• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

3.2 Pengujian Alat

3.2.1 Waktu dan Tempat

Pengujian alat dilaksanakan pada bulan Juni 2009, bertempat di lahan percobaan Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Traktor Yanmar Bromo DX

Traktor Yanmar Bromo DX yang digunakan mempunyai spesifikasi seperti yang terlihat pada Tabel 5. Traktor ini digunakan untuk pengolahan tanah pertama menggunakan bajak singkal. Bentuk traktor Yanmar Bromo DX dapat dilihat pada Gambar 8.

19 Tabel 5. Spesifikasi Bromo DX

Merk Yanmar

Model Bromo DX

Dimensi dengan roda karet Panjang : 2716 mm Lebar : 840 mm Tinggi : 1065 mm Berat dengan motor penggerak 251 kg

Motor penggerak Model : TF 85 MLY-di Volume Silinder : 493 cc

Tenaga maksimum : 8.5 hp/2200 rpm Jenis : Motor diesel 4 langkah Sistem pendinginan : Air dengan radiator Berat kosong : 89 kg

Transmisi Roda gigi penuh (full gear)

Maju 4, mundur 2

Kapasitas tangki Bahan bakar : 10.5 liter Minyak pelumas : 2.2 liter

Perlengkapan standar Roda besi, bajak tunggal, glebek, garu

Perlengkapan pilihan Bajak piring “Disc Plow”, dudukan singkal samping “Side Hitch” dan gerobak “Trailer”.

2. Traktor Yanmar YZC-L

Traktor Yanmar YZC-L yang digunakan mempunyai spesifikasi seperti yang terlihat pada Tabel 6. Traktor ini digunakan untuk pengolahan tanah kedua menggunakan rotari. Bentuk traktor Yanmar YZC-L dapat dilihat pada Gambar 9.

Tabel 6. Spesifikasi Yanmar YZC-L

Merk Yanmar

Model YZC-L

Dimensi dengan roda karet Panjang : 2414 mm Lebar : 800 mm Tinggi : 1160 mm Berat dengan motor penggerak 352 kg

Motor penggerak Model : TF 105 ML-di Volume Silinder : 583 cc

Tenaga maksimum : 10.5 hp/2400 rpm Jenis : Motor diesel 4 langkah Sistem pendinginan : Air dengan radiator Berat kosong : 102.1 kg

Transmisi Roda gigi dan rantai

Maju 3, mundur 1

Kapasitas tangki Bahan bakar : 11 liter Minyak pelumas : 2.8 liter Bagian pengolah tanah rotari Sistem : penggerak tengah

Lebar kerja : 660 mm

Jumlah garpu bajak : 18 buah Kedalaman kerja : 180 mm

Kapasitas kerja : 700-1200 m2/jam Perlengkapan standar Tangki peluncur, tonggak tumpuan Perlengkapan pilihan Roda besi , bajak tunggal, gelebek, garu.

21 Gambar 9. Traktor Yanmar YZC-L

3. Traktor Yanmar Cultivator Te 550 n

Traktor Yanmar Cultivator Te 550 n yang digunakan mempunyai spesifikasi seperti yang terlihat pada Tabel 7. Traktor ini digunakan untuk membuat guludan menggunakan furrower. Bentuk traktor Yanmar Cultivator Te 550 n dapat dilihat pada Gambar 10.

Tabel 7. Spesifikasi Traktor Cultivator Te 550 n

Merk Yanmar

Model Te 550 n

Dimensi dengan roda karet Panjang : 1472 mm Lebar : 495 mm Tinggi : 1003 mm Berat kosong (berat rangka

dengan roda karet)

61 kg

Motor penggerak Model : Robin EY 208 Volume Silinder : 183 cc

Tenaga maksimum : 5 hp/2000 rpm Tenaga rata-rata : 3.5 hp/1800 rpm Sistem pendinginan : Udara

Berat kosong : 16 kg

Ukuran tali sabuk : COGGED V-BELT REC H- P IISB35

Kecepatan jalan (Roda Karet) Maju : ke 1 = 2.37 km/jam ke 2 = 3.89 km/jam ke 3 = 5.69 km/jam ke 4 = 9.32 km/jam Mundur : ke 1 = 2.5 km/jam Ke 2 = 4.1 km/jam

