• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

perkembangan yang setiap kegiatan yang dilakukan.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi tentang kesenjangan antara teori yang ada dengan data yang di temukan di lapangan, selain itu pada bab ini berisi tentang hal – hal yang menjadi kendala dan solusi dari setiap masalah yang ditemukan.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan, memuat pedapat singkat mengenai proses keperawatan yang telah di lakukan berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya.

Saran, berisi masukan untuk berbagai pihak yang terkait dalam proses tersebut guna meningkatkan kualitas bagi para mahasiswa dan pihak – pihak yang terkait.

6

KEPUSTAKAAN

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR 1. Definisi

Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005 dalam Rahma, 2012).

Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr.Nursalam, dkk. 2009).

Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2012).

8

2. Etiologi

Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir- akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigenantibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi: a. Sindrom Nefrotik Bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.

b. Sindrom Sefrotik Sekunder

Disebabkan oleh: malaria kuartana atau parasit lainnya, penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid, glumerulonefritis akut atau kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa, amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.

c. Sindrom nefrotik idiopatik

Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg dkk membagi menjadi 3 golongan yaitu kelainan terpadu, nefropati

9

membranosa, dan glomerolunefritis. (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2014).

3. Patofiologi

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.

Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin - angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.

Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotikplasma.

Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).

10

Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Yuliani, 2007 dalam Niken, 2014).

Pathway Nefrotik Sindrom

Kerusakan glomerolus Ginjal

Peningkatan sekresi protein dan lipid hepatik

proteinuria hipoproteinemi hiperlipedemia Penurunan tekanan onkotik Oedema hipovolemi Peningkatan sekresi ADH dan aldostron

Penurunan darah Pelepasan Renin re Vasokontrik re Reabsorbsi Na+ Dan air

11

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah, 2005) antara lain :

a. Proteunuria b. Edema

c. Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa d. Hematuria

e. Anoreksia f. Diare g. Pucat

5. Komplikasi

a. Penurunan volume intravascular b. Pemburukan pernafasan

c. Kerusakan kulit

d. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena hipoalbumenia. (alimul aziz, 2009).

6. Pemeriksaan penunjang a. Uji urine

1) Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh 2) Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol)

12

b. Uji darah

1) Albumin serum <3 g/dl 2) Kolesterol serum meningkat

3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat 4) LED meningkat

c. Uji diagnostik

1) Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih 2) USG ginjal dan CT scan

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

1) Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium 1g/hari

2) Diit protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg BB dengan garam minimal bila edema masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri sedikit garam

3) Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat digunakan deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)

4) Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita tuberkolosis

13

1) Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.

2) Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah dan akan menyebabkan edema hebat). 3) mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian,

pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.

4) Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian pasien). (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2012).

B. KONSEP TUMBUH KEMBANG 1. Pengertian Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan (Growth)

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tumbuh dalam arti sebagian atau seluruhnya multiplikasi (bertambah banyak) sel – sel tubuh dan bertambahnya sel. Adanya multiplikasi dan bertambahnya ukuran sel bearti adanya pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi konsepsi yaitu pertemuan sel telur dan sperma hingga dewasa. (Nursalam, 2005 dalam Wati, 2012).

14

Pertumbuhan adalahnya bertumbuhnya ukuran fisik dan stuktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiple sel – sel tubuh dan juga karena bertambahnya sel. (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2012)

b. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dapat diperkirakan dan di ramalkan sebagai hasil deforensi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan system yang terorganisasi. (Alimun H, 2006).

Konsep tumbuh kembang anak usia sekolah menurut William, 2007: 1) Perkembangan Kognitif Anak (Piaget)

Anak usia 9 tahun Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun), pada fase ini,Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan teman-temannya dan belajar menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri.

2) Perkembangan Psikosexsual Anak (Sigmund freud)

Anak usia 9 tahun pada Fase Falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan

15

diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini kemudia menyebabkan dia menjauhi orang tua dengan jenis kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain dengan anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka berkelompok dengan anak sejenis.

3) Perkembangan Psikososial Anak (Erik Erikson)

Anak usia 9 tahun menurut Erikson, pada fase Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk belajar bersama.

C. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan yang dilakukan semua fase pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Pengkajian menggunakan banyak keterampilan keperawatan dan terdiri atau pengumpulan klasifikasi dan analisa data dari berbagai sumber untuk memberikan pengakajian yang akurat dan konprehensif.

16

a. Kaji keadaan umum, termasuk pengkajian edema

b. Kaji riwayat kesehatan dengan cermat yang berhubungan dengan penambahan berat badan

c. Observasi penambahan berat badan, edema pada wajah, ekstremitas dan abdomen serta kaji ansietas pada pasien.

d. Observasi asupan cairan yang berlebih

e. Kaji pada sistem integumen apakah ada tandan – tanda kerusakan pada kulit

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawataan adalah penyebutan sekelompok petunjuk yang didapat selama fase pengkajian (Wong, 2010).

Diagnosa pengkajian yang akan muncul pada pasien nefrotik sindrom adalah :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan ruang ke tiga

b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih dalam tubuh

c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

17

BAB III

TINJAUAN KASUS - Tanggal Masuk RS : 30 April 2016 - Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2016

- Peperawat Yang Mengkaji : Bayu Indra Setiawan - Ruang Rawat : Alamnda

- No. Registrasi : 45.80.00

- Diangnosa Medis : Sindrom Nefrotik

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien dan Keluarga a. Nama pasien : An.A

1. Tanggal lahir/umur : 9 tahun 2. Jenis kelamin : Perempuan 3. Agama : Islam 4. Pendidikan : Kelas 3 SD

5. Alamat : Way Urang, Kalianda b. Nama ayah : Tn.H

1. Umur : 34 tahun

18

3. Pekerjaan : PNS 4. Pendidikan : SMA

c. Nama ibu : Ny.H

1. Umur : 32 tahun

2. Agama : Islam

3. Pekerajaan : IRT 4. Pendidikan : SMA

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Saat Ini 1. Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien masuk ke RSUD Abdul Muluk melalui IGD pada tanggal 30 mei 2016 dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema dan kelemahan. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

2. Keluhan Utama : Oedema

Pasien mengalami oedema pada wajah, abdomen, ekstremitas atas dan bawah.

Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan, kembali >5 detik, derajat oedema III. Oedema di alami pada saat pertama kali di rujuk dari rumah sakit Urip Sumoharjo.

19

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu 1. Penyakit yang pernah di alami

Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali mengalami batuk/pilek. Selain itu anaknya tidak pernah mengalami keluhan sakit apapun, seperti kejang atau mimisan.

2. Riwayat di rumah sakit/alergi/kecelakaan

Orang tua pasien mengatakan anakanya pernah di rawat di rumah sakit Urip Sumoharjo selama 10 hari, dengan keluhan penyakit yang sama yaitu pada bulan april yang lalu. Kemudian anaknya di rujuk ke RS abdul muluk pada tanggal 30 mei 2016. Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat operasi dan riwayat kecelakaan yang berat. Orang tua paien juga mengatakan anaknya memliki alergi terhadap udang.

c. Riwayat Keluarga

1. Penyakit yang pernah di derita

Keluarga mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit menular ataupun penyakit keturunan jenis apapun.

20

2. Genogram

Keterangan :

= laki – laki = garis perkawinan

o = perempuan = pasien

= garis keturunan

d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran ( tidak terkaji ) e. Riwayat Imunisasi ( tidak terkaji )

f. Riwayat Pertumbuhan ( tidak terkaji )

g. Riwayat Psikososial

Orang tua pasien mengatakan interaksi anaknya dengan orang tua, saudara-saudaranya baik, tidak ada masalah. Di dalam keluarga pasien bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Lingkungan tempat tinggal pasien adalah perkampungan dan jauh

21

dari sumber polusi. Orang tua pasien mengatakan menanamkan nilai-nilai religious dan hal-hal positip di dalam kehidupan sosial pada anaknya.

3. Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari a. Pola Nutirsi

 Sebelum sakit

Orang tua pasien mengatakan anaknya makan sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Makanan pokok yang di makan adalah nasi putih. Pasien mengatakan menyukai semua jenis makanan. Lauk pauk yang di konsumsi meliputi daging, tahu/tempe, ikan, sayur dan buah-buahan. Pasien memiliki alergi terhadap udang.

