999 yang memberikan hak-hak istimewa kepada bank selaku kreditur dalam suatu perjanjian kredit dengan Jaminan Fidusia tersebut. Apabila perbuatan hukum pendaftaran jaminan fidusia tidak dilakukan oleh bank selaku kreditur maka hak-hak istimewa yang termuat dalam UUJF No. 42 Tahun 1999 tidak melekat dalam suatu perjanjian kredit dengan pengikatan Jaminan Fidusia tersebut. Dengan demikian dapat diartikan bahwa perbuatan hukum pendaftaran Jaminan Fidusia menandai lahirnya hak-hak istimewa yang termuat dalam UUJF No. 42 Tahun 1999 yang diberikan kepada bank selaku kreditur.

Dalam pelaksanaan pendaftaran Jaminan Fidusia pada awalnya dilakukan secara manual di kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM. Namun dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat hingga saat ini

maka pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia tidak lagi dilakukan secara manual namun dilakukan secara elektronik melalui sistem Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH).

Dengan keluarnya Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AU-06.OT.03.01 tanggal 5 Maret 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik yang kemudian diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik. Surat Edaran tersebut dikeluarkan dalam rangka melaksanakan amanat yang terkandung dalam Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (2) UUJF Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, serta untuk memberikan pelayanan yang aman, nyaman, cepat dan bersih dalam pelaksanaan sistem administrasi pendaftaran jaminan fidusia.

Dalam sistem administrasi pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik sudah tidak diberlakukan lagi seperti yang telah disampaikan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU.06.OT.03.01 pada angka 2 (dua), yaitu Kantor Pendaftaran Fidusia diseluruh Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak lagi menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia secara

pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU.06.OT.03.01 pada angka 4 (empat) menjelaskan bahwa terhadap permohonan pendaftaran jaminan fidusia yang telah diajukan kepada kantor pendaftaran jaminan fidusia dan telah membayar biaya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sebelum berlakunya elektronik pendaftaran jaminan fidusia, maka kantor pendaftaran fidusia wajib menyelesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal berlakunya sistem administrasi pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik. Pada Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU.06.OT.03.01 pada angka 5 (lima) disebutkan bahwa terhadap permohonan pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana tersebut pada angka 4 (empat), tidak dapat terlesaikan maka permohonan harus dilakukan secara elektronik.

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 9 Tahun 2013, maka pelayanan hukum di bidang pendaftaran jaminan fidusia sudah meninggalkan cara manual atau konvensional dan sudah beralih secara elektronik. Menurut Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik disebutkan bahwa, “Pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik adalah pendaftaran jaminan fidusia yang dilakukan oleh pemohon dengan mengisi aplikasi secara elektronik”. Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 9 Tahun

2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik disebutkan bahwa, “Pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik meliputi: a) pendaftaran permohonan jaminan fidusia, b) pendaftaran perubahan jaminan fidusia dan c) penghapusan jaminan fidusia.” Selanjutnya Pasal 3 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik disebutkan bahwa, “Pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat dilakukan kios pelayanan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik diseluruh kantor pendaftaran fidusia.”

Dalam pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik tentunya kepastian hukum harus dapat dijamin baik itu bagi pemberi fidusia, penerima fidusia maupun bagi pihak ketiga. Memberikan kepastian hukum sebagai tujuan dari dilakukannya pendaftaran jaminan fidusia, dan yang menjadi fokus utama dalam pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik adalah menyangkut benda yang menjadi objek jaminan. Tata cara pendaftaran permohonan jaminan fidusia secara elektronik diatur di dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 10 Tahun 2013 tentang tata cara pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik.

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Permohonan Jaminan Fidusia Secara Elektronik disebutkan bahwa, “Permohonan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik

ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Permohonan Jaminan Fidusia Secara Elektronik disebutkan bahwa, “Pendaftaran Permohonan jaminan fidusia secara elektronik dilakukan dengan mengisi formulir aplikasi”.