Stang kemudi Penyetelan 3 posisi

Roda karet 4-8

Perlengkapan kerja Axie rotary, Hexagon rotor, Rear rotary, dan Ridger

Gambar 10. Traktor Yanmar Te 550 n

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Alat ukur untuk pengukuran kondisi tanah dan hasil pengolahan tanah :

a) Penetrometer tipe SR-2

b) Ring sample dan perlengkapan pengambilan contoh tanah c) Pisau pemotong tanah

23 e) Oven pengering tanah

f) Satu set reliefmeter g) Satu set ayakan tanah h) Patok – patok kayu

2. Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran kapasitas lapangan meliputi :

a) Meteran (50 cm dan 50 m) b) Stopwatch

c) Tachometer

3.2.3 Metode Pengujian

Metode pengujian furrower untuk guludan yang digunakan adalah metode B-G-F (Bajak singkal – Garu rotari – Furrower) karena dari hasil penelitian pendahuluan metode ini merupakan metode yang terbaik (Susanto,2003). Pengujian dilakukan pada tiga petak lahan yang mempunyai ukuran yang sama yaitu 8 m × 12 m. Pada metode B-G-F diawali dengan pengolahan tanah menggunakan traktor Yanamar Bromo DX dengan implemen bajak singkal untuk pengolahan tanah primer. Pengolahan tanah primer dilakukan dengan pembajakan dalam satu petak lahan percobaan secara menyeluruh dengan pola pembajakan

throw out tilling. Pengolahan dengan bajak singkal dilakukan untuk

memotong tanah, membalikkan dan memecah tanah.

Setelah tanah dibajak dilakukan penggaruan menggunakan traktor Yanmar YZC-L dengan implemen garu rotari. Penggaruan berfungsi untuk memecahkan dan meratakan tanah. Penggaruan dilakukan pada lahan percobaan secara menyeluruh dengan pola throw out tilling.

Kemudian setelah tanah selesai di rotari dibuat guludan dengan

furrower. Pembuatan guludan dengan furrower dilakukan

menggunakan traktor Yanmar Cultivator Te 550n dan pola yang digunakan untuk membuat guludan adalah continuous tilling. Skema pola pembuatan guludan dengan metode B-G-F dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. S

3.3 Pengukuran

Parameter-pa ukuran guludan, kapasitas lapang pengolahan tana Pengukuran kondi mengetahui apaka diharapkan untuk budi

3.3.1. Kondisi tan

Parameter-pa kadar air, kerapa Pengukuran kada contoh tanah me kedalaman 0-10

11. Skema pola pembuatan guludan dengan metode

parameter yang diukur pada penelitian ini ada n, kondisi tanah sebelum dan setelah pengola ngan pengolahan tanah. Pengukuran kondisi nah dilakukan untuk mengetahui kondisi a kondisi tanah setelah pengolahan tanah be

akah tanah hasil pengolahan tanah sudah sesu uk budidaya sayuran.

i tanah sebelum pengujian

parameter yang diukur sebelum pengolaha rapatan isi (bulk density), dan tahanan pe

dar air dan kerapatan isi tanah dilakukan den enggunakan ring sample pada dua tingkat k 10 cm dan 10-20 cm. Pengukuran penetrasi

ode B-G-F

adalah bentuk dan olahan tanah, dan kondisi tanah sebelum awal percobaan. bertujuan untuk suai dengan yang

han tanah adalah n penetrasi tanah. dengan mengambil kedalaman, yaitu i tanah dilakukan

dengan mengguna yaitu 0-5 cm, 5 Pengukuran kada Pengukuran taha acak. Pengukuran pada Gambar 12. Gambar 12. Titi dan pe Kadar air tanah d

keterangan :

Kerapatan isi tana 1990) :

keterangan :

unakan penetrometer tipe SR-2 pada enam , 5-10 cm, 10-15 cm, 15-20 cm, 20-25 cm,

dar air dan kerapatan isi dilakukan pada lima ti tahanan penetrasi tanah dilakukan pada sembi ukuran kadar air, kerapatan isi, dan tahanan penetr

12.

