• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN PRC OPERATIF

Dalam dokumen Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Katarak (Halaman 53-66)

Laporan Kasus

DAFTAR PUSTAKA

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

8. PENGKAJIAN PRC OPERATIF

Subyektif : keluhan penglihatan o Kabur secara total

o Hanya melihat baik pada tempat yang redup o Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja o Ganda / majemuk pada satu mata.

Indikator verbal dan non verbal dari ansietas.

Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk : o Sifat prosedur

o Resiko dan keuntungan o Obat anestesi

o Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).

Jumlah informasi yang dicari klien. Obyektif :

o Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak komplikata yang penyakit intra okulernya masih aktif.

o Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang memutih.

o Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan kekeruhan yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah.

o Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal dapat membaca tanpa menggunakan kacamata baca.

o Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi katarak, tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan TIO, kelainan lapang pandang. 9. PENGKAJIAN POST OPERASI

a. Data Subyektif

 Nyeri

 Mual

 Diaporesis

 Riwayat jatuh sebelumnya

 Sistem pendukung, lingkungan rumah. b. Data Obyektif

 Perubahan tanda-tanda vital

 Respon yang lazim terhadap nyeri.

 Tanda-tanda infeksi 1) Kemerahan 2) Oedema

3) Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol). 4) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.

5) Zat purulen 6) Peningkatan suhu

7) Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal.

 Ketajaman penglihatan masing-masing mata

 Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi 10. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. PRE OPERATIF

1) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.

Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi. Kriteria hasil :

o Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin. o Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif

Intervensi Rasional Orientasikan pasien terhadap

lingkungan aktifitas.

Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien.

Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton TV, radio, dll

Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak, cegah lapang pandang perifer dan catat terjadinya bintik buta.

6. Posisi pintu harus tertutup terbuka, jauhkan rintangan.

Memperkenalkan pada pasien tentang lingkungan dam aktifitas sehingga dapat meninggalkan stimulus penglihatan.

Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata

Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus.

Meningkatkan input sensori, dan mempertahankan perasaan normal, tanpa meningkatkan stress.

Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.

 Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.

2) Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.

Tujuan : kecemasan teratasi Kriteria hasil :

Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai pembedahan yang akan dijalani. Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan perawatan.

Intervensi Rasional Ciptakan lingkungan yang

tenang dan relaks, berikan dorongan untuk verbalisasi dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

Yakinkan klien bahwa ansietas mempunyai respon normal dan diperkirakan terjadi pada pembedahan katarak yang akan dijalani.

Tunjukkan kesalahpahaman yang diekspresikan klien, berikan informasi yang akurat. Sajikan informasi menggunakan metode dan media instruksional. Jelaskan kepada klien aktivitas premedikasi yang diperlukan. Diskusikan tindakan

keperawatan pra operatif yang diharapkan.

7. Berikan informasi tentang aktivitas penglihatan dan suara yang berkaitan dengan periode intra operatif

Membantu mengidentifikasi sumber ansietas.

Meningkatkan keyakinan klien

Meningkatkan keyakinan klien

Meningkatkan proses belajar dan informasi tertulis mempunyai sumber rujukan setelah pulang. Pengetahuan yang meningkat akan menambah kooperatif klien dan menurunkan kecemasan. S d a

 Menjelaskan pilihan

memungkinkan klien membuat keputusan secara benar.

b. POST OPERATIF

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive. Tujuan : nyeri teratasi

Kriteria hasil : klien melaporkan penurunan nyeri secara progresif dan nyeri terkontrol setelah intervensi.

Intervensi Rasional

Bantu klien dalam

mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif. Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.

Lakukan tindakan mengurangi nyeri dengan cara:

Posisi : tinggikan bagian kepala tempat tidur, ganti posisi dan tidur, ganti posisi dan tidur pada sisi yang tidak dioperasi

Distraksi

Latihan relaksasi

Berikan obat analgetik sesuai program

5. Lapor dokter jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual.

Membantu pasien menemukan tindakan yang dapat

menghilangkan atau mengurangi nyeri yang efektif.

Nyeri dapat terjadi sampai anestesi local habis, memahami hal ini dapat membantu

mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan yang tidak diperkirakan.

Latihan nyeri dengan

menggunakan tindakan yang non farmakologi memungkinkan klien untuk memperoleh rasa kontrol terhadap nyeri.

Analgesik dapat menghambat reseptor nyeri.

5. Tanda ini menunjukkan peningkatan tekanan intra ocular atau komplikasi lain.

2) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan).

Tujuan : infeksi tidak terjadi Kriteria hasil :

 Tanda-tanda infeksi tidak terjadi

 Penyembuhan luka tepat waktu

 Bebas drainase purulen , eritema, dan demam

Intervensi Rasional

Tingkatkan penyembuhan luka dengan :

Beri dorongan untuk mengikuti diet seimbang dan asupan cairan yang adekuat

Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, meningkatkan penyembuhan luka pembedahan. Memakai pelindung mata meingkatkan

Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai

diberitahukan.

Gunakan tehnik aseptic untuk meneteskan tetes mata : Cuci tangan sebelum memulai Pegang alat penetes agak jauh dari mata.

Ketika meneteskan hindari kontk antara mata dengan tetesan dan alat penetes.