 Saat sakit

Saat di rawat di RS pasien makan sebanyak 3x/hari dengan porsi makan rumah sakit (10 sendok makan). Pasien selalu menghabiskan makanan yang di berikan.

b. Pola Eliminasi 1. BAK

 Sebelum sakit

Pasien BAK 5x/hari, warna urine kuning jernih, jumlah urine ±1200 cc/hari. Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat berkemih.

22

 Saat Sakit

Saat di RS pasien BAK 3x/hari, warna urine kuning pekat, jumlah ±300 cc/hari.

2. BAB

 Sebelum sakit

Pasien BAB 2x/hari dengan konsistensi feses lembek, berwarna kuning kecoklatan, bau khas.

 Saat sakit

Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, berwarna kecoklatan, bau khas.

c. Pola cairan dan elektrolit  Sebelum sakit

Jenis minuman yang di konsumsi adalah air mineral dan minuman perasa manis. Dalam 1 hari pasien dapat minum sebanyak ± 1200 cc/hari.

 Saat sakit

Pasien minum air mineral saja, yaitu sebanyak ± 820 cc/hari. Pasien tidak terpasang infuse.

IWL = 10xBB = 10x30 = 300 cc/hari

23

Balance cairan = (total intake-total input)

= (minum+IVFD)-(IWL+urine) = (820+0)-(300+300) = 820+600 = +220 cc d. Pola tidur  Sebelum sakit

Waktu tidur malam pasien 8 jam dan siang 3 jam. Tidak ada gangguan dengan tidur pada pasien.

 Saat sakit

Waktu tidur malam pasien 6 jam dan siang selama 2 jam. Pasien mengatakan suasana di rumah sakit membuat pasien merasa tidak nyaman saat tidur.

e. Pola hygine tubuh  Sebelum sakit

Pasien mandi sebanyak 2x/hari pagi dan sore hari. Pasien selalu menggosok gigi dan mencuci rambut saat mandi.

 Saat sakit

Saat di rawat pasien mengatakan mandi sebanyak 1-2x/hari, pasien menggosok gigi dan mecuci rambutnya. Kuku pasien terlihat pendek dan bersih.

24

f. Pola aktivitas  Sebelum sakit

Akitivitas sehari-hari pasien adalah bersekolah selama 5 jam, bermain sepeda dan lain-lain.

 Saat sakit

Pasien saat ini hanya menghabiskan waktu di ruang rawat RS dengan berbaring.

4. Kondisi Psikososial (Saat Sakit) a. Psikologis

Pola interaksi dengan keluarga baik, kooperatif dengan tim kesehatan. Pasien mengatakan tidak betah di rumah sakit, dan paisen terlihat murung.

b. Pola pertahanan

Keluarga selalu memberikan semangat dan dukungan untuk anaknya. c. Pengetahuan keluarga

Orang tua pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakit yang did derita anaknya.

5. Pemeriksaan Fisik Umum a. Pengukuran pertumbuhan

25

- BB Sebelum sakit : 26 kg - BB saat sakit : 30 kg

- Status gizi : 30/1,21 = 24,8 b. Perkembangan saat ini (tidak terkaji) c. Reflek primitive (tidak terkaji) d. Keadaan umum

- Kesadaran : composmentis

- TTV :

TD = 90/60 mmHg RR = 23x/menit S = 36,40c N = 90x/menit

6. Pemeriksaan Fisik Khusus a. Sistem penglihatan

Fungsi penglihatan baik, posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik, pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada tanda-tanda peradangan. Pasien juga tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

b. Sistem pendengaran

Fungsi pendengaran baik, posisi telinga simetris, keadaan daun telinga baik dan bersih. Kondisi umum telinga baik, tidak cairan,

26

tidak mengalami tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami peradangan serta tidak menggunakan alat bantu mendengar.

c. Sistem pernafasan

Pasien tidak mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas bersih, klien mengalami batuk tidak produktif, jenis pernafasan vasikuler, bentuk dada normal, tidak ada tarikan dinding dada, irama nafas teratur, suara nafas vasikuler dan pasien tidak terpasang selang O2. RR : 23x/menit.

d. Sistem kardiovaskuler 1. Sirkulasi perifer

N: 90x/menit dengan irama teratur, temperature kulit hangat, warna kulit pucat CPR : < 2detik, terlihat odema, tidak ada distensi vena jogularis.

