• Tidak ada hasil yang ditemukan

© Hak cipta milik Siti Komariyah, tahun 2011 Hak cipta dilindung

DAFTAR LAMPIRAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.6. Pengolahan Data

Sebaran Sa diolah menggunakan Echoview 4.0. Pada pengolahannya diperlukan proses perekaman data ulang menggunakan perangkat lunak

BI60/ER60 sehingga didapatkan file dalam bentuk *deg. ESDU yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 ping, dengan grid kedalaman 1. Data yang diolah berada pada grid kedalaman 6 - 150 m. Pengolahan data dimulai pada grid kedalaman 6 m karena dianggap data yang berada di atas 6 m masih dipengaruhi oleh noise dari kapal dan noise-noise lainnya.

3.6.1.

Progessive threshold dilakukan dengan mengintegrasi pada setiap ESDU dengan menggunakan level threshold maksimum dan minimum tertentu (dalam penelitian ini: threshold maksimum -30 dB dan minimum -90 dB). Kemudian dilakukan integrasi berikutnya pada ESDU yang sama menggunakan threshold

yang ditingkatkan dengan jeda 1,5 dB (misal: threshold maksimum -30 dB dan minimum -88,5 dB). Prasetyo (2007) dan Hestirianoto (2008) melakukan integrasi dengan peningkatan jeda 3 dB. Integrasi dilakukan hingga level

threshold minimum dan level threshold maksimum atau tidak ada lagi target pada echogram (nilai Sa-nya sampai -9999). Hasil integrasi dimasukkan kedalam

tabulasi (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil integrasi per ESDU untuk beragam level threshold

Threshold -90 88.5 -87 -85.5 -84 … -54 -52.5 -51 Sa 211.5844 211.2723 210.7097 209.7425 208.0766 … 114.8421 53.98427 20.79673

Setelah itu hitung laju perubahan nilai (dalam nilai mutlak) untuk setiap

penambahan batas minimum threshold sehingga diperoleh rangkaian nilai seperti dalam Tabel 4.

Tabel 4. Laju pertambahan nilai

Threshold -90 88.5 -87 -85.5 -84 … -54 -52.5 -51

Sa 0 0.31 0.56 0.97 1.67 … 11.92 60.86 33.19

Jika hasil pengkuran pada Tabel 2 diplotkan dalam bentuk grafik, maka akan terlihat kurva yang memiliki beberapa puncak (Gambar 8). Setiap file data dilakukan pengolahan progressive threshold sebanyak 10 ESDU, dari 10 ESDU tersebut diambil nilai-nilai puncak threshold yang sering muncul. Nilai-nilai puncak threshold pada tiap file dibandingkan dengan file-file yang lainnya. Nilai- nilai puncak dari nilai threshold semua file yang diolah, dipilih nilai threshold

yang frekuensi kemunculannya paling dominan.

Pada penelitian ini puncak threshold yang digunakan untuk melihat sebaran Sa adalah puncak threshold yang memiliki frekuensi kemunculan lebih dari 15 kali (paling dominan). Puncak threshold yang paling dominan tersebut ditambah batas atas dan bawah masing-masing 3 dB, sehingga diperoleh range threshold untuk melihat sebaran Sa.

Gambar 8. Contoh kurva laju pertambahan nilai Sa beberapa ESDU 0 5 10 15 20 -90 -85.5 -81 -76.5 -72 -67.5 -63 -58.5 -54 L a ju P e n a m b a h a n N il a i S a Threshold 0 5 10 15 20 -90 -85 -80 -75 -70 -65 -60 -55 -50 L a ju P e n a m b a h a n N il a i S a Threshold 0 5 10 15 20 -90 -85.5 -81 -76.5 -72 -67.5 -63 -58.5 -54 L a ju P e n a m b a h a n N il a i S a Threshold 0 5 10 15 20 -90 -85.5 -81 -76.5 -72 -67.5 -63 -58.5 -54 L a ju P e n a m b a h a n N il a i S a Threshold 0 5 10 15 20 -90 -85.5 -81 -76.5 -72 -67.5 -63 -58.5 -54 L a ju P e n a m b a h a n N il a i S a Threshold

3.6.2 Pengolahan data dengan $ # dan & %

Sebaran kelompok target dilihat dari sebaran nilai backscaterring area-nya (Sa). Nilai Sa diplotkan terhadap lintang dan bujur untuk melihat sebaran

