2 TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Penglihatan dan Warna pada Ikan Karang
Kualitas pandangan di bawah air sangat minim sehingga sebagian besar ikan akan tergantung kepada indera penglihatannya untuk mendapatkan informasi disekelilingnya (Guthrie and Muntz 1993)..
Matsuoka (1999) menjelaskan bahwa retina ikan umumnya terdiri dari tiga tipe pada lapisan indera penglihat (visual cell layer), yaitu single cone, double/twin cone dan rod cells. Ada beberapa spesies ikan yang memiliki cone cells tunggal yang bergabung dengan ukuran yang serupa, dikenal dengan twin cone. Menurut Myrberg and Fuiman (2002), fotoreseptor merupakan salah satu bagian lapisan sel neural khusus pada retina mata. Bentuk cone cells Menurut Tamura (1957), menentukan sumbu penglihatan terlebih dahulu mengetahui kepadatan cone cells yang biasanya terletak pada area dorso- temporal, temporal dan ventro-temporal di retina mata ikan. Bidang penglihatan yang dihasilkan dari menarik garis lurus dari bagian retina menuju ke titik lensa mata, biasanya menghadap arah depan menurun (lower-fore), arah depan (fore) dan arah depan-naik (upper-fore).
dan rod cells dan macam pola mosaik fotoreseptor terlihat pada Gambar 2.
Menurut Fujaya (2004), cone cells dipakai pada aktifitas siang hari dan rod cells pada aktivitas malam hari. Cone cells bertanggung jawab pada penglihatan cahaya terang (penglihatan fotopik), rod cells bertanggung jawab pada penglihatan cahaya samar (penglihatan scotopik). Cone cells merupakan reseptor penglihatan untuk color vision dan ketajaman penglihatan (visual acuity). Menurut Gunarso (1985), jenis-jenis ikan dasar atau jenis ikan yang hampir sepanjang hidupnya tinggal di daerah yang hampir tidak dicapai lagi oleh cahaya matahari umumnya hanya memiliki rod cell.
Keterangan:
a) S: single cone, D: double cone pada penampang longitudinal. b-d) Pola mosaic pada single dan
double cone. c) Pola mosaik 2 single cone dan double cone. e) Penampang sel double cone dengan
menggunakan perbedaan stimulasi kromatik.
Gambar 3 Penampang dan pola mosaik fotoreseptor (Sumber: Anonim 2008)
Herring et al. (1990) menjelaskan bahwa penglihatan untuk membedakan warna memerlukan adanya fotoreseptor yang berbeda jenis dan lebih dari satu tipe cone cells. lkan-ikan yang dapat melihat warna umumnya
memiliki dua tipe cone cells atau tiga tipe pada retina matanya.
2.5.2 Warna dan pengaruhnya pada ikan karang
Kepadatan cone cells akan tetap selama ikan hidup, yang perubahan kekuatannya mungkin akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan lensanya (Tamura 1957). Shiobara et al. (1998), semakin tajam daya penglihatan mungkin diakibatkan hubungan antara panjang fokus lensa yang lebih meningkat daripada kepadatan cone cells-nya.
He (1989), menjelaskan bahwa sudut pembeda terkecil pada ikan berhubungan erat dengan karakteristik pemantulan sinar ke lensa dan ketepatan mengenai retina. Dengan makin bertambah panjang tubuh ikan, maka akan semakin tinggi ketajaman penglihatannya dengan nilai sudut pembeda terkecil yang semakin kecil. Diameter lensa ikan akan meningkat dengan bertambahnya ukuran tubuh, sementara itu kepadatan cone cells cenderung menurun dengan meningkatnya pertambahan panjang tubuh (Purbayanto 1999).
Menurut Cromer (1994) apa yang dilihat hewan tergantung pada sifat-sifat fisik khusus dari cahaya yang sensitif untuk matanya. Pada serangga hanya dapat mendeteksi warna dan polarisasi. Sedangkan pada ikan yang matanya sangat mirip mata manusia dan mempunyai kemampuan untuk membedakan warna.
