• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain

3.12. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 17.0. Untuk melihat hubungan anak penderita gagal jantung dengan kadar hormon tiroid digunakan uji kai kuadrat untuk kelompok independen dan batas kemaknaan P<0.05. Untuk menilai faktor-faktor yang berpengaruh uji kai kuadrat untuk kelompok independen dan batas kemaknaan P<0.05. Untuk menilai faktor risiko digunakan analisa multivariat.

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap bagian anak dan di poliklinik anak sehat RSUP Haji Adam Malik Medan. Dilakukan penelitian pada 48 pasien yang masuk kriteria inklusi. Kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu 24 pasien gagal jantung kongestif dan 24 anak sehat yang masing-masing kelompok dilakukan pemeriksaan profil tiroid.

Distribusi dan karakteristik sampel pada kedua kelompok penelitian terlihat pada Tabel 4.1. Besar sampel pada kedua kelompok sama masing-masing 24 orang, dengan rata-rata umur pada kelompok sampel dan kelompok kontrol 8,9 tahun.

Tabel 4.1 Data demografi subyek penelitian

Karakteristik Sampel (n=24) kontrol (n=24) Jenis Kelamin, n (%) Laki-laki Perempuan 12 (50) 12 (50) 12 (50) 12 (50)

Umur (tahun), rata-rata (SB) 8,9 (4,51) 8,9 (4,51)

Status Gizi, n (%)

Gizi cukup 6 (25) 16 (66,6)

Gizi kurang 15 (62,5) 8 (33,3)

Gizi buruk 3 (12,5) -

Kelas gagal jantung, n (%)

Kelas III 10(42) -

Kelas IV 14(58) -

Kadar hormon Tiroid, n (%)

T3 normal 9 (37,5) 24 (100) Rendah 15 (62,5) - T4 normal 24 (100) 24 (100) Rendah - - TSH normal 24 (100) 24 (100) Rendah - -

Kelas gagal jantung lebih banyak dijumpai pada kelas IV (58%). Pada pemeriksaan kadar hormon tiroid terlihat perbedaan kadar T3 pada kelompok sampel. Terlihat kadar T3 yang normal pada 9 pasien (37,5%) dan kadar T3 yang rendah pada 15 pasien (62,5%).

Diagnosis pasien kelompok gagal jantung terlihat pada Tabel 4.2. Diagnosis gagal jantung lebih banyak dijumpai pada PJR sebanyak 11 orang (45,4%).

Tabel 4.2. Diagnosis pasien kelompok gagal jantung

Diagnosis n (%)

Penyakit jantung bawaan

Duktus Arteriosus Persisten 5 (21)

Defek Septum Ventrikel 4 (16,8)

Defek Septum Atrium 1 (4,2)

Kelainan katub bawaan 1 (4,2)

Penyakit jantung didapat

Kardiomiopati dilatasi 2 (8,4)

Penyakit Jantung Reumatik 11 (45,4)

Dari hasil pemeriksaan fungsi tiroid memperlihatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gagal jantung kongestif dengan penurunan kadar T3 dengan P < 0,05 (tabel 4.3).

Tabel 4.3. Hubungan antara gagal jantung kongestif dengan kadar T3 Kadar T3

Kelompok normal rendah P

Kemudian dilakukan analisa kai kuadrat terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kadar T3 pada kelompok gagal jantung, yaitu umur, status gizi, jenis kelainan jantung dan kelas gagal jantung dengan P<0,05. (tabel 4.4).

Tabel 4.4. Variabel yang mempengaruhi kadar T3

Faktor Kadar T3 P Normal rendah Jenis kelamin Laki-laki 5 7 0,0001 perempuan 4 8 Status gizi Gizi cukup 4 2 0,0001 Gizi kurang 5 10 Gizi buruk 0 3

Jenis kelainan jantung 0,0001

Bawaan 5 6

Didapat 4 9

Kelas gagal jantung

III 5 5 0,0001

IV 4 10

Hasil analisis ini juga menunjukkan ada perbedaan kadar T3 antara anak penderita gagal jantung yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan dengan penyakit jantung didapat dengan P<0,05. Kemudian pada kelas gagal jantung juga menunjukkan ada perbedaan kadar T3 dengan gagal jantung kelas IV yang terbanyak mengalami penurunan.

