• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Produksi Overburden yang dihasilkan dari hasil peledakan

4.2 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data peneliti melakukan perhitungan empiris geometri peledakan dengan bantuan rumus R.L.Ash, ICI-Explosive dan Konya. Selanjutnya lakukan perbandingan hasil dari ketiga perhitungan empiris tersebut guna memperoleh geometri peledakan yang mencapai target produksi yang telah ditetapkan oleh PT.AIC.

4.2.1 Metode Perhitungan R.L.Ash

R.L.Ash (1963) membuat suatu pedoman perhitungan geometri peledakan jenjang berdasarkan pengalaman empirik yang diperoleh di berbagai tempat dengan jenis pekerjaan dan batuan yang berbeda-beda.Sehingga R.L.Ash berhasil mengajukan rumusan-rumusan empirik yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam rancangan awal suatu peledakan batuan.

Dalam pelaksanaannya hasil perhitungan dengan cara R.L.Ash harus dicoba di lapangan untuk memperoleh gambaran dan perubahan kearah geometri yang lebih mendekati kondisi sesungguhnya. Percobaandilapangan dilakukan dengan caratrial and error sampai diperoleh geometri peledakan yang optimal.

Faktor-faktor dasar dalam perancangan suatu geometri peledakan adalah sebagai berikut:

1. Burden

Burden merupakan jarak dari lubang tembak tegak lurus terhadap free face terdekat dan arah dimana perpindahan akan terjadi. Suatu panduan yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai burden yaitu nisbah burden yang sering dikenal dengan KB.

Menurut R.L. Ash pada nilai Kb=30 akan diperoleh hasil yang memuaskan untuk kondisi lapangan rata-rata. Nisbah burden pada kondisi ini disebut sebagai Kb standar.Menurut R.L.Ash (1963) Untuk peledakan pada batuan dan bahan peledak yang bukan standar, maka nilai KB dapat diperoleh menggunakan persamaan berikut ini.

Dimana:

AF1 = faktor yang disesuaikan untuk bahan peledak yang dipakai AF2 = faktor yang disesuaikan untuk batuan yang akan diledakkan De = diameter lubang tembak (inchi)

Dstd = bobot isi batuan standar (160lb/ftᶟ)

B = Burden Kb = burden ratio

Kbstd= burden ratio standar (Kbstdadalah 30) SG = berat jenis bahan peledak yang dipakai

SGstd= berat jenis bahan peledak standar (SGstdadalah 1.2) VOD = Vod bahan peledak yang dipakai

VODstd = VOD bahan peledak standar (12.000 fp/s) 2. Spasi (S)

Spasi adalah jarak antara lubang-lubang bor yang dirangkai dalam satu baris dan diukur sejajar terhadap bidang bebas.Persamaan yang digunakan untuk mencari besarnya spasing adalah sebagai berikut (Ash,1963):

S = Ks x B

Stemming adalah tempat material penutup didalam lubang bor, yang letaknya di atas kolom isian bahan peledak.Fungsi stemming adalah supaya terjadi keseimbangan tekanan dalam lubang tembak dan mengurung gas-gas hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi yang maksimal.

Untuk penentuan tinggi stemming digunakan rumus (Ash: 1963) seperti dibawah ini:

4. Subdrilling (J)

Tujuan dari subdrilling adalah agar batuan dapat meledak secara fullface sebagaimana yang diharapkan. Menurut R.L.Ash (1963) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

5. Kedalaman lubang tembak (L)

Persamaan yang digunakan untuk mencari kedalaman lubak tembak dapat dilihat pada persamaan dibawah ini (Ash: 1963):

L = Kh x B Dimana:

Kh = hole depth ratio (1.5 – 4.0) L = kedalaman lubang tembak (meter) B = burden (meter)

6. Panjang kolom isian (PC)

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Ash: 1963).

PC = H – T Dimana:

PC = panjang kolom isian (meter) H = kedalaman lubang tembak (meter) T = stemming (meter)

7. Tinggi jenjang (H)

Berdasarkan perbandingan ketinggian jenjang dengan jarak burden yang diterapkan. Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness Ratio digunakan rumus sebagai berikut (Ash: 1963).