Sasetiap grid kedalaman 1 m dengan mengunakan Golden Software Surfer 8 dan melihat sebaran target setiap leg dengan menggunakan Matlab R2008b. Sebelum diplotkan nilai Sa dikonversi dari satuan mil kedalam satuan meter. Proses pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Diagram alir pengolahan data Difilter dengan -9 dB Kelompok target Panjang horizontal dan vertikal kelompok target Threshold yang sering muncul Sa (dB), Lintang dan Bujur Microsoft Excel Surfer 8 (2D) dan Matlab (3D) Sebaran Sa Echogram Echoview Variable Properties ESDU dan Kalibrasi Progressive Thresholding Sa (dB) Laju penambahan nilai Puncak – puncak nilai Threshold Raw Data ER 60 .deg file

Kelompok Sa dilihat dengan memfilter data terlebih dahulu sampai -9 dB. Kemudian kelompok Sa dihitung panjang horiziontal dan vertikalnya. Panjang horizontal dilihat dari lintang dan bujur dimana terdapat kelompok Sa, sedangkan panjang vertikal kelompok target dilihat dari kedalaman kelompok Sa tersebut terdeteksi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Integrasi file-file data memperlihatkan jumlah kohort atau kelompok yang beragam (Tabel 5), dalam satu file data ada yang memiliki hingga 3 sampai 4 kohort.

Tabel 5. Hasil integrasi pada 60 file data dengan threshold berjenjang

Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu wilayah perairan memiliki karakteristik akustik yang berbeda. Sehingga dalam menentukkan range threshold untuk melihat sebaran Sa di suatu perairan perlu dilakukan pengintegrasian threshold

' Kohort ' Kohort 1 4 -79.5/-73.5/-67.5/-60 31 2 -67.5/-57 2 2 -73.5/-57 32 2 -70.5/-57 3 3 -75/-61.5/-55.5 33 2 -72/-60 4 3 -75/-61.5/-55.5 34 2 -69/-60 5 2 -73.5/-61,5 35 2 -70.5/-60 6 1 -67.5 36 2 -70.5/-54 7 1 -69 37 2 -70.5/-55.5 8 1 -67.5 38 2 -70.5/57 9 1 -67.5 39 2 -70.5/-60 10 1 -69 40 2 -72/-55.5 11 3 -75/-64.5/-60 41 2 -72/-63 12 2 -73.5/-61.5 42 2 -73.5/-60 13 2 -73.5/-55.5 43 2 -70.5/-55.5 14 2 -76.5/-66 44 2 -70.5/-57 15 2 -73.5/-58.5 45 3 -73.5/-61/-55.5 16 2 -72/-57 46 2 -73.5/-60 17 2 -76.5/-60 47 2 -73.5/57 18 2 -73.5/-58.5 48 2 -72/-66 19 2 -73.5/-60 49 2 -75/-60 20 3 -73.5/-61.5 50 2 -70.5/-60 21 3 -72/-70.5 51 4 -73.5/-64.5/-60/-55.5 22 1 -70.5 52 2 -73.5/-60 23 2 -70.5/-57 53 1 -72 24 2 -69/-55.5 54 2 -70.5/-61.5 25 2 -67.5/-55.5 55 1 -73.5 26 2 -73.5/-60 56 1 -58.5 27 1 -60 57 0 - 28 1 -70.5 58 1 -63 29 1 -72 59 1 -63 30 1 -61.5 60 0 -

terlebih dahulu. Kohor yang lain) ini yang nan Flores. Frekuensi kem 10.

Gambar 10. Grafik f

Berdasarkan gra yang paling dominan (f yaitu -73,5 dB dan - Setelah dilakukan pena akan diperoleh range th

sampai -57 dB. Range

sebaran Sa di perairan L Puncak thresho

tercover oleh puncak dan bawah. Puncak-pu kurang dari 15 kali tida Flores. 0 4 8 12 16 -79.5 -76.5 -75 F r e k u e n si K e m u n c u la n

. Kohort-kohort yang dominan (sering muncul pada g nantinya akan digunakan untuk melihat sebaran S i kemunculan kohort yang dominan dapat dilihat p

rafik frekuensi kemunculan puncak threshold sem

an grafik di atas dapat dilihat terdapat dua puncak inan (frekuensi kemunculan >15 kali). Kedua punc