itik-titik pengukuran kadar air dan kerapatan is dan pengukuran tahanan penetrasi (gambar kana

h dapat dihitung dengan rumus (Sapei et al., 1990) ………

n : KA = kadar air basis kering ( % )

mtb = massa tanah basah dalam ring sam mtk = massa tanah kering ( g )

anah ( bulk density ) dapat dihitung dengan rum ………..………

ρ

d = kerapatan isi tanah ( g/cm3 ) Vt = volume tanah dalam ring sample ( c

25 tipe kedalaman, , dan 25-30 cm. titik secara acak . bilan titik secara netrasi dapat dilihat

n isi (gambar kiri) nan)

1990) :

………..…….(2)

mple ( g )

umus (Sapei et al., …..………….(3)

Tahanan penetras

keterangan : T

3.3.2. Kondisi tan

Parameter-pa air, kerapatan isi tanah oleh pisau Pengukuran kada mengambil data pa Pengukuran contoh tanah me kedalaman 0-10 setelah pengujian 15 cm, 15-20 cm isi, dan tahanan Gambar 13.

Gambar 13. T

rasi tanah dihitung dengan rumus ( Islami dan U ………..……… n : Tp = tahanan penetrasi (kPa)

Fp = beban penetrasi terukur pada penet mp = massa penetrometer (kg)

Ak = luas penampang kerucut ( 2 cm2 )

i tanah setelah pengujian

parameter yang diukur setelah pengolahan tana isi (bulk density), tahanan penetrasi tanah, spa au rotari, distribusi agregat, dan kedalaman l dar air, kerapatan isi, dan tahanan penetrasi di a pada sembilan titik pengukuran yang terletak p n kadar air dan kerapatan isi dilakukan den

enggunakan ring sample pada dua tingkat k 10 cm dan 10-20 cm. Pengukuran tahanan ian dilakukan pada enam tingkat kedalaman, y m, 20-25 cm, dan 25-30 cm. Pengukuran kada n penetrasi setelah pengujian dilakukan sepe

13. Titik- titik pengukuran kadar air, kerapatan isi, da penetrasi tanah setelah pengujian

n Utomo, 1995) : ……….(4)

netrometer (kgf)

anah adalah kadar spasi pemotongan n lapisan gembur. dilakukan dengan ak pada guludan. dengan mengambil kedalaman, yaitu n penetrasi tanah n, yaitu 0-5 cm, 10-

adar air, kerapatan perti terlihat pada

Spasi pemot putar rotari. menghitung rasio puli yang dihubung kecepatan puli te menggunakan tac dihitung dengan r keterangan : Pengukuran contoh tanah pa kedalaman 20 cm pada tiap-tiap la dengan menggun udarakan, tanah- bawah adalah buka tempat tanah hasi

Tanah yang be beratnya. Selanj

diameter) untuk

(Kuipers dan Kow

keterangan : a = persentas b = persentas

otongan tanah oleh pisau rotari dipengaruhi Pengukuran kecepatan putar rotari dila sio antara kecepatan putar poros rotari dengan hubungkan ke gear box pada traktor roda dua

tersebut dan kecepatan putar engine traktor di

tachometer. Spasi pemotongan tanah oleh pi

n rumus (Sakai et al., 1998) :

...( p = spasi pengolahan (cm)

v = kecepatan maju alat (m/detik)

ω = kecepatan putaran poros rotari (rpm jp = jumlah pisau dalam satu bidang rot n distribusi agregat tanah dilakukan dengan c pada guludan dengan alat pengambil contoh

cm. Tanah di dalam kotak pengambil contoh lapisan 0-4 cm, 4-8 cm, 8-12 cm, 12-16 cm ggunakan sekop. Setelah tanah pada tiap l -tanah tersebut diayak dengan susunan ayak bukaan 38,1 mm, 19,1 mm, 9,25 mm, 4,76 h hasil ayakan.

g berada di tiap-tiap ayakan ditimbang dan dihi njutnya dihitung diameter rata-rata (mwD, uk tiap lapisan kedalaman dengan rumus

owenhopn. 1983):

ntase berat tanah pada ayakan 38,1 mm ntase berat tanah pada ayakan 19,1 mm

27 uhi oleh kecepatan

dilakukan dengan n kecepatan putar dua. Pengukuran dilakukan dengan pisau rotari dapat

...(5)

rpm) rotasi

n cara mengambil ontoh tanah sampai ontoh tanah diambil m, dan 16-20 cm lapisan dikering akan dari atas ke 4,76 mm, 2 mm dan dihitung persentase , mean weighed us sebagai berikut

c = persentas d = persentas e = persentas f = persentas Pengukuran yang dipasang pa pengolahan tanah permukaan tanah. selisih antara rat tanah bagian atas Pengukuran bagian bawah di dengan cara dik gembur dilakuka pada Gambar 14. pada Gambar 15.

