G. Penetapan dan Penyimpanan Uang Ganti Kerugian
11. Pengikutsertaan Pihak Ke Tiga Dalam Proses Perkara Perdata. Dasar Hukum :
1. Pasal 279 Rv dan Pasal 70 Rv
2. Buku II Tentang Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan Perdata Khusus yang dikeluarkan oleh Balitbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 2007.
a. Masuknya pihak ketiga dalam proses berperkara perdata, antara lain:
1. voeging (ikut sertanya pihak ketiga untuk bergabung kepada penggugat atau tergugat),
2. intervensi/tussenkomst (ikut sertanya pihak ketiga untuk ikut dalam proses perkara itu atas alasan ada kepentingannya yang terganggu), dan
3. vrijwaring (penarikan pihak ketiga untuk bertanggungjawab), merupakan salah satu teknis peradilan yang juga dapat menyederhanakan, mempercepat proses beracara perdata dan juga mengurangi perkara perdata yang masuk ke dalam Pengadilan. Keikut sertaan pihak ketiga dalam satu perkara gugatan perdata yang secara langsung mempunyai koneksitas maka ini mencegah pihak ketiga untuk mengajukan gugatan baru karena perkara perdata tersebut.
b. Berdasarkan Pasal 279 Rv ‖setiap orang yang berkepentingan di dalam suatu perkara perdata yang terjadi diantara kedua belah pihak yang lain, dapat menuntut supaya ia diperbolehkan ikut serta atau mencampuri‖.
c. Intervensi diajukan karena pihak ketiga yang merasa bahwa barang miliknya disengketakan/diperebutkan oleh Penggugat dan Tergugat. d. Pengajuan gugatan insidentil dalam bentuk tussenkomst disyaratkan
adanya kepentingan hukum dalam sengketa yang sedang berlangsung dan kepentingan pihak ketiga tersebut haruslah ada hubungannya dengan pokok sengketa yang sedang disengketakan antara penggugat dan tergugat.
e. Gugatan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri, maka hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri akan memeriksa gugatan yang telah diajukan tersebut.
f. Permohonan intervensi dikabulkan atau ditolak dengan Putusan Sela. Apabila permohonan intervensi dikabulkan, maka ada dua perkara yang diperiksa bersama-sama yaitugugatan asal dan gugatan intervensi.
Halaman 49 Lampiran SK KPN Nomor : W12-U27/66/KP.07.01/4/2019 12. ROGATORI
Dasar Hukum :
1. Surat Panitera Mahkamah Agung Nomor 2590/PAN/HK/01/9/2017 tanggal 28 September 2017
2. Surat Panitera Mahkamah Agung Nomor 1747/PAN/HK/01/8/2018 tanggal 8 Agustus 2018
3. Nota Kesepahaman antara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Mahkamah Agung Republik Indonesia tentang Penanganan Permintaan Bantuan Teknis Hukum dalam Masalah Perdata.
a. Penanganan Surat Rogatori dalam Masalah Perdata dan Permintaan Penyampaian Dokumen Peradilan Masalah Perdata 1. Pengadilan di Indonesia melalui Mahkamah Agung menyampaikan
surat rogatori dalam masalah perdata kepada Negara tujuan. Surat Rogatori yang dimaksud harus memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh Negara tujuan.
2. Surat tersebut dari Mahkamah Agung melalui Kementerian Luar Negeri menyampaikan surat rogatori yang telah memenuhi ketentuan kepada Pengadilan Asing. Kemudian Kementerian Luar Negeri melalui Perwakilan RI di Luar Negeri meneruskan surat rogatori kepada otoritas berwenang di Negara tujuan (hal tersebut diatur dalam Pasal 4 Nota Kesepahaman antara Kementerian Luar Negeri dan Mahkamah Agung).
3. Pengadilan di Indonesia melalui Mahkamah Agung mengajukan permintaan penyampaian dokumen peradilan dalam masalah perdata kepada Negara tujuan.
4. Mahkamah Agung meneruskan permintaan penyampaian dokumen peradilan dalam masalah perdata yang telah memenuhi ketentuan kepada Negara tujuan melalui Kementerian Luar Negeri yang ditangani oleh :
a. Direktorat Hukum dan Perjanjian Sosial Budaya, Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, dalam hal dokumen peradilan ditujukan kepada WNA atau BHA.
b. Direktorat Konsuler / Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler, dalam hal dokumen peradilan ditujukan kepada WNI yang berdomisili di luar negeri. 5. Kementerian Luar Negeri melalui Perwakilan RI di Luar Negeri
meneruskan permintaan penyampaian dokumen peradilan dalam masalah perdata kepada otoritas berwenang atau pihak lainnya sesuai dengan ketentuan hukum Negara tujuan (hal tersebut diatur dalam Pasal 5 Nota Kesepahaman antara Kementerian Luar Negeri dan Mahkamah Agung).
b. Penanganan Permintaan Bantuan Teknis Hukum dalam Masalah Perdata dari Pengadilan Asing
1. Surat rogatori dalam masalah perdata dari Negara Asing harus ditujukan kepada Mahkamah Agung dan disampaikan melalui perwakilan diplomatiknya di Indonesia atau yang wilayah rangkapannya meliputi Indonesia.