-60 dB yang memiliki frekuensi kemunculan se n penambahan batas atas dan bawah masing-masing

nge threshold masing -76,5 dB sampai -70,5 dB, d

nge threshold tersebut yang akan digunakan unt airan Laut Flores.

shold -70,5 dB yang memiliki nilai kemunculan cak threshold -73,5 dB setelah dilakukan penamba puncak threshold yang memiliki frekuensi kem ali tidak digunakan untuk melihat sebaran Sa di per

-73.5 -72 -70.5 -69 -67.5 -66 -64.5 -63 -61.5 -60 Threshold

pada file-file data baran Sadi Laut lihat pada Gambar

semua file data

uncak threshold

a puncak tersebut ulan sebesar 16 kali. masing 3 dB, maka ,5 dB, dan -63 dB

an untuk melihat

nculan 14 kali akan nambahan batas atas si kemunculan di perairan Laut

4.2. Sebaran Sa ( )

Sebaran Sa di perairan Laut Flores dilihat berdasarkan leg, dimana terdapat 7 leg. Leg 1 sampai leg 4 terletak di perairan NTB dan leg 6 sampai 7 terletak di perairan NTT, sedangkan leg 5 terletak diperbatasan antara perairan NTB dan NTT (Gambar 6).

4.2.1. Sebaran Sa pada -76,5 dB sampai -70,5 dB

Sebaran Sa pada leg 1 dan leg 2 menyebar secara kontinu. Sa banyak tersebar di permukaan perairan dan bagian dasar kolom, namun Sa yang paling banyak tersebar pada dasar kolom perairan. Sebaran Sa pada kedua leg tersebut membentuk suatu pola, pada pertengahan kolom perairan tidak ditemukan adanya Sa (Gambar 11 dan Gambar 12). Sa tidak ditemukan pada kolom perairan, diduga pada kolom tersebut terdapat internal wave atau pelapisan massa air. Sebaran Sa pada leg 2, pertengahan kolom perairan yang tidak ditemukan adanya Sa kurang lebih berada pada kedalaman 27 – 73 m.

Gambar 12. Sebaran Sa pada Leg 2

Gambar 13. Sebaran Sa pada Leg 3

Sebaran Sa pada leg 3 dan leg 4 tidak terlalu banyak, terutama pada leg 4 hampir tidak ditemukan adanya Sa (Gambar 14). Sebaran Sa pada leg 3

masih terlihat adanya Sa yang bergerombol (Gambar 13).

Gambar 15. Sebaran Sa pada Leg 5

Sebaran pada leg 5, Sa menyebar hampir diseluruh perairan. Hanya terdapat sedikit celah-celah kosong perairan yang tidak ditemukan adanya Sa (Gambar 15).

Gambar 16. Sebaran Sa pada Leg 6

Sebaran Sa pada leg 6 hanya terlihat gerombolan-gerombolan kecil, yaitu pada bagian dasar kolom. Sa tidak tersebar merata di perairan, pada bagian permukaan terlihat tidak ditemukan adanya Sa (Gambar 16). Sa yang menyebar pada leg 6 adalah Sa yang memiliki nilai besar. Sedangkan pada leg 7 sebaran Sa lebih banyak dari pada leg 6. Pada leg 7 ukuran gerombolan Sa lebih besar dari

pada leg 6 (Gambar 17).

Gambar 17. Sebaran Sa pada Leg 7

Berdasarkan gambar sebaran Sa setiap leg di atas, Sa banyak tersebar pada leg 1, 2, 3, 5 dan 7. Sebaran Sa pada leg 4 dan 6 hanya sedikit yang ditemukan. Hal ini diduga karena pengaruh dari ARLINDO. Laut Flores

merupakan salah satu perairan Indonesia yang dilintasi oleh ARLINDO, sehingga sebaran target (ikan, zooplankton, dll) di Laut Flores dipengaruhi oleh massa air yang diangkut dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Bersama massa air tersebut juga terangkut massa air bersalinitas maksimum, bahang dan nutrient. Ketiga unsur ini sangat mempengaruhi kelimpahan suatu target, baik ikan, plankton maupun organisme laut lainnya.