Gambar 14. T

ntase berat tanah pada ayakan 9,25 mm ntase berat tanah pada ayakan 4,76 mm ntase berat tanah pada ayakan 2,0 mm

ase berat tanah pada tempat tanah hasil ayakan an lapisan gembur dilakukan dengan mengguna

pada tanah yang akan diukur dengan arah t nah sampai bagian bawah papan reliefmeter ham nah. Kedalaman lapisan gembur ditentukan den

rata-rata ketinggian pin yang muncul di atas r tas dengan tanah bagian bawah.

n ketinggian pin yang muncul di atas reliefm h dilakukan setelah lapisan tanah gembur dia dikeruk menggunakan jari-jari tangan. Peng kukan pada dua titik pada masing-masing guludan

14. Skema pengukuran kedalaman lapisan gembur 15.

14. Titik-titik pengukuran kedalaman lapisan gem pengujian

kan

unakan reliefmeter h tegak lurus arah

hampir menyentuh dengan menghitung s reliefmeter pada fmeter pada tanah diangkat/ dibuang ngukuran lapisan udan seperti terlihat mbur dapat dilihat

Gambar Pengukuran lebar bawah guluda lebar antar guluda mengukur lebar ba Pengukuran leba guludan yang t pemotongan pisa bentuk guludan d Ga

bar 15. Skema pengukuran kedalaman lapisan g n bentuk guludan yang dihasilkan dilakukan de uludan (Lg), lebar atas guludan (La), tinggi gul udan (Ls). Pengukuran lebar bawah guludan (L

r bawah guludan yang terbentuk dari mata pisa bar antar guludan (Ls) yaitu dengan mengukur terbentuk dari pemotongan pisau furrowe pisau furrower dapat dilihat pada Gambar 16.

dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 16. Skema pemotongan pisau furrowe

29 n gembur

n dengan mengukur guludan (Tg), dan n (Lg) yaitu dengan pisau bagian dalam. ukur lebar antara ower. Bentuk dari r 16. Pengukuran

Ga Keterangan : Selain ukura juga dilakukan penggunaan ma diukur adalah ka lapangan, dan slip r

Gambar 17. Skema pengukuran bentuk guluda n : Tg = tinggi guludan (cm)

La = lebar atas guludan (cm) Lg = lebar bawah guludan (cm) Ls = lebar antar guludan (cm)

ukuran guludan dan kondisi tanah hasil pengolaha n pengukuran kapasitas lapangan pengolaha

asing-masing implemen. Parameter-parame kapasitas lapang efektif, kapasitas lapang te n slip roda traksi.

udan

olahan tanah, perlu ahan tanah pada eter yang akan g teoritis, efisiensi

31

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan

Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower yang sudah ada, posisinya adalah saling membelakangi dan akan dirubah posisi pisau dan sayapnya menjadi berhadapan. Dengan menggunakan furrower yang sudah ada untuk membuat guludan diperlukan dua kali lintasan furrower. Sedangkan dengan

furrower modifikasi untuk membuat guludan hanya diperlukan satu kali lintasan.

Tujuan lain dari pembuatan pisau dan sayap furrower yang berhadapan yaitu agar memudahkan mendapatkan bentuk dan ukuran guludan yang sesuai. Perubahan pisau dan sayap yang dilakukan yaitu dengan menambah ketinggian sayap sehingga dapat membentuk guludan yang melengkung pada sisi tepi dan sisi atas guludan. Selain itu modifikasi juga dilakukan dengan membuat pengatur sudut depan. Pengatur sudut depan dirancang untuk mengatur sudut kemiringan antara mata pisau dengan permukaan tanah. Pengaturan sudut kemiringan yaitu dengan mengatur dua buah baut pada bagian atas dan bawah.