L = 5 x De Dimana:

L = tinggi jenjang minimum (ft) De = diameter lubang tembak (inchi) 4.2.2 Metode Konya

Burden dihitung berdasarkan diameter lubang ledak, jenis batuan dan jenis bahan peledak yang diekspresikan dengan densitasnya.Menurut M. Kartodharmo (1996:25) untuk memperoleh nilai burden dapat menggunakan persamaan dibawah ini.

B = 3.15 x de x Dimana:

B = burden (ft)

De = diameter bahan peledak (inci) ρe = berat jenis bahan peledak ρr = berat jenis batuan

Spasi ditentukan berdasarkan sistem tunda yang direncanakan dan kemungkinannya.Menurut M. Kartodharmo (1996:26) perhitungan spasi dapat dilihat pada persamaan dibawah ini.

1) Serentak tiap baris lubang ledak

H < 4B  S = ; H > 4B  S = 2B

2) Berurutan dalam tiap baris lubang ledak H < 4B  S = ; H > 4B  S = 1.4B

Stemming (T) merupakan tempat material penutup lubang bor yang letaknya diatas kolom isian bahan peledak. Menurut M. Kartodharmo (1996:26) untuk memperoleh nilai stemming dapat dilihat pada persamaan berikut ini:

1) T = B (untuk batuan massif) 2) T = 0.7B (untuk batuan berlapis)

Subdrilling (J) merupakan lubang tembak yang berada dibawah batas jenjang. Persamaan subdrilling yaitu J = 0.3B.

4.2.3 Metode ICI-Explosive

Salah satu cara merangcang geometri peledakan dengan coba-coba atau trial and error atau rule of thumb yang akan diberikan adalah dari ICI Explosive.Tinggi jenjang (H) dan diameter lubang ledak (d) merupakan pertimbangan pertama yang disarankan. Jadi cara ini menitikberatkan pada alat yang tersedia atau yang akan dimiliki, kondisi batuan setempat, peraturan tentang batas maksimum ketinggian jenjang yang diizinkan pemerintah, serta produksi yang dikehendaki.

Menurut M. Kartodharmo (1996:28) dalam menghitung parameter-parameter lainnya dapat dilihat pada persamaan-persamaan dibawah ini.

1. Tinggi jenjang (H)

Secara empiris dapat dirumuskan sebagai berikut:

H = 60d – 140d

2. Burden (B)

Secara empiris dapat dirumuskan sebagai berikut:

B = 25d – 40d 3. Spasi (S)

Secara empiris dapat dirumuskan sebagai berikut S = 1B – 1.5B 4. Subdrilling (J)

Secara empiris dapat dirumuskan sebagai berikut:

J = 8d – 12d 5. Stemming (T)

Secara empiris dapat dirumuskan sebagai berikut:

T = 20d – 30d Dimana:

d = diameter lubang ledak 6. Powder Factor

Secara empiris dapat dirumuskan sebagai berikut:

PF =

4.3 Pemboran

Salah satu metode pembongkaran pada batuan adalah metode pemboran dan peledakan. Metode pemboran dan peledakan bertujuan untuk membongkar batuan dari keadaan aslinya kedalam ukuran-ukuran tertentu, guna memenuhi target produksi dan memperlancar proses pemuatan dan pengangkutan.

Keberhasilan suatu kegiatan pemboran dan peledakan sangat mempengaruhi kegiatan selanjutnya salah satunya pencapaian target produksi pembongkaran. Dalam rancangan peledakan hal yang perlu diperhatikan yaitu pola pemboran yang sesuai dengan kondisi di lapangan serta hasil yang hendak dicapai pada proses peledakan. Pada lokasi penelitian PT.AIC aktifitas pemboran menggunakan alat bor FRD PCR 200 dengan diameter 3 inchi.

Gambar 5.1 Alat Bor FRD PCR

Pola pemboran yang diterapkan di lapangan oleh PT. Allied Indo Coal adalah pola pemboran Rectangular Pattern yaitu jarak burden dan spasinya berbeda.

Dokumen terkait