2. Surat rogatori dalam masalah perdata harus dilengkapi dengan : a. Nama dan alamat jelas dari otoritas Negara Asing yang
Halaman 50 Lampiran SK KPN Nomor : W12-U27/66/KP.07.01/4/2019 b. Nama dan alamat pihak-pihak berperkara (penggugat dan
tergugat) atau wakilnya.
c. Ringkasan singkat perkara mengenai alasan dan tuntutan perkara (fundamentum dan petitum).
d. Jenis bantuan teknis hukum yang diminta.
e. Nama dan alamat para saksi yang akan dihadirkan untuk diperiksa.
f. Pertanyaan yang perlu disampaikan kepada para saksi atau persoalan yang harus mereka jelaskan.
g. Dokumen atau barang yang perlu ditelaah.
h. Pemberitahuan kepada institusi yang tercantum nama, tanggal dan tempat pelaksanaan permohonan, serta nama dan alamat institusi atau pejabat yang akan melaksanakannya.
i. Pajak dan biaya yang layak untuk dikembalikan. j. Tanggal permohonan.
k. Tanda tangan dan stempel resmi otoritas berwenang di Negara Asing.
3. Surat rogatori beserta dokumen terkait lainnya harus disertai terjemahan dalam Bahasa Indonesia, kecuali ditentukan lain berdasarkan perjanjian bantuan hukum timbal balik dalam masalah perdata dengan Negara Asing tersebut.
4. Mahkamah Agung menindaklanjuti penanganan surat rogatori dengan meneruskannya kepada Pengadilan yang berwenang di Indonesia.
5. Mahkamah Agung menyampaikan kepada Kementerian Luar Negeri hasil tindak lanjut penanganan surat rogatori dalam bentuk BAP untuk diteruskan kepada perwakilan diplmatik dari Negara Asing tersebut.
c. Prosedur Baru Penyampaian Surat Rogatori dan Surat Bantuan Penyampaian Dokumen Pengadilan dalam Masalah Perdata bagi Pihak Berperkara di Luar Negeri
Prosedur baru pengiriman surat rogatori dan dokumen pengadilan dalam masalah perdata bagi pihak berperkara yang berada di luar negeri, adalah sebagai berikut :
1. Surat pengantar permintaan penyampaian dokumen peradilan dalam masalah perdata kepada negara tujuan disampaikan oleh Pengadilan melalui Panitera Mahkamah Agung;
2. Surat permintaan penyampaian dokumen peradilan dalam masalah perdata harus menggunakan standar dokumen yang telah disepakati;
3. Permintaan penyampaian dokumen tersebut harus memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan oleh Negara tujuan, diantaranya dokumen pengadilan yang akan disampaikan harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa negara setempat;
4. Biaya penyampaian/pengiriman dokumen dibebankan kepada pihak berperkara dan disetorkan oleh pengadilan ke rekening penampung atas nama Kepaniteraan Mahkamah Agung.
Halaman 51 Lampiran SK KPN Nomor : W12-U27/66/KP.07.01/4/2019 d. Pembiayaan
1. Pembiayaan penanganan surat rogatori dan penyampaian dokumen peradilan dalam masalah perdata menerapkan prinsip hukum acara perdata. Prinsip hukum acara perdata yang dimaksud adalah biaya berperkara dalam masalah perdata dibebankan kepada pihak yang berperkara.
2. Para pihak menyusun dan menyepakati mekanisme pembiayaan penanganan surat rogatori dan penyampaian dokumen peradilan dalam masalah perdata.
e. Prosedur Pengiriman Biaya
1. Pengiriman biaya penyampaian dokumen agar disetorkan ke rekening penampung pada Kepaniteraan Mahkamah Agung menggunakan rekening virtual yang diproduksi oleh aplikasi Direktori Putusan Mahkamah Agung. Akses ke aplikasi Direktori Putusan menggunakan username dan password yang sama untuk publikasi putusan. Untuk pembuatan rekening virtual tersebut telah kami sediakan menu ―VA Rogatori‖;
2. Bukti pengiriman biaya penyampaian dokumen tersebut harus dikirimkan bersamaan dengan penyampaian surat pengantar yang ditujukan kepada Panitera MA.
13. Pelayanan Mediasi