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Permohonan Jaminan Fidusia Secara Elektronik disebutkan bahwa pertama-tama membuka halaman login pendaftaran jaminan fidusia, dan pengguna wajib mengisi user name dan password sesuai dengan user name dan password yang telah diberika oleh Dirjen AHU setelah itu klik tombol submit (dilakukan oleh notaris). Untuk masuk pada menu pemohon maka notaris membuka tampilan menu pemohon yang terdiri dari 3 (tiga) pilihan menu, 1) menu pendaftaran digunakan untuk melakukan pengisian formulir pendaftaran jaminan fidusia, 2) menu perubahan digunakan untuk melakukan perubahan terhadap sertipikat jaminan fidusia, 3) menu daftar transaksi digunakan untuk melihat daftar transaksi yang telah dilakukan.

Apabila melakukan pendaftaran secara elektronik maka notaris wajib membuka tampilan halaman formulir pendaftaran dengan mengklik menu pendaftaran, dan akan muncul halaman berbentuk formulir pendaftaran secara elektronik. Setelah itu isikan informasi secara bertahap mengenai pemohon yakni identitias pemberi dan penerima fidusia dapat berupa perusahaan atau perseorangan. Tampilkan kolom identitas penerima dan pemberi fidusia dengan cara mengklik

tampilan kolom identitas penerima dan pemberi fidusia. Setelah halaman kolom identitas penerima dan pemberi fidusia muncul pada layar, klik untuk menambahkan nama penerima dan pemberi fidusia jika penerima dan pemberi fidusia lebih dari 1 (satu) orang / 1 (satu) pihak. Semua kolom harus diisi sesuai dengan identitas penerima. Notaris mengisikan nomor akta jaminan fidusia, tanggal, nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fidusia tersebut.

Tampilkan tampilan kolom perjanjian pokok dimana terdapat 3 (tiga) keterangan fasilitas yang tersedia 1) pilihan untuk nilai hutang, apabila hanya menggunakan 1 (satu) mata uang, 2) pilihan untuk nilai hutang, apabila menggunakan lebih dari 1 (satu) mata uang, 3) pilihan untuk mengganti mata uang dari negara lain. Notaris mengisikan uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia pada kolom uraian objek jaminan fidusia dan mengisikan nilai penjaminan pada kolom nilai penjaminan. Setelah itu notaris melanjutkan akses dengan membuka tampilkan nomor nilai objek jaminan fidusia, menyetujui ketentuan peringatan yang terdapat pada formulir isian dengan cara menandai pernyataan. Mengklik proses untuk menyimpan ke dalam basis data dan melanjutkan proses berikutnya atau menekan tombol ulangi untuk kembali proses sebelumnya. Setelah melakukan submit maka akan muncul konfirmasi bahwa data berhasil diproses lalu klik OK.

Notaris mencetak bukti permohonan pendaftaran untuk melakukan pembayaran ke bank persepsi. Apabila tidak melakukan pembayaran selama 3 (tiga)

Setelah melakukan pembayaran pendaftaran jaminan fidusia di bank persepsi dan memperoleh bukti register pendaftaran jaminan fidusia dari bank persepsi maka notaris mengklik tanda cetak untuk mencetak bukti pendaftaran fidusia. Klik pernyataan untuk mencetak klik mencetak pernyataan pendaftaran fidusia. Klik sertipikat untuk mencetak sertipikat jaminan fidusia. Tombol sertipikat akan muncul jika pemohon sudah melakukan pembayaran pendaftaran jaminan fidusia. Klik sertipikat untuk melihat tampilan cetak sertipikat, lalu klik tanda cetak untuk mencetak sertipikat.

Pasal 3 ayat (4) menyebutkan bahwa bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat : a. nomor pendaftaran, b. tanggal pengisian aplikasi, c. nama pemohon, d. nama kantor pendaftaran fidusia, e. jenis permohonan, dan f. biaya pendaftaran permohonan jaminan fidusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Pasal ayat (5) menyebutkan bahwa, “berdasarkan bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran permohonan jaminan fidusia melalui bank persepsi.” Pasal 3 ayat (6) menyebutkan bahwa, “setelah melaukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pemohon mencetak sertipikat jaminan fidusia yang telah ditandatangani secara elektronik oleh pejabat pendaftaran jaminan fidusia.”