Gunakan tehnik aseptic untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan memasukkan lensa bila menggunakan. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi. Observasi tanda dan gejala infeksi seperti : kemerahan, kelopak mata bengkak, drainase purulen, injeksi konjunctiva (pembuluh darah menonjol), peningkatan suhu.

Anjurkan untuk mencegah ketegangan pada jahitan dengan cara :

menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada malam hari. Kolaborasi obat sesuai indikasi : Antibiotika (topical, parental atau sub conjunctiva)

- Steroid

penyembuhan dan menurunkan kekuatan iritasi kelopak mata terhadap jahitan luka.

Tehnik aseptic menimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi infeksi.

Tehnik aseptic menurunkan resiko penyebaran infeksi/.bakteri dan kontaminasi silang.

Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.

Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi. Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi, menciptakan jala masuk untuk mirkoorganisme Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi

 Menurunkan inflamasi

3) Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi, ditandai dengan :

 Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan.

 Perubahan respo biasanya terhadap rangsang. Hasilnya yang diharapkan :

 Meningkatkan ketajaman penglihatn dalam batas situasi individu

Intervensi Rasional tentukan ketajaman penglihatan,

catat apakah satu atau kedua mata terlibat

orientasi pasien terhadap lingkungan, staf/ orang lain di area

observasi tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi, pertahankan pengamanan tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anesthesia.

4. ingatkan klien

menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%, penglihatan perifer hilang.

Kebutuhan individu dan pilihan intervensi dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.

Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaaan, menurunkan cemas dan

disorientasi pasca operasi. Terbangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orangtua.

 Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung / meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

4) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, ditandai dengan klien kurang mengikuti instruksi, sering bertanya terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan berupa HE diharapkan klien mengerti dengan kondisi, prognosis,dan pengobatan.

Kriteria hasil :

 Dapat melakukan perawatan dengan prosedur yang benar

Intervensi Rasional Kaji informasi tentang kondisi

individu prognosis tipe prosedur, tipe prosedur lensa. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan. Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.

Informasikan kepada klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.

Dorong pemasukan cairan yang adekuat, makan terserat.

5. Anjurkan klien untuk menghindari membaca, berkedip, mengangkat yang berat, mengejar saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung penggunaan spray, bedak bubuk, merokok.

Meningkatkan pemahaman dan kerjasama dengan program pasca operasi

Pengawasan periodic

menurunkan resiko komplikasi serius.

Dapat bereaksi silang / campur dengan obat yang diberikan. Memertahankan konsistensi faeces untuk menghindari mengejan

Aktifitas yang menyebabkan mata lelah tegang, manuver valsava atau meningkatkan TID dapat mempengaruhi hasil operasi dan mencetuskan perdarahan.

Catatan : iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk / bersih dapat meningkatkan TID.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 6, EGC, Jakarta.

Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik Inspeksi

Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.

3.1.3 Pemeriksaan Diagnostik

1. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.

2. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.

4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.

5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes. 3.1 Diagnosa Keperawatan yang mungkin terjadi (Doenges,2000):

1. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan

sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.

2. Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan

3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarak

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi, salah intrepetasi, kurangnya mengingat, keterbatasan kognitif

NoDiagnosa Keperawatan NIC NOC Rasional

1 Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : menurunnyaketaj aman penglihatan perubahan respon biasanya terhadap rangsang. Mandiri - Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat - Orientasikan klien tehadap lingkungan - Observasi tanda-tanda disorientasi. - Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan

Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

Kriteria Hasil :

- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

-

Mengidentifikasi/memperbai ki potensial bahaya dalam lingkungan.

Mandiri - Kebutuhan tiap individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif - Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menuruknkan cemas dan disorientasi pasca operasi

- Terbangun dalam lingkungan yang tidak di kenal dan mengalami

menyentuh. - Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada. - Letakkan barang yang dibutuhkan/posis i bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi. keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan

terhadaap orang tua . - Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung - Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensa si. 3 Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan Mandiri - Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal. - Beri kesempatan Pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.

a. Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.

b. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi. c. Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan - Mandiri - Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.

mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan. - Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.

- Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien Edukasi - Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya. - Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan - Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang akan digunakan Edukasi - Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif. - Mengurangikecemasa n dan meningkatkan pengetahuan - Mengurangi perasaan takut dan cemas

-

1. Khurna A.K. 2007. Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology, fourth edition, chapter 20, new delhi, new age limited publisher : 443-446.

2. Marylin E. Doenges. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

3. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 4. Nico A. Lumenta. 2008. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elek Media Komputindo 5. Fadhlur Rahman. 2009. Laporan Kasus Katarak Matur Pada Penderita Diabetes Mellitus. 6. Nova Faradilla. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran

University of Riau

7. Majalah Farmacia Edisi April 2008 , Halaman: 66 (Vol.7 No.9)

8. Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto 9. Sidarta, Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI 10. 10. Hartono. Oftalmoskopi dasar & Klinis. 2007. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press 11. 11. Sidarta, Ilyas. Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. 2009.

Jakarta: Balai Pustaka FKUI

12. 12. Benjamin J. Phil. 2010. Acute Endhoptalmitis after Cataract Surgery : 250 Consecutive Cases treated at the tertiary referral center in Netherland. American Journal of ophthalmology. Volume 149 No.3

Dalam dokumen Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Katarak (Halaman 53-66)

Dokumen terkait