Kemudian dilakukan analisis multivariat untuk mencari faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kadar T3 (tabel 4.5). Hasil dari

analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor gizi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kadar T3 P=0,030.

Tabel 4.5. Analisa multivariat faktor-faktor berpengaruh terhadap kadar T3

Faktor independen P

Jenis kelamin 0,256

Gizi 0,030

Kelas gagal jantung 0,805

BAB 5. PEMBAHASAN

Hasil penelitian kami dijumpai anak dengan penderita gagal jantung kongestif sebanyak 24 orang. Umur pada penderita gagal jantung dijumpai rata-rata umur 8,9 tahun. Pada penelitian ini juga dijumpai perbandingan yang sama antara jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan dengan jumlah masing-masing sebesar 12 orang.

Secara keseluruhan insiden dan prevalensi anak dengan gagal jantung tidak diketahui secara pasti. Diperkirakan 15% sampai 25% anak dengan penyakit kelainan struktur jantung akan berkembang menjadi gagal jantung.3 Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2012 menunjukkan angka kejadian gagal jantung berkisar 11 000 sampai 14 000 pertahun dengan angka kematian keseluruhan berkisar 7%. Pada penelitian ini juga dijumpai insiden terbanyak pada usia kurang dari satu tahun.28 Pada penelitian di Belgia pada tahun 2007 terhadap 1 196 anak (576 laki-laki dan 620 perempuan) mendapati 124 anak (10.4%) menderita gagal jantung sebelum memasuki usia 16 tahun.29

Hasil penelitian kami dijumpai anak dengan penderita gagal jantung kongestif sebanyak 24 orang. Umur pada penderita gagal jantung dijumpai rata-rata umur 8,9 tahun. Pada penelitian ini juga dijumpai perbandingan yang sama antara jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan dengan jumlah masing-masing sebesar 12 orang.

Penyebab gagal jantung kongestif pada anak dan remaja diakibatkan oleh PJB dan penyakit jantung yang didapat.10 Pada saat sekarang ini di Amerika Serikat, dengan berkurangnya kejadian Penyakit Jantung Reumatik,

PJB merupakan penyebab utama gagal jantung kongestif pada anak.9 Pada

penelitian di Belgia dijumpai pada anak yang lebih besar, penyebab gagal jantung yang terbanyak adalah penyakit jantung yang didapat. Sedangkan pada usia dibawah satu tahun, PJB adalah penyebab terbanyak.29 Penelitian di Pakistan pada tahun 2004 menemukan Defek Septum Ventrikel penyebab terbanyak gagal jantung pada anak usia satu sampai lima tahun. Untuk usia diatas lima tahun, PJR merupakan penyebab terbanyak.30

Pada hasil penelitian kami dijumpai jumlah anak dengan penderita penyakit jantung bawaan sebanyak 11 orang. Pada penelitian ini dijumpai Duktus Arteriousus Persisten merupakan PJB yang terbanyak sebesar lima kasus. Kemudian disusul oleh Defek Septum Ventrikel sebagai diagnosis PJB kedua terbanyak.

Insiden penyakit jantung bawaan berkisar enam sampai delapan per 1000 kelahiran dan angka kejadian ini masih tetap sama dari tahun ke tahun. Diagnosis kelainan jantung bawaan yang terbanyak adalah Defek Septum Ventrikel dengan angka kejadian 20% dari semua kelainan jantung bawaan.31 Berdasarkan hasil penelitian lainnya angka kejadian PJB berkisar empat sampai lima per 1000 kelahiran hidup dan Defek Septum Ventrikel juga

sebagai diagnosis yang terbanyak dari kelainan jantung bawaan.32 Penelitian di Italia tahun 1997 sampai tahun 2004 terhadap 4 559 orang anak dengan kelainan jantung bawaan menemukan angka kejadian kelainan jantung bawaan terbanyak adalah Defek Septum Atrium sebesar 38,7%, kemudian Defek Septum Ventrikel yang terdiri atas tipe muscular dan perimembranous sebesar 27,5% dan 10,9%.33