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Permohonan Jaminan Fidusia Secara Elektronik

menyebutkan bahwa, “pendaftaran perubahan jaminan fidusia secara elektronik dilakukan dengan mengisi formulir aplikasi perubahan”. Pasal 4 ayat (2) menyebutkan bahwa, “Untuk dapat mengisi formulir aplikasi pendaftaran perubahan jaminan fidusia, pemohon mengisi : a. nomor, tanggal, bulan dan tahun sertipikat jaminan fidusia terakhir dan b. nama dan kedudukan notaris sebelum perubahan.” Pasal 4 ayat (3) menyebutkan bahwa, “pemohon mengisi aplikasi pendaftaran perubahan jaminan fidusia sesuai dengan yang tertuang dalam akta perubahan jaminan fidusia.” Pasal 4 ayat (4) menyebutkan bahwa, “pemohon mencetak bukti pendaftaran perubahan jaminan fidusia setelah selesai melakukan pengisian formulir aplikasi perubahan”. Pasal 4 ayat (5) menyebutkan bahwa, “Bukti pendaftaran perubahan jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memuat : a. nomor pendaftaran, b. tanggal pengisian aplikasi, c. nama pemohon, d. nama kantor pendaftaran fidusia, e. jenis permohonan, dan f. biaya pendaftaran perubahan jaminan fidusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Pasal 4 ayat (6) menyebutkan bahwa, “berdasarkan bukti pendaftaran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (5), pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran perubahan jaminan fidusia melalui bank persepsi”.

Pasal 4 ayat (7) menyebutkan bahwa, “setelah melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6), pemohon mencetak sertipikat perubahan jaminan fidusia yang telah ditandatangani secara elektronik oleh pejabat”. Pasal 5

Cara Pendaftaran Permohonan Jaminan Fidusia Secara Elektronik disebutkan bahwa, “Dalam hal pendaftaran perubahan jaminan fidusia dilakukan terhadap pendaftaran jaminan fidusia yang belum dilakukan secara elektronik, maka pemohon mengisi data terbaru pada aplikasi pendaftaran”. Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa, “perubahan jaminan fidusia secara elektronik melalui formulir aplikasi pendaftaran perubahan yang meliputi a. identitas pemohon, b. identitas pemberi fidusia, c. identitas penerima fidusia, d. akta jaminan fidusia, e. perjanjian pokok, f. nilai penjaminan, g. nilai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia.” Pasal 5 ayat (3) menyebutkan bahwa, “Pemohon mencetak bukti pendaftaran setelah selesai melakukan pengisian formulir aplikasi.” Pasal 5 ayat (4) menyebutkan bahwa, “Bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat : a. nomor pendaftaran, b. tanggal pengisian aplikasi, c. nama pemohon, d. nama kantor pendaftaran fidusia, e. jenis permohonan dan f. biaya pendaftaran perubahan jaminan fisuai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Pasal 5 ayat (5) menyebutkan bahwa, “Berdasarkan bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemohon melakukan biaya pendaftaran perubahan jaminan fidusia melalui bank persepsi”. Pasal 5 ayat (6) menyebutkan bahwa, “Setelah melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemohon mencetak sertipikat jaminan fidusia yang telah ditanda tangani secara elektronik oleh pejabat”. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Permohonan Jaminan Fidusia Secara Elektronik menyebutkan bahwa, “jaminan fidusia hapus karena :

a. Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia

b. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia dan c. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia”

Selanjutnya Pasal 6 ayat (2) menyebutkan bahwa, “Dalam hal terjadi penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon mengajukan permohonan penghapusan sertipikat jaminan fidusia secara tertulis kepada menteri”. Pasal 6 ayat (3) menyebutkan bahwa, “Permohonan penghapusan jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan melampirkan “ a. surat keterangan lunas yang berasal dari penerima fidusia atau surat keterangan pelepasan hak atau surat keterangan musnahnya objek jaminan fidusia, b. sertipikat jaminan fidusia, c. bukti pembayaran biaya penghapusan sertipikat jaminan fidusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Pasal 6 ayat (4) menyebutkan bahwa, “dalam hal pemohon telah melakukan pembayaran biaya penghapusan sertipikat jaminan fidusia, kantor pendaftaran fidusia menerbitkan surat keterangan yang menyatakan sertipikat jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b tidak berlaku lagi”.

