• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimana: t = lama penggetaran (1 jam)

Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam (Lm(1))

Kesetaraan panjang jalan selama 30 menit dengan 30 km

F. Rancangan Percobaan

Berdasarkan Mattjik dan Sumertajaya (2006) penelitian ini dianjurkan menggunakan rancangan acak lengkap dan faktorial dengan dua kali ulangan perlakuan. Faktor perlakuan yang digunakan adalah K (jenis kemasan), yaitu K1 (karton gelombang) dan K2 (peti kayu). Sedangkan faktor perlakuan bahan pengisi (B), yaitu B1 (cacahan kertas koran), B2 (tanpa bahan pengisi), dan B3 (kertas koran).

Kombinasi perlakuan dua faktor tersebut adalah K1B1, K1B2, K1B3, K2B1, K2B2, dan K2B3. Model umum dari rancangan percobaan tersebut adalah :

Yijk = µ + Ki + Bj (KB)ij + Cijk

Dimana:

Yijk = Pengamatan pada perlakuan K ke-i dan B ke-j pada ulangan ke-k. µ = Nilai rata-rata harapan

Ki = Perlakuan K ke-i

Bj = Perlakuan B ke-j

(KB)ij = Interaksi K ke-i dan B ke-j

Cijk = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan K ke-i dan B ke-j pada ulangan ke-k. i = 1,2 (jenis kemasan)

j = 1,2,3 (bahan pengisi) k = 1,2 (ulangan)

G.Pengolahan Data

Analisis data didasarkan pada analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh dan interaksi perlakuan, serta dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5% dengan menggunakan statistical analysis software (SAS).

(8) (7)

(9) (9)

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Pengemasan Melon

A.1. Pembuatan Kemasan Melon dari Karton Gelombang dan Peti Kayu

Pembuatan kemasan melon dalam penelitian ini didasarkan pada kedaan di lapangan. Kemasan melon yang ada di pasar Indonesia yang sering digunakan adalah peti kayu dan karton gelombang. Peti kayu sering digunakan dalam distribusi melon oleh petani kecil untuk dikirim ke pasar lokal atau tradisional, sedangkan karton gelombang biasa digunakan dalam distribusi melon untuk supermarket.

Penentuan ukuran dan kapasitas melon didasarkan pada hasil pengukuran rata-rata bobot dan dimesi melon dengan sampel sebanyak 10 melon, yaitu didapat: bobot 1.4 kg, dimensi mayor 17 cm, serta dimensi minor 14 cm. Dalam satu kemasan diisi 12 melon yang terdiri atas dua layer, masing-masing layer diisi enam melon yang disusun secara teratur yang dpat dilihat dari Gambar 9 dengan diberi penyekat atau bahan pengisi. Penyusunan ini tidak mengikuti penyusunan teratur (pattern pack) yang disarankan oleh Peleg (1990). Hal ini mengikuti penyusunan di lapangan dengan mempertimbangkan efisiensi penggunaan kemasan.

Selain susunan buah dalam kemasan, tipe kemasan dan standar berat tipe kemasan juga menentukan dimensi kemasan yang akan dibuat. Untuk kemasan karton gelombang tipe yang paling banyak digunakan untuk pengemasan buah dan sayur adalah tipe regular slotted container (RSC) dengan penutup atau atasan bersatu dengan kemasan, sedangkan untuk peti kayu yang sering digunakan untuk pengangkutan buah-buahan adalah peti kayu tipe krat. Kedua jenis kemasan tersebut merupakan kemasan yang penanganannya berdasarkan kemampuan manusia dengan kapasitas berat antara 15 kg sampai 30 kg.

Dimensi kemasan yang didapat, yaitu (42x28x34) cm (Tabel 3) diperoleh dari dimensi melon. Panjang kemasan diperoleh dari dimensi minor melon, yaitu 14 cm yang tersusun atas tiga satuan melon sehingga panjangnya 42 cm, lebar kemasan diperoleh dari dimensi minor 14 cm yang tersusun atas dua satuan melon sehingga lebarnya 28 cm, dan tinggi kemasan diperoleh dari dimensi mayor, yaitu 17 cm yang tersusun atas dua satuan melon sehingga tingginya 34 cm. Selain itu, juga diperhatikan berat kemasan yang berisi melon tidak boleh melebihi 30 kg. Dari data Tabel 3 maka berat maksimum melon di dalam kemasan adalah 16.8 kg. Dikarenakan berat melon maksimum yang digunakan mencapai 1.5 kg, maka kapasitas kemasan di bulatkan menjadi 18 kg. Kemasan ini didesain untuk melon kelas II (M2).