4.2. Rancangan Fungsional

Bagian-bagian dari furrower pembuat guludan yang dirancang dan dibuat terdiri dari pisau, sayap furrower, tangkai furrower, landside, batang tarik, siku penguat, besi penjepit, batang penghubung, pengatur sudut depan, dan besi penggandeng.

Bagian-bagian furrower tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut :

4.2.1. Pisau

Pisau berfungsi untuk memotong permukaan tanah dan mengarahkannya menuju ke bagian sayap furrower. Pisau merupakan bagian dari furrower yang pertama kali melakukan kontak langsung terhadap tanah.

4.2.2. Sayap Furrower

Sayap furrower berfungsi untuk mengangkat dan membalikan tanah serta membentuknya menjadi sebuah guludan. Bentuk sayap disesuaikan agar

mendapatkan bentuk yang diinginkan yaitu melengkung pada sisi tepi dan atas dari guludan.

4.2.3. Tangkai furrower

Tangkai furrower berfungsi sebagai tempat menempelnya mata pisau, sayap furrower dan landside. Tangkai furrower juga menjadi penghubung antara bagian pisau atau sayap furrower dengan bagian batang tarik.

4.2.4. Landside

Landside berfungsi untuk menahan gaya tekan tanah dari arah samping

sehingga furrower dapat lebih stabil pada saat maju.

4.2.5. Batang Tarik

Batang tarik berfungsi sebagai tempat kedudukan tangkai furrower.

4.2.6. Siku Penguat

Siku penguat berfungsi untuk memperkuat hubungan antara batang tarik dengan batang penghubung.

4.2.7. Besi Penjepit

Besi penjepit berfungsi untuk mengunci posisi tangkai furrower terhadap batang tarik sehingga ketinggian dan jarak antar tangkai furrower tidak berubah. Besi penjepit dirancang agar jarak antar pisau dan ketinggian pisau dapat diatur sesuai kebutuhan.

4.2.8. Pengatur Sudut Depan

Pengatur sudut depan berfungsi mengatur sudut kemiringan antara mata pisau dengan permukaan tanah.

4.2.9. Besi Penggandeng

Besi penggandeng berfungsi untuk menggandengkan furrower dengan traktor.

4.3. Rancangan Stru 4.3.1. Analisis T Analisis menjadi tiga dan tangkai f 4.3.1.1. Pisau Rancang dan ukuran g pada peneliti Gambar 18. Bentuk guludan (Lg) guludan (L mendapatkan diatur posisi untuk masing didapatkan de miring mata pi Tinggi furrower pada bentuk lengkun untuk menda penempaan guludan yang ruktural Teknik

is teknik pada rancangan furrower pembuat ga bagian. Bagian-bagian tersebut terdiri dari :

furrower, 2.) pengunci, 3.) batang tarik.

sau, Sayap dan Tangkai Furrower

ngan pisau dan sayap furrower disesuaikan n guludan yang diinginkan. Ukuran guludan ya litian ini adalah seperti terlihat pada Gambar 18.

bar 18. Bentuk dan ukuran guludan yang diinginka

uk dan ukuran guludan yang diinginkan yaitu: g) = 40 cm, 2) lebar atas guludan (La) = 20 cm (Ls)= 20 cm, dan 4) tinggi guludan (Tg) = kan Lg = 40 cm dan Ls = 20 cm maka jarak ant

isinya sehingga berjarak 60 cm dengan leba ing-masing bilah sebesar 10 cm. Lebar potong n dengan mengatur sudut pada mata pisau deng

ta pisau 16 dan lebar potong 10 cm.

i guludan diperoleh dengan mengatur ke pada ketinggian 20 cm. Bentuk guludan yang di ngkung untuk bagian tepi dan bagian atas gul ndapatkan kelengkungan yang diinginkan maka

n sayap furrower berulang-ulang sampai di ng diinginkan.