2. Sirkulasi jantung

Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan pasien tidak mengalami nyeri dada.

e. Sistem syaraf pusat

GCS : 15 (E:4, V:5, M:6). Respon pupil baik, pasien tidak mengalami peningkatan TIK dan kejang.

27

f. Sistem pencernaan

Keadaan mulut bersih, kemampuan menelan baik, pasien tidak mual maupun muntah. Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa. Pasien menglami asites, saat di lakukan perkusi terdengar suara pekak.

g. Sistem endokrin

Tidak ada pemebesaran kelenjar tiroid. h. Sistem urogenital

Pola berkemih pasien mengalami perubahan dan pasien tidak menggunakan kateter urine.

i. Sistem integument

Rambut pasien mengalami kerontokan, kulit kepala bersih, kuku pendek dan bersih. Turgor kulit tidak elastis, warna kulit pucat, pigmentasi tidak merata, kulit teraba kering, pasien mengalami oedema anasraka. Derajat oedema III.

j. Sistem musculoskeletal

Pasien tidak mengalami keluhan. Kekuatan otot norma. 5555 5555

5555 5555 k. Sistem imunologi

28

7. Test Diagnostik

a. Hasil laboratorium urine Tanggal 16 mei 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai normal satuan

Urine :

Warna kuning Kuning

Kejernihan Jernih jernih Berat jenis 1.010 1.00-8.00

pH 6.0 5.00-800

Protein 100 Negative <30 Mg/dl

Glucose Negative Negative <30 Mg/dl

Bilirubin Negative Negative <2 Mg/dl

Darah samar Negative Negative <10 Ery/dl

Sedimen

Kristal 0-2/lpb 1-4 Silender Negative Negative b. Pemeriksaan diagnostic

Tanggal pemeriksaan 09 Mei 2016

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan

Albumin 1,4 3,5-5,2 g/dl

8. Pengobatan

Nama Obat Dosis Waktu Cara pemberian

-prednison -captopril -furosemide 4mg 2x2,5mg 25mg 24jam 12jam\ 8jam Oral i.v i.v

29

9. Resume Keperawatan a. Alasan masuk RS

Pasien masuk ke RSUD Abdul Muluk melalui IGD pada tanggal 30 mei 2016 dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema dan kelemahan. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

b. Riwayat saat ini

Pasien mengalami oedema pada wajah, abdomen, ekstremitas atas dan bawah.Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan, kembali >5 detik, derajat oedema III. Oedema di alami pada saat pertama kali di rujuk dari rumah sakit Urip Sumoharjo.

10. Data Fokus

a. Data subyektif (DS) :

- Klien mengatakan sudah tidak betah berada di RS - Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS - Klien mengatakan ingin cepat pulang

- Orang tua Klien mengatakan tidak memahami tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini

b. Data Obyektif (DO) :

- Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien

30

- Turgor kulit klien tidak elastic

- Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan perkusi

- Balance cairan klien = +220 cc

- Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata - Kulit klien teraba kering

- Derajat oedema III

- Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakit klien

- Klien terlihat gelisah

- Klien terlihat tidak bersemangat

11. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS : DO :

-Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien

-Turgor kulit klien tidak elastis

-Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan perkusi

-Balance cairan klien = +220cc -Derajat oedema III

Kelebihan volume cairan Retensi albumin, protein, dan air

31

2 DS :

DO :

-Turgor kulit tidak elastis -Kulit klien teraba kering

-Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien

-Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata

-Derajat oedema III

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit Akumulasi cairan berlebih dalam tubuh 3 DS :

-Klien mengatakan sudah tidak betah berada di RS

-Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS -Klien mengatakan ingin cepat pulang DO :

c. Klien terlihat gelisah

d. Klien terlihat tidak bersemangat

Ansietas Hospitalisasi pada anak

4 DS :

-Orang tua Klien mengatakan tidak paham tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini DO :

-Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakit klien Kurangnya informasi tentang penyakit Terbatasnya sumber informasi 12. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan

32

c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

d. Kurangnya informasi tentang penyakit b.d terbatasnya sumber informasi

13. Prioritas Masalah

a. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan

berlebih dalam tubuh

c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

d. Kurangnya informasi tentang penyakit b.d terbatasnya sumber informasi.

Dokumen terkait