• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengobatan Nabawi

Dalam dokumen 13-kedokteran (Halaman 73-78)

Bab 4 : Pengobatan Nabawi

A. Pengobatan Nabawi

1. M 2. M 3. M A. P 1. M 2. M 3. M A. P 1. M 2. M 3. M A. Pengobatan Nabawi

Setidaknya ada kurang lebih dua puluhan pengobatan yang disinyalir sebagai pengobatan nabawi, oleh sebagian kalangan. Dikatakan sebagai pengobatan nabawi, karena petunjuk tentang jenis pengobatan itu kita dapat bukan lewat penelitian ilmiyah, atau uji laboratorium secara ketat, melainkan kita dapati semau itu lewat hadits-hadits nabawi.

Tentu faktor kekuatan dalil dan ketepatan dalam beristidlal menjadi dua faktor penting dalam pengujiannya. Faktor kekuatan dalil terkait dengan tingkat keshahihan hadits-hadits yang berisi tenang berbagai petunjuk pengobatan itu sendiri. Sedangkan faktor ketepatan dalam

istidlal terkait dengan seberapa tepat kita menjadikan hadits-hadits itu sebagai hujjah untuk diterapkan dalam urusan penyakit.

Di antara pengobatan yang diriwayatkan di dalam hadits nabawi adalah : 1. Bekam 2. Ruqyah 3. Air 4. Abu 5. Habbatus sauda 6. Air Zam zam 7. Talbinah

Perasan gandum dimasak seperti air tajin pada nasi

8. Inai=cat kuku 9. Kay

pembakaran pada titik tertentu pada tubuh sekarang seperti operasi

10. Itsmid

celak mata

11. Kam’ah

tumbuhan atau jamur tanah

12. Kurma

13. Air Kencing dan Susu Unta 14. Ud Hindi atau Qusthul Bahri

tanaman obat/akar akaran (famili jahe)

16. Sana dan Sanut

rumput obat

17. Bath

membelah bisul sekarang seperti operasi kecil

18. Do’a

19. Susu, Utruj (limau), Arz (beras), Idzkir, Bittikh (semangka), cuka. labu dll

2. Mencelupkan Lalat ke dalam Tempat Minum

Di dalam salah satu hadits yang shahih terdapat sebuah hal cukup menggelitik perhatian kita. Yaitu ada keterangan bahwa lalat yang hinggap di dalam air minum atau makanan kita, hendaknya di tenggelamkan ke dalamnya. Kemudian makanan atau minuman itu boleh diminum.

Kalau dilihat dari ilmu kedokteran modern, tindakan seperti ini tentu bertentangan. Sebab lalat termasuk hewan yang membawa kotoran penyakit. Di kakinya bisa saja terdapat kuman dan kotoran yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehingga bagaimana mungkin nabi Muhammad SAW malah menganjurkan untuk menceburkan lalat itu ke dalam makanan atau minuman, lalu kita memakanya?

Bukankah hal ini bertentangan dengan akal dan nalar yang sehat? Mungkinkah agama bertentangan dengan akal? Bukankah hal ini malah menunjukkan bahwa Islam itu kurang punya perhatian dalam masalah kebersihan?

1. Nash Hadits

Kalau kita telusuri hadits tersebut, ternyata memang ada di dalam kitab-kitab hadits. Salah satunya diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya. Dan sebagaimana kita tahu, Shahih Bukhari adalah kitab tershahih kedua di muka bumi setelah Al-Quran.

Lengkapnya teks hadits itu adalah :

Apabila ada alat jatuh ke dalam bejana salah saeorang di antara kamu, hendaklah dia menenggelamkannya, karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan satunya lagi ada obat. (HR. Bukhari)

2. Kedudukan Hadits

Seluruh ulama dan umat Islam sepanjang zaman telah sepakat bahwa semua hadits yang terdapat di dalam shahih Bukhari adalah hadits yang terjamin keshahihannya. Kalau pun ada sedikit perbedaan, yang jelas paling tidak jumhur ulama telah menyepakatinya.