18 Tabel 3. Spesifikasi kemasan yang dibuat

Spesifikasi Karton gelombang Peti kayu

Bobot (kg) 0.6 4.5

Dimensi: p x l x t (cm3) 42 x 28 x 34 42 x 28 x 34

Jenis Double wall board (tipe A+B) krat

Kapasitas (kg) 18 18

Tebal (cm) 0.8 1.3

Harga (rupiah/ kemasan) 5000 8000

Keterangan: p = panjang; l = lebar; t = tinggi

Pembuatan peti kayu menggunakan kayu sengon yang biasa banyak tersedia di petani dengan sisi peti terdiri dari tiga papan dengan tebal berkisar 1.3 cm. Peti kayu yang dibuat merupakan peti kayu tipe krat yang biasa digunakan sebagai pengemas selama pengangkutan, terutama pengangkutan buah-buahan. Sedangkan karton yang digunakan merupakan karton jenis double-wall board yang terdiri atas dua media gelombang di tengahnya sehingga lebih kuat untuk menahan bobot dari melon tersebut. Bagian luar yang berupa pelapis dan bagian tengah yang berupa penyekat disebut kertas liner yang umumnya dibuat dan dipasarkan di Indonesia dengan nama kraftliner. Sedangkan, kertas gelombang antara dua permukaan liner dinamakan kertas medium (fluting medium) atau corrugating medium.

Menurut Pantastico (1989) Peti kayu merupakan wadah pengiriman yang paling kuat dan kokoh. Namun, kardus yang bergelombang makin disukai untuk pengiriman hasil-hasil daerah tropika maupun subtropika. Bobot yang ringan dan harga yang murah merupakan hal-hal yang sangat menguntungkan.

Gambar 7. Desain kemasan: (a) Karton gelombang, (b) peti kayu

19

A.2. Bahan Pengisi

Dalam pengemasan, peti kemas harus cukup kuat dan dapat mencegah terjadinya pergerakan buah yang telah disusun di dalamnya. Bahan pengisi digunakan untuk mencegah pergerakan buah selama transportasi sehingga gesekan atau benturan dapat dikurangi. Dalam penelitian ini, bahan pengisi berupa potongan kertas koran pada posisi horisontal kemasan disebar merata sebanyak 85 gram pada bagian bawah dan atas melon di setiap layer, sedangkan pada posisi vertikal melon diisi potongan koran sebanyak 20 gram. Bahan pengisi berupa kertas koran dibalut/dibungkus pada setiap buah dengan koran sebanyak dua lembar berukuran 76 cm x 58 cm sehingga permukaan melon tertutupi oleh kertas koran.

Gambar 8. Bahan pengisi: (a) potongan kertas koran, (b) kertas koran

Gambar 9. Pengemasan melon dalam karton gelombang: (a) dengan potongan koran, (b) tanpa bahan pengisi

(a) (b)

20 Gambar 10. Pengemasan melon: (a) karton gelombang dengan pembungkus koran, (b) peti

kayu dengan potongan koran

Gambar 11. Pengemasan melon dalam peti kayu: (a) tanpa bahan pengisi, (b) dengan dibungkus koran

B.Simulasi Transportasi

Simulasi transportasi dilakukan dengan menggunakan meja getar untuk mendapatkan gambaran data kerusakan mekanis melon apabila terjadi goncangan dan getaran selama transportasi. Dalam pengangkutan menggunakan mobil, goncangan yang diamati berupa goncangan vertikal, dimana goncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya sangat kecil (Tirtosoekotjo 1992). Berdasarkan data guncangan truk pada Tabel 2, data vibrator dari meja getar selama simulasi dapat dikonversikan untuk mendapatkan kesetaraan simulasi dengan keadaan di lapangan.

Melon yang telah dikemas dan diberi bahan pengisi yang berbeda disusun dalam meja simulator tanpa tumpukan untuk dilakukan penggetaran selama 2 jam seperti terlihat pada Gambar 15. Selama simulasi terjadi getaran secara vertikal dengan amplitudo rata-rata 4.535 cm dan frekuensi rata-rata 2.920 Hz. Kecepatan ini diatur oleh reducer yang berbentuk roda yang dapat diganti, dalam simulasi ini digunakan reducer berdiameter 27 cm. Makin kecil diameter reducer

(a) (b)

21 yang digunakan, jarak yang diperoleh semakin pendek dalam waktu yang sama untuk semua kondisi jalan.

Hasil konversi frekuensi dan amplitudo selama simulasi transportasi berdasarkan konversi truk selama dua jam di jalan luar kota pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa amplitudo 4.535 cm dan frekuensi 2.920 Hz selama penggetaran dua jam pada alat simulasi setara dengan 156 km di jalan luar kota atau lebih kurang 2.6 jam perjalanan truk dengan kecepatan 60 km/ jam. Hal ini sesuai dengan jarak yang ditempuh kelompok petani di Banten ketika melakukan pengiriman melon ke pengumpul melon di Jakarta.

Berdasarkan penelitian Tirtosoekotjo (1992) yang mengkaji pengaruh lama simulasi transportasi terhadap kerusakan mekanis jeruk menunjukkan bahwa kerusakan mekanis terbesar dialami oleh jeruk yang dikemas dengan peti kayu dengan lama perjalanan delapan jam atau 2121.6 km. Disimpulkan bahwa semakin lama perjalanan maka semakin tinggi kerusakan mekanis yang dialami buah dan juga semakin buruk kondisi jalan yang ditempuh semakin pendek jarak yang diperoleh.

Gambar 12. Penyusunan Melon untuk Simulasi Transportasi

C.Pengaruh Penggunaan Jenis Kemasan dan Bahan Pengisi

Dokumen terkait