33 buat guludan dibagi

: 1.) pisau, sayap,

kan dengan bentuk yang akan dicapai 18.

inkan

u: 1) lebar bawah 20 cm, 3) lebar antar = 20 cm. Untuk k antara mata bajak bar potong bajak ong sebesar 10 cm dengan panjang sisi ketinggian sayap g diinginkan adalah uludan. Sehingga ka perlu dilakukan diperoleh bentuk

Analisis pada pendeka dua. Secara sepertiga be penelitian ini (pull) maksim Pada fur furrower, sehi dengan masi kgf. Beban menimbulkan dialami tangk furrower me dengan mengg σa = keterangan : σa = Nilai M = Mom c = Titik t I = Iners Gam

is untuk menentukan dimensi tangkai furrow ndekatan beban maksimum yang dapat ditarik ol ra teori, kemampuan tarik maksimum traktor berat traktor tersebut. Traktor tangan yang

ini memiliki bobot sekitar 78 kgf, sehingga ke ksimumnya adalah sekitar 26 kgf.

furrower pembuat guludan dipasang dua

sehingga kemampuan tarik maksimumnya diba asing-masing tangkai menarik beban maksim n tersebut akan ditahan oleh tangkai furrow kan momen lentur pada tangkai tersebut. Be ngkai furrower dapat dilihat pada Gambar 19.

enurut besarnya beban yang mengenainya da nggunakan rumus (Nash, 1957) :

...……...… lai kekuatan tarik bahan yang diperbolehkan (kg omen yang terjadi pada tangkai (kgf mm) tik tengah bahan (mm)

nersia bahan (mm4)

ambar 19. Beban tarik yang dialami tangkai fur

rower didasarkan

k oleh traktor roda ktor tangan adalah g digunakan pada kemampuan tarik dua bilah tangkai dibagi menjadi dua ksimum sebesar 13

urrower dan akan

Beban tarik yang Dimensi tangkai dapat ditentukan

...………(7) n (kgf/mm2)

35 Untuk membuat tangkai furrower, digunakan plat dengan ketebalan (b) = 10 mm dan panjang (L) = 185 mm. Kekuatan tarik bahan (baja karbon) yang diperbolehkan (σa) adalah sebesar 21 kg/mm2, dapat dilihat

pada Lampiran 1. Sehingga lebar tangkai (h) dapat ditentukan dengan persamaan (Nash, 1957) :

σa = ………...………..….………(8)

=

...…………...………..………...(9)

Sehingga ;

h = ...………...……….…(10)

digunakan safety factor (sf) = 4, sehingga ;

h =

h = 16.6 mm

Selain mengalami beban dari arah depan (berlawanan dengan arah maju traktor), tangkai furrower juga mengalami beban dari samping yang diakibatkan oleh kontak antara tepi tanah yang diolah dengan bagian sayap

furrower. Arah gaya yang mengenai furrower dapat dilihat pada Gambar 20.

Besarnya beban dari samping adalah sebesar sepertiga kali beban dari arah depan. Dengan asumsi beban dari arah depan 13 kgf, maka tebal tangkai rangka (h) minimum untuk dapat menahan beban samping, jika diasumsikan lebar tangkai (b) adalah 16.6 mm dapat ditentukan dengan perhitungan :

Gambar 20. h = h = h = 7.4 mm Dari kedua pe furrower adalah tangkai furrower mm dan lebar (h) ketersediaan di p telah memenuhi ba 4.3.1.2. Pengunc Pengunci dibu Bagian atas dan persegi berukur tempat masukny dipasang baut pen

bar 20. Beban lentur yang terjadi pada tangkai fur

... (

m

dua perhitungan diatas, didapatkan nilai lebar m h 16.6 mm. Berdasarkan hasil perhitungan, da er digunakan bahan besi pelat dengan ukuran (h) = 36 mm, penggunaan lebar tangkai 36 m di pasaran. Sehingga dengan penggunaan lebar nuhi batas minimum menurut perhitungan.

nci

dibuat dari plat yang dipotong dan dirangkai me dan bawah pengunci merupakan plat yang di ukuran panjang (p) = 40 mm dan lebar (l) = uknya tangkai furrower. Pada bagian tengah pe

pengencang dengan ukuran diameter (D) = 12 m furrower ... (11) minimum tangkai n, dalam pembuatan ukuran tebal (b) = 10 36 mm dikarenakan ar tangkai 36 mm menjadi bentuk U. dilubangi bentuk = 11 mm sebagai pengunci tersebut 12 mm dan panjang

37 40 mm untuk mengunci posisi tangkai furrower pada batang tarik. Bentuk pengunci dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Bentuk rancangan pengunci

Pada saat furrower digunakan, tangkai furrower akan mengalami beban yang akan diakibatkan oleh gaya tahanan tanah. Beban maksimum yang akan diterima oleh setiap tangkai furrower diasumsikan sebesar 13 kgf. Karena adanya beban pada tangkai furrower, pengunci akan mengalami beban tarik dan beban lentur. Beban lentur yang terjadi pada pengunci dapat dilihat pada Gambar 22. Momen yang terjadi pada pengunci dapat dilihat pada Gambar 23. Beban tarik yang terjadi pada pengunci dapat dilihat pada Gambar 24. Beban tarik yang akan terjadi akan mengikuti persamaan berikut (Nash, 1957).