Sehingga dari segi kekuatan derajatnya, hadits ini memang shahih 100%. Perawinya adalah orang-orang yang tsiqah serta telah lolos dari jaring selektif paling ketat yang pernah dilakukan di muka bumi. Artinya, secara jalur sanad, tidak perlu diragukan lagi bahwa memang benar Rasulullah SAW pernah mengatakannya.

Namun meski demikian, hadits ini tidak sampai kepada derajat Muttafaqun 'alaihi. Sebab hanya dishahihkan oleh Bukhari seorang saja. Imam Muslim tidak ikut menshahihkan hadits ini.

3. Fiqhul Hadits

Lalu bagaimanakah kita menyikapi hadits ini? Haruskah kita menenggelamkan lalat yang hinggap di wadah kita? Atau bolehkan kita mengingkari kebenaran hadits ini karena sudah tidak relevan lagi untuk masa sekarang ini?

4. Bukti Ilmiyah Kebenaran Hadits

Harian Republika terbitan hari Sabtu tanggal 1 Mei 2004 menurunkan sebuah tulisan, dengan judul: “Lalat Antara Penyakit dan Obat” :

Pada bagian tulisan tersebut dalam kolom/insert penulis kutip sebagai berikut. Bahwa studi yang dilakukan oleh

Universitas Colorado di Amerika menunjukkan bahwa lalat tidak hanya berperan sebagai karier patogen (penyebab penyakit) saja, tetapi juga membawa mikrobiota yang dapat bermanfaat.

Mikrobiota di dalam tubuh lalat ini berupa sel berbentuk longitudinal yang hidup sebagai parasit di daerah abdomen (perut) mereka. Untuk melengkapi siklus hidup mereka, sel ini berpindah ke tubulus-tubulus respiratori dari lalat. Jika lalat dicelupkan ke dalam cairan, maka sel-sel tadi akan ke luar dari tubulus ke cairan tersebut.

Mikrobiota ini adalah suatu bakteriofag yang tak lain adalah virus yang menyerang virus lain serta bakteri. Virus ini dapat dibiakkan untuk menyerang organisme lain. Bakteriofag sendiri saat ini sedang dikembangkan sebagai terapi (pengobatan) bakteri terbaru.

Penelitian ini dilakukan seiring dengan meningkatnya spesies bakteri yang semakin resisten (kebal) dengan obat-obatan antibiotik yang tersedia. Mikrobiota yang terkandung di lalat ternyata juga mengeluarkan suatu metabolit aromatik yang menekan siklus hidup plasmodium sebagai patogen yang terkandung di beberapa jenis lalat.

Penelitian paling mutakhir dilakukan oleh perusahaan farmasi Glaxo Smith-Kline yang tengah mensponsori penelitian Dr. Joanna Clarke dari Universitas Maquarie. Pada mulanya penelitian menunjukkan bahwa pada satu sayap pada bakterinya, sedangkan sayap yang lain ada proteinnya. Kemudian Clarke dalam penelitian selanjutnya berusaha membuktikan bahwa lalat mempunyai kemampuan untuk menghasilkan antibiotik.

Sejauh ini penelitian itu telah menemukan bahwa empat spesies yang ia teliti (termasuk lalat rumah) memproduksi berbagai bentuk antibiotik pada berbagai bentuk antibiotik pada berbagai stadium dari siklus hidupnya. “Penelitian

tersebut dipublikasikan tahun 2002, namun sampai sekarang belum diketahui kelanjutannya, “kata spesialis penyakit dalam dr. Rawan Broto, SpPD.

Walaupun dalam prakteknya akan sulit bagi kita untuk mencelupkan keseluruhan badan lalat ke dalam makanan, paling tidak kebenaran hadist ini akhirnya terbukti setelah sekian lama mengundang kontroversi dikalangan para ilmuwan.

Dalam dokumen 13-kedokteran (Halaman 73-78)

Dokumen terkait