Pada penelitian kami, hasil pemeriksaan fungsi tiroid dijumpai penurunan kadar T3 sedangkan kadar hormon tiroid lainnya dalam batas normal. Kemudian dari hasil pemeriksaan fungsi tiroid ini dilakukan analisis untuk mencari hubungan gagal jantung kongestif dengan penurunan kadar T3 ini. Analisis dilakukan dengan uji kai kuadrat dan dijumpai adanya hubungan yang bermakna antara gagal jantung kongestif dengan LT3S.

Penurunan kadar T3 mengindikasikan sebagai prognosis buruk pada pasien gagal jantung yang dihubungkan dengan peningkatan angka kematian.6 Fakta ini diperkuat oleh penelitian di Pisa, Italia dari Januari 1999 sampai dengan Januari 2000 terhadap 573 orang dewasa penderita penyakit jantung menunjukkan bahwa Low T3 Syndrome (LT3S) merupakan prediktor yang kuat pada kematian pasien dengan penyakit jantung.7 Hal ini sesuai dengan penelitian Amerika Serikat pada tahun 2013 yang juga menyimpulkan bahwa abnormalitas fungsi tiroid berhubungan secara signifikan dengan peningkatan resiko kematian.34

Penelitian yang dilakukan di Korea Selatan pada 2003 sampai tahun 2006 yang menunjukkan bahwa kadar T3 berhubungan dengan kontraktilitas otot jantung.35 Fakta ini diperkuat oleh penelitian di Argentina dari tahun 2005 sampai tahun 2007 yang juga dilakukan pada penderita gagal jantung dewasa, menunjukkan bahwa penurunan kadar T3 berhubungan dengan

kerusakan membran sel.36 Penelitian di Yunani pada tahun 2007

menunjukkan bahwa perubahan kadar hormon tiroid berhubungan erat dengan fungsi otot jantung pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa kadar hormon tiroid berperan dalam patofiologi gagal jantung.25

Pada hasil penelitian kami dijumpai beberapa faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kadar T3. Faktor-faktor tersebut yaitu umur, jenis kelamin, status gizi, jenis sakit jantung dan kelas gagal jantung. Pada analisis dengan menggunakan analisis multivariat dijumpai bahwa faktor status nutrisi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kadar T3 pada penderita gagal jantung kongestif.

Penelitian di Nigeria pada tahun 2008 menunjukkan anak yang menderita gagal jantung akibat PJB memiliki risiko empat kali untuk mengalami malnutrisi. Pada gagal jantung kongestif terjadi asupan makanan yang tidak adekuat. Hal ini dihubungkan dengan kesulitan makanan dan absorpsi makanan yang buruk dari saluran cerna pada keadaan gagal

jantung. Hal ini juga dihubungkan dengan peningkatan kalori yang dibutuhkan akibat peningkatan fungsi otot jantung, pernafasan dan neuro-humoral.37 Penelitian di Rumah Sakit Harapan Kita pada tahun 2012 menunjukkan bahwa malnutrisi berat mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kadar T3 pada pasien jantung yang akan menjalani pembedahan. Dari hasil penelitian tersebut juga dapat dijelaskan bahwa perubahan kadar hormon tiroid dihubungkan sebagai mekanisme adaptasi terhadap penyakit.38

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini dilakukan pada anak dibawah usia 18 tahun dengan variasi umur yang tidak merata sehingga sulit melihat kejadian penurunan kadar T3 pada usia tertentu. Penelitian ini juga dilakukan secara potong lintang yang menilai perubahan kadar hormon tiroid dengan menilai faktor-faktor yang mempengaruhi pada satu saat saja sehingga kurang menggambarkan perubahan kadar hormon tiroid yang terjadi. Selain itu, pada penelitian ini hanya dilakukan pada 24 penderita gagal jantung kongestif sehingga diperlukan jumlah sampel penelitian yang lebih besar untuk menunjukkan hasil yang lebih bermakna.

Dokumen terkait