σb = ………...(12)

keterangan :

σb = nilai kekuatan geser bahan yang diperbolehkan (kgf / mm2)

W = beban tarik yang dialami bahan (kgf)

Gam G Keterangan : F1 F2 = h1 = h2 = ∑ Ma = 0 ... F1 × h2 = F2 × h F2 = F1 × F2 = 13 × F2 = 89.1 k

ambar 22. Beban lentur yang terjadi pada pengu

Gambar 23. Momen yang terjadi pada pengunc F1 = 13 kgf (gaya pada tangkai)

2 = gaya pada pengunci h1 = 27 mm h2 = 185 mm ...( h1 ...( 2 = 89.1 kgf gunci unci ...(13) ...(14)

G Dengan ukur karbon) yang dipe dan faktor keama dapat dihitung de τ = τ = τ = d = d = d = d = 1.3 m

Jarak tepi luba persamaan (Nash, 1957

σ =

σ =

σ =

Gambar 24. Beban tarik yang terjadi pada pen ukuran plat, tebal (b) = 10 mm, nilai kekuatan g diperbolehkan (τ) = 21 kgf/mm2, dapat dilihat pa

manan (sf) = 6, maka jarak tepi lubang dari tepi dengan persamaan berikut (Nash, 1957).

...( ...(

= 1.3 mm

lubang dari tepi samping pelat (c) dapat dit sh, 1957) :

...( ...(

39 pengunci

n geser bahan (baja t pada Lampiran 1 tepi depan plat (d)

...(15) ...(16)

ditentukan dengan

...(17) ...(18)

c = c = c = c = 0.6 mm Dalam pembua samping pelat (d dengan batas mini

4.3.1.3. Batang T

Batang tarik dibuat dari besi pe mm, dan mempun pengukuran, dida rancangan batang Dengan men σ = I = m

mbuatan pengunci, jarak tepi lubang dari d dan c) adalah 12 mm dan 13 mm. Sehingg inimum dari hasil perhitungan.

g Tarik

ik merupakan bagian penyangga tangkai furrow i persegi berongga dengan ukuran dimensi adal

punyai ketebalan 2 mm dengan panjang 80 didapatkan nilai Dl = 30 mm, dan Bl = 20

ng tarik dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25. Bentuk rancangan batang tarik enggunakan persamaan (7), maka nilai inersia :

...(

= ...………...……

i tepi depan dan ngga sudah sesuai

urrower. Bagian ini

dalah 30 mm x 20 80 cm. Dari hasil 20 mm. Bentuk a : ...(19) …….…..….(20)

41 = !

=

= 1386.7 mm4

Untuk menentukan ukuran tebal batang tarik (t) dapat digunakan persamaan inersia pada penampang persegi berongga (Nash, 1957).

I = " #$ %$ &' #( %( %$ ...(21) I = " #$ %$ &' #( %( %$ ...(22) I = " #$ %$ &' ) #$'* %$'* + %$ ...(23) 1386.7 = " &' ) '* '* + 1386.7 = ' ) '* '* + 249606 = (540000) – [ (20-t) × (30-t)3]

dengan menggunakan program Wolfram Mathematica 7.0 diperoleh nilai tebal batang tarik ( t ) adalah sebesar 3.8 mm.

Pada kondisi sebenarnya (hasil pengukuran), nilai tebal batang tarik ( t ) adalah 2 mm. Nilai ini lebih kecil dari nilai hasil perhitungan, sehingga secara teori batang tarik tidak akan mampu menahan beban. Untuk menambah kekuatannya, maka dipasang dua buah siku penguat. Siku penguat menghubungkan batang tarik dengan batang penghubung, sehingga dapat memperkuat batang tarik ketika menahan beban. Dengan penambahan siku

Dokumen terkait