Pengambilan data akustik yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober, pada bulan tersebut merupakan musim peralihan dua (MP- II), yaitu pola angin peralihan dari pola angin musim timur bergerak ke musim barat. Pada MP-II ini diduga salinitas di Laut Flores tinggi (Hadikusumah 2009). Selama musim timur, dibeberapa bagian dari perairan Indonesia seperti Selat Makassar, Laut Banda, dan beberapa perairan lainnya mengalami upwelling dan

percampuran massa air lapisan permukaan terc primer perairan bila dib

4.2.2. Sebaran Sa tiap Sebaran Sa di p 6 - 150 m. Sebaran Say kelipatan 10 m. Hal in Gambar sebaran Sapad 3.

Sebaran Sa pad leg 5 dan sedikit pada l gerombolan Sa (Gamba

Gamba

Nilai Sa pada g banyak terdapat pada w laut Nusa Tenggara Tim perbatasan antara NTB

ssa air yang mengakibatkan terjadinya pengkayaan n an tercampur dan mengakibatkan tingginya produkt

ila dibandingkan dengan musim barat (Hadikusum

tiap grid kedalaman kelipatan 10 m

a di perairan Laut Flores dilihat mulai dari grid ked ran Sayang dibahas dalam bab ini hanya pada grid k . Hal ini dianggap sudah mewakili grid kedalaman y

Sapada grid kedalaman yang lainnya dapat dilihat p

a pada grid kedalaman 10 m Sa bergerombol pada pada leg 7, sedangkan pada leg yang lainnya tidak d Gambar 18).

ambar 18. Sebaran Sa pada grid kedalaman 10 m

ada grid kedalaman 10 m sedikit beragam. Sebara pada wilayah laut Nusa Tenggara Barat (NTB) dari

ara Timur (NTT). Sa juga banyak terdapat pada wi NTB dan NTT.

ayaan nutrient pada roduktivitas

kusumah 2009).

rid kedalaman grid kedalaman man yang lainnya. ilihat pada Lampiran

l pada leg 1, leg 2, tidak ditemukan

10 m

Sebaran Sa lebih ) dari pada wilayah ada wilayah laut

Gamba

Sebaran Sa pad dibandingkan dengan s dari jumlah nilai Sa pad Sa pada leg 7 terdapat s sebelumnya. Sebaran S banyak dari pada grid k berubah.

Gamba

Sebaran Sa pad dibandingkan dengan g

ambar 19. Sebaran Sa pada grid kedalaman 20 m

a pada grid kedalaman 20 m semakin berkurang jik ngan sebaran Sa pada grid kedalaman 10 m. Hal in Sa pada leg 1 dan leg 2 yang berkurang (Gambar dapat sedikit penambahan Sa dari pada grid kedalam

aran Sa pada grid kedalaman 20 m pada leg 7 sedi grid kedalaman 10 m. Sebaran Sa pada leg 5 terlih

ambar 20. Sebaran Sa pada grid kedalaman 30 m

a pada grid kedalaman 30 m terlihat semakin sedik ngan grid kedalaman sebelumnya, hal ini dapat dili

20 m

ang jika

. Hal ini dapat dilihat ambar 19). Sebaran edalaman 7 sedikit lebih 5 terlihat tidak 30 m sedikit jika at dilihat dari

banyaknya sebaran Sa sebaran Sa pada grid ke dan leg 7), namun seba

Gamba

Sebaran Sa pad Sapada grid kedalaman ditemukan adanya seba leg 7 (Gambar 21).

Gamba

Sebaran Sa pad kedalaman 40 m. Tida

an Sa yang semakin berkurang (Gambar 20). Menu grid kedalaman ini terjadi pada semua leg (leg 1, le n sebaran Sa paling banyak berada pada leg 5.

ambar 21. Sebaran Sa pada grid kedalaman 40 m

a pada grid kedalaman 40 m jauh lebih sedikit dari laman sebelumnya. Bahkan pada leg 1 dan 2 hamp a sebaran Sa. Gerombolan Sa terlihat pada leg 5 da

ambar 22. Sebaran Sa pada grid kedalaman 50 m

a pada grid kedalaman 50 m sama dengan sebaran S . Tidak ditemukan adanya Sa pada leg 2 dan sediki