Beberapa hasil penelitian mengenai respons warna cahaya dan pengaruhnya terhadap tingkah laku ikan menunjukan adanya perbedaan. Seperti penelitian Kuroki yang menyimpulan bahwa warna efektif untuk mengumpulkan ikan adalah warna biru dan oranye, sedangkan Kawamoto mendapatkan bahwa warna efektif untuk mengumpulkan ikan biru dan kuning (Gunarso, 1985). Penelitian mutakhir Mubarak (2003) mendapatkan bahwa cahaya biru mampu menarik juvenil ikan kerapu tikus paling dekat dengan sumber cahaya dan memiliki nilai iluminasi paling besar dibandingkan cahaya putih dan merah.
Suatu objek berupa benda terlihat berwarna karena sifat selektifnya terhadap penyerapan panjang gelombang tertentu dan merefleksikannya pada kisaran optik tectum cahaya tampak (400-750 nm). Kemampuan suatu benda menyerap panjang gelombang tertentu sehingga terlihat sebagai warna karena
adanya gugus fungsional yang disebut kromofor. Adsorpsi maksimum kromfor tersebut tergantung tidak hanya pada gugus molekul yang terlibat tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungannya seperti pelarut dan suhu.
Pada ikan nokturnal fotoreseptornya mengalami modifikasi dimana kepadatan sel- sel batangnya-nya 106-107 per mm2 yang lebih banyak dari pada ikan karang diurnal. Demikian juga ketebalan lapiasan fotoreseptor pada ikan nocturnal juga lebih tebal dari pada ikan karang diurnal.
Perbedaan jenis ikan yang menyebabkan variasi yang besar pada matanya disebabkan oleh adanya jumlah jenis sel kerucut dan jumlah jenis pigmen penglihatan yang terdapat pada matanya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang merupakan tempat dimana ikan hidup (Partridge dalam Herring et al., 1990).
Pada ikan karang yang hanya memiliki pigmen visual tunggal maka ikan tersebut hanya mampu melihat cahaya putih (monochromatic vision). Sebaliknya pada ikan karang yang memiliki pigmen visual lebih dari satu jenis maka ada kemungkinan mampu untuk membedakan warna. Umumnya pigmen visual terdapat pada sel kerucut karena kemapuan membedakan warna secara eksklusif berhubungan kondisi terang (photopic).
Pigmen visual pada sel batang dari beberapa jenis ikan karang Pasifik memiliki kemampuan menyerap gelombang warna berkisar 480-502 nm (rata-rata = 493 nm + 4.5 sd). Kisaran tersebut berbeda dan lebih sempit kisarannya dibandingkan dengan laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa kisaran spektrum gelombang untuk pigmen sel batang untuk ikan tawar dan ikan laut berkisar 467-551 nm. Hal ini sesuai dengan penelitian Lythgoe (1966) yang mendapatkan nilai yang hampir sama (490-503 nm) pada tujuh sample ikan dari laut Mediterania. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa adaptasi absorbsi gelombang maksimal dari pigmen visual ikan karang adalah berkisar 493 nm, dan hasil itu berasal dari tekanan selektif yang kuat.
Tabel 1 Warna dan panjang gelombang cahaya (Spotte, 1992 dalam Razak et al, 2005))
No WARNA CAHAYA PANJANG GELOMBANG (nm=10-9m)
1 Ultraviolet Lebih pendek dari 400
2 Violet 400-450 3 Biru 450-500 4 Hijau 500-570 5 Kuning 570-590 6 Oranye 590-610 7 Merah 610-700
8 Inframerah Lebih panjang dari 700
Mosaik sel kerucut dan sel batang menunjukkan kepekaan penglihatan pada ikan. Spesies yang hidup pada kondisi remang-remang memiliki banyak sel batang, sedangkan yang hidup pada kondisi cahaya terang dengan penglihatan yang luas, mosaik lebih banyak tersusun dari kumpulan selkerucut baik tunggal maupun ganda. Ikan yang memiliki sel kerucut dengan pola mosaik menunjukkan bahwa ikan tersebut sangat intensif menggunakan penglihatannya. Susunan mosaik ini dapat berubah pada satu individu tergantung keadaan habitatnya (Fujaya, 2002).
2.6 Terumbu Karang sebagai Habitat Ikan Karang