Dalam menu pemohonan pendaftaran pada poin D mengenai Uraian Objek Jaminan Fidusia dan poin F yaitu mengenai Nilai Objek Jaminan Fidusia. Karena dalam kedua poin tersebut tidak diberikan penjelasan yang lebih spesifik mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia serta penjelasan mengenai seberapa besar nilai dari benda tersebut. Hal tersebut memperoleh jawaban dengan merujuk kepada

Sehingga kemungkinan bagi pemberi fidusia untuk melaksanakan pendaftarkan fidusia kedua kalinya dapat dicegah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 17 UUJF Nomor 42 Tahun 1999. Dan juga untuk lebih menjamin kepastian hukum bagi para pihak, notaris sendiri yang akan melakukan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik dengan menginput data sesuai dengan akta pembebanan yang dibuatnya tentunya dengan mendapat kuasa dari penerima fidusia dan juga karena mengingat username dan password untuk masuk ke dalam menu layanan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik hanya dimiliki oleh notaris sebagai pejabat umum yang berwenang.

Dengan didaftarkannya suatu jaminan fidusia tentunya dapat dengan mudah mengenai informasi mengenai ikatan jaminannya serta obyek yang mengatur jaminan, mengingat hal tersebut juga diatur dalam Pasal 13 UUJF Nomor 42 Tahun 1999. Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik dapat memberikan informasi mengenai pemberi dan penerima fidusia, perjanjian pokok yang dijamin, nilai penjaminan serta obyek jaminan yang sesuai dengan akta notaris.

Setelah pengisian data selesai dilakukan oleh notaris yang mendapatkan kuasa akan diperoleh bukti pendaftaran jaminan fidusia dan diwajibkan untuk membayar biaya pendaftaran di bank yang sudah ditentukan. Kemudian setelah itu sertipikat dapat dicetak dari menu daftar transaksi dalam fidusia elektronik. Dan dalam sertipikat jaminan fidusia mengandung kata-kata yang bisa disebut irah-irah, “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha ESA”, sebagaimana yang tertulis di

dalam Pasal 15 ayat (1) UUJF Nomor 42 Tahun 1999, sehingga mampu memberikan kepastian hukum bagi pemberi fidusia dan penerima fidusia, sehubungan dengan penyerahan hak milik atas benda bergerak dari pemberi fidusia secara kepercayaan kepada penerima fidusia. Lalu selanjutnya diikuti mengenai informasi mengenai identitas pemberi dan penerima fidusia, perjanjian pokok yang dijamin, nilai penjaminan serta objek jaminan yang sesuai dengan akta notaris begitu juga dengan Kantor Pendaftaran Fidusia beserta pengesahan dari Kepala Kantor Wilayah tentunya dengan atas nama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Didalam pelaksanaan pengikatan jaminan fidusia dalam perjanjian kredit secara praktek maka pada tahap pertama bank selaku kreditur akan terlebih dahulu memastikan kelengkapan syarat berupa data-data yang dimiliki oleh debitur, apakah syarat tersebut telah dilengkapi oleh debitur agar dapat diproses permohonan kreditnya oleh bank selaku kreditur. Apabila bank selaku kreditur telah memandang persyaratan kelengkapan data dari debitur tersebut telah lengkap, maka akan dibuat suatu perjanjian kredit oleh pihak bank dan perjanjian kredit tersebut wajib ditandatangani oleh debitur dan bank selaku kreditur. Didalam perjanjian kredit tersebut termuat ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh bank selaku kreditur maupun debitur. Apabila debitur telah menyetujui seluruh persyaratan yang termuat didalam perjanjian kredit tersebut maka perjanjian kredit tersebut segera ditandatangani oleh debitur dan perwakilan bank selaku kreditur. Setelah

bank akan meminta debitur menyerahkan objek jaminan fidusia untuk diikat dalam suatu perjanjian jaminan fidusia, dimana pihak bank akan meminta debitur untuk melakukan perjanjian asuransi atas objek jaminan fidusia tersebut yang pada umumnya perusahaan asuransi tersebut ditunjuk oleh pihak bank. Setelah dilakukan penandatanganan asuransi antara debitur dengan perusahaan asuransi, maka bank selaku kreditur akan mengucurkan dana pinjaman sesuai kesepakatan yang telah termuat dalam perjanjian tersebut dimana debitur memiliki kewajiban untuk membayar angsuran yang telah ditetapkan didalam perjanjian tersebut berikut bunga yang telah disepakati. Apabila debitur wanprestasi dalam melaksanakan pembayaran

Dokumen terkait