. Menurunnya g 1, leg 2, leg 5

40 m

it dari pada sebaran hampir tidak eg 5 dan sedikit pada

50 m

baran Sa pada grid sedikit pada

leg 1. Gerombolan Sa

Gamba

Sebaran Sa pad pada leg 5. Sebaran Sa sedangkan pada leg-leg

Gamba

Sebaran Sa pad ditemukan pada leg 5 ( sedikit sekali target, tet kedalaman 60 m jumla ditemukan adanya Sa p

lan Sa terlihat pada leg 5 dan leg 7 (Gambar 22).

ambar 23. Sebaran Sa pada grid kedalaman 60 m

a pada grid kedalaman 60 m, gerombolan Sa banya ran Sa pada leg 1 dan leg 3 hanya terlihat sedikit se

leg yang lain tidak ditemukan adanya Sa (Gamb

ambar 24. Sebaran Sa pada grid kedalaman 70 m

a pada grid kedalaman 70 m, gerombolan Sa juga b leg 5 (Gambar 24). Pada leg 1, leg 2 dan leg 3 hany get, tetapi jika dibandingkan dengan sebaran Sa pad jumlah Sa pada leg 1 dan leg 3 lebih banyak. Tida

a Sa pada leg-leg yang lain.

60 m

banyak ditemukan ikit sekali target, (Gambar 23). 70 m juga banyak 3 hanya terlihat Sa pada grid . Tidak

Gamba

Sebaran Sa pad leg 5 dan leg 2 (Gamba sedikit target. jumlah S

Gamba

Sebaran Sa pad kedalaman 80 m. Gero (Gambar 26). Sebaran S jika dibandingkan deng

ambar 25. Sebaran Sa pada grid kedalaman 80 m

a pada grid kedalaman 80 m, Sa ditemukan pada p ambar 25). Sebaran Sa pada leg 1, leg 3 dan leg 7 mlah Sa pada leg 3 lebih banyak dari pada leg 1 da

ambar 26. Sebaran Sa pada grid kedalaman 90 m

a pada grid kedalaman 90 m sama dengan sebaran S . Gerombolan Sa juga banyak ditemukan pada leg 5

baran Sa pada leg 1, leg 3 dan leg 7 terlihat lebih b n dengan sebaran Sa pada grid kedalaman 80 m.

80 m

pada pada sepanjang n leg 7 hanya terlihat

g 1 dan leg 7.

90 m

baran Sa pada grid a leg 5 dan leg 2 ebih banyak

Gamba

Sebaran Sa pad kedalaman 90 meter, ya Sa pada grid kedalaman 90 m.

Gamba

Gamba

ambar 27. Sebaran Sapada grid kedalaman 100 m

a pada grid kedalaman 100 m sama seperti sebaran eter, yang berbeda adalah besarnya nilai Sa (Gamba alaman 100 m lebih kecil dari pada nilai Sa pada gr

ambar 28. Sebaran Sa pada grid kedalaman 110 m

ambar 29. Sebaran Sa pada grid kedalaman 120 m 00 m

ebaran Sa pada grid ambar 27). Nilai ada grid kedalaman

110 m

Gambar

Sebaran Sa pa jika dibandingkan deng leg 1, leg 2, leg 3, leg 5 Sebaran Sa pada leg 3 h dibandingkan dengan s

Gamba

Pada grid kedal leg 1, leg 5 dan leg 7. N pada leg – leg tersebut (

ambar 30. Sebaran Sa pada grid kedalaman 130 m

a pada grid kedalaman 110, 120 dan 130 m terliha n dengan grid kedalaman yang lainnya. Sebaran Sa

, leg 5 dan leg 7 (Gambar 28, Gambar 29 dan Gam leg 3 hanya sedikit dan sebaran Sa pada leg 7 lebih ngan sebaran pada grid kedalaman sebelunya.

ambar 31. Sebaran Sapada grid kedalaman 140 m

kedalaman 140 m sebaran Sa hanya ditemukan pad eg 7. Namun hanya sedikit sekali ditemukan Sa rsebut (Gambar 31).

30 m

terlihat lebih padat ran Sa terdapat pada n Gambar 30).

lebih banyak jika

40 m

Gambar

Pada grid kedal Berdasarkan gambar- 6 – 30 m dan 70 – 130 m dan 140 m dan pada gr

4.2.3. Sebaran Sa pad Nilai Sa pada

range threshold -76,5 d dikonversi dari satuan m tidak dilakukan pengep

4.3. Kelompok Sa Kelompok Sa d sampai -57 dB. Pada bersifat kontinu (Gamb kelompok Sa. Kelomp kecuali leg 7. Pada leg kelompok.

ambar 32. Sebaran Sa pada grid kedalaman 150 m

kedalaman 150 m tidak ditemukan Sa (Gambar 32 -gambar diatas, sebaran Sa banyak menyebar da 130 m. Sebaran Sa berkurang pada grid kedalam ada grid kedalaman 150 m tidak ditemukan Sa sam

Sa pada -63 dB sampai -57

ada range threshold -63 dB sampai -57 dB tidak se 76,5 dB sampai -70,5 dB. Sa pada range threshold

atuan mil ke satuan meter hasilnya semua nol. Seh engeplotan data.

k Sa di perairan Laut Flores terlihat pada range thr

. Pada range threshold -76,5 dB samapi -70,5 dB seb (Gambar 9 – Gambar 15), sehingga tidak ditemukan

elompok Sa di perairan Laut Flores ditemukan pad da leg 7 Sa yang terekam bersifat kontinu dan tidak

50 m

bar 32).

ebar dari kedalaman dalaman 40 – 70 m a sama sekali.

idak sebanyak pada

hold ini saat l. Sehingga

threshold -63 dB dB sebaran data

mukan adanya an pada semua leg n tidak membentuk

Kelompok Sa banyak ditemukan pada leg 1, leg 3, leg 4 dan leg 6, berturut-turut 9, 11, 7, dan 5 kelompok target. Pada leg 2 dan leg 5, hanya ditemukan 1 kelompok target, pada leg tersebut data banyak bersifat kontinu dari pada membentuk kelompok. Pada umumnya panjang horizontal kelompok Sa lebih panjang dari pada panjang vertikalnya. Panjang horizontal kelompok

Saberkisar antara 309 - 5243 m, dan panjang vertikal Saberkisar antara 3 – 40 m. Tabel 6. Panjang horizontal dan vertikal kelompok Sa setiap leg

Leg Kelompok Horizontal

(m) Panjang Esdu (m) Persentase (℅) Vertikal (m) 1 1 1349 74 1821 9 2 1373 1854 5 3 1040 1403 6 4 1117 1507 5 5 1057 1427 9 6 762 1029 10 7 668 901 6 8 1255 1695 30 9 866 1169 7 2 1 1890 94 2001 34 3 1 2621 74 3538 9 2 1250 1688 10 3 1414 1909 9 4 4905 6621 13 5 1293 1746 4 6 1874 2530 6 7 220 297 3 8 1678 2265 6 9 2031 2741 18 10 3777 5099 18 11 2927 3951 9 4 1 3033 93 3276 40 2 503 543 7 3 1242 1341 12 4 309 333 23 5 1585 1712 9 6 540 583 4 7 2753 2973 6 5 1 5243 59 8952 17 6 1 2284 76 2991 7 2 2448 3206 6 3 493 646 4 4 1189 1557 13 5 2209 2893 5

Setiap leg memiliki panjang ESDU berbeda-beda. ESDU terpanjang ditemukan pada leg 2, yaitu sebesar 94 m. sedangkan panjang ESDU terkecil

ditemukan pada leg 5, yaitu sebesar 59 m. Jika panjang horizontal Sa

dibandingkan dengan panjang ESDU maka diperoleh kisaran persentase antara 293 – 8952 ℅. Kisaran persentase 293 – 8952 ℅ diartikan bahwa panjang horizontal Sa yang ditemukan pada setiap leg memiliki panjang 293 – 8952 kali lebih besar dari panjang ESDU. Persentase terendah berada pada leg 3,

sedangkan persentase tertinggi berada pada leg 5.

Secara horizontal kelompok Sa terpanjang ditemukan pada leg 5 dan terpendek ditemukan pada leg 4 kelompok ke-4. Secara vertikal kelompok Saterpanjang ditemukan pada leg 4 kelompok ke-1 dan terpendek pada leg 3 kelompok ke-7 (Tabel 6).

Mengutip dari pernyataan Steel (1976) in Lytle dan Maxwell (1983) bahwa densitas zooplankton umumnya terdistribusi tidak homogen atau dikatakan sebagai bagian-bagian yang terpisah, maka Sa yang terdeteksi di perairan Laut Flores diduga sebagai nilai Sa dari zooplankton (krill). Kelompok Sa yang ditemukan di perairan Laut Flores ini dianggap sebagai bagian-bagian dari distribusi zooplankton yang terpisah.

Selain itu jika dilihat dari sebaran nilai Sv(Backscettering volume strength) yang diperoleh yaitu berkisar antara -81 dB sampai -63 dB, namun Sv yang paling banyak berkisar antara -81 dB sampai -71 dB (Gambar 33).

Mengutip dari hasil penelitian Duror (2004) menyebutkan bahwa kisaran nilai

backscattering volume zooplankton (krill) pada kedalaman 5 - 200 m untuk frekuensi 120 kHz berkisar antara-92,75 dB sampai -73,49 dB, sementara untuk frekuensi 38 kHz antara-86,75 dB sampai dengan -62,64 dB. Penelitian ini menggunakan frekuensi 120 kHz. Kisaran Svyang diperoleh pada penelitian ini

masuk dalam kisaran Svkrill pada penelitian Duron (2004), sehingga dapat disimpulkan Sayang terdeteksi pada range threshold -63 dB sampai -57 dB adalah krill.

Gambar 33. Grafik sebaran Sv keseluruhan di perairan Laut Flores (leg 1 – leg 7)

depth 6 – 150 m. 0 500 1000 1500 -81 -80 -79 -78 -77 -76 -75 -74 -73 -72 -71 -70 -69 -68 -67 -66 -65 -64 -63 F re k u en si K ej ad ian Sv (dB)

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil integrasi thresholding data akustik di perairan Laut Flores terdapat 3 pucak nilai threshold, yaitu yaitu -73,5 dB dan -60 dB.

Sehingga rangethreshold yang digunakan untuk melihat sebaran Saadalah -76,5 dB sampai -70,5 dB dan -63 dB sampai -57 dB.

Rangethreshold 76,5 dB sampai -70,5 dB hanya digunakan untuk melihat sebaran Sa saja karena pola sebaran dari Sa pada range threshold ini tidak

menggambarkan pola sebaran suatu individu perairan, baik plankton maupun ikan. Sebaran Sa di perairan NTB lebih banyak jika dibandingkan dengan sebaran Sa di perairan NTT. Sebaran Sa banyak menyebar pada leg 1, 2, 3, 5 dan 7. Pada leg 4 dan 6 jarang terlihat sebaran Sa. Berdasarkan grid kedalaman, sebaran Sa banyak menyebar dari kedalaman 6 – 30 m dan 80 – 130 m. Pada grid kedalaman 40 – 70 m dan 140 m sebaran Sa mulai berkurang dan pada grid kedalaman 150 m tidak ditemukan Sa sama sekali.

Sebaran Sa pada range threshold -63 dB sampai -57 dB diduga adalah krill. Hal ini dlihat dari distribusinya yang terpisah-pisah dan sebaran nilai

volume backscattering strength yang berkisar antara -81 dB sampai -63 dB. Sebaran Sa pada range threshold -63 dB sampai -57 dB membentuk kelompok target. Kelompok Sa paling banyak ditemukan pada leg 1, leg 3, leg 4 dan leg 6, berturut-turut 9, 11, 7, dan 5 kelompok target. Pada leg 2 dan leg 5, hanya

ditemukan 1 kelompok Sa. Pada umumnya panjang horizontal kelompok Sa lebih panjang dari pada panjang vertikalnya. Panjang horizontal kelompok Sa berkisar antara 309 - 5243 m, dan panjang vertikal Saberkisar antara 3 – 40 m. Kisaran

perbandingan antara panjang horizontal Sa dengan panjang ESDU adalah 293 – 8952 ℅. Artinya bahwa panjang horizontal Sa yang ditemukan pada setiap leg memiliki panjang 293 – 8952 kali lebih besar dari panjang ESDU.

5.2. Saran

1) Melakukan ground check dan sampling biota dengan menangkap Sa(ikan atau palnkton) yang terdeteksi dengan echosounder dan membandingkan dengan data biota secara in situ.

2) Perlu adanya analisis data oseanografi pada lokasi penelitian seperti arus, suhu dan salinitas untuk mendukung hasil penelitian.